1. Rica Handayuni
2. Dwi Rahmawati
3. Hepi Nala Murista
Cinta Pertama
Oh tuhan
Aku ingin selalu bersamanya
Setiap menit, detik
Tak ingin berpisah dari nya
Tuhan
Cinta itu bagaikan punduk merindukan bulan
Tapi ada saja rintangan seperti ada jembatan pembatas
Cinta itu butuh pengorbanan
Cinta, cinta , cinta dan cinta
Tiap orang punya cinta
Tapi cinta pertama itu yang paling terkesan
Di hati
Karya: Rica Handayuni 6.B
Indonesia Hancur
Sang surya menampakan sinarnya di pagi hari
Seakan marah kepada manusia
Tikus-tikus nakal semakin banyak berkeliharan
Akibat tikus nakal itu, rakyat menjadi korban yang tertindas
Sampai kapan tikus-tikus ini berhenti merajalela
Kapan, kapan, semua ini berakhir
Sampai kapan rakyat menunggu
Karya: Rica Handayuni 6.B
Sandiwara
Setangkup sunyi dan sepi
Layar telah tertutup dan malampun seakan mengejar pagi
Akan tetapi sandiwara masih tetap berjalan
Seperti akan ada masa-masa tertindas
Semuanya tanpa nyata
Bersandiwara memang tanpa mudah
Seperti koruptor yang selalu memakai topeng
Kemanapun dia pergi
Kapankah mereka berhenti bersandiwara
Dan berhenti mengambil uang rakyat
Karya: Rica Handayuni 6.B
Cinta Tak Terbalas
Cinta itu indah namun menyakitkan
Kadang disaat mencintai seseorang,
Tapi dia tidak mencintai
Kenapa ini terjadi
Apa ini namanya cinta tak terbalas
Ketika cinta itu muncul
Sebaliknya tidak ada rasa sama sekali
Karya: Rica Handayuni 6.B
Tobat
Ya allah
Hati ini selalu bertanya-tanya
Apakah kau mau memaafkan ku?
Tubuh ini banyak berlumuran dosa
Dosa yang sangat besar
Ya allah
Ampunilah aku
Aku takut dengan siksaan api neraka mu
Aku tak ingin lagi masuk ke lubang setan
Untuk ke sekian kalinya
Karya: Rica Handayuni 6.B
Cinta tak terungkap
Sewaktu kelas 1 SMA, aku jatuh cinta sama kakak kelasku. Aku bahkan dak tahu cara kenalan dengan si dia dengan kata-kata yang baik dan benar, kakak kelasku yang aku taksir namanya Aldi. Pernah suatu malam aku berlatih ngomong sama kaca, mengatakan kata-kata sok asik ngajak kenalan.
So secara tidak sengaja bertemu face-to-face dengan Aldi, aku langsung terdiam seperti ada sesuatu hal, sampai-sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Dulu aku pernah membuat kue buatan aku sendiri, tapi ada kata tapinya yaitu ada bantuan dari mama lho.......kue itu aku mau berikan untuk Aldi, cowok yang aku taksir. Dengan cara memberikan kue itu aku bisa dekat dengannya. Sebelum aku memberikan kepada Aldi, aku menyuruh sahabatku untuk mencicipin kue hasil buatan aku sama mamaku.
“ Coba deh kamu cicipin kue buatan aku?”.
“Hmmmmmm, kata prita(sahabatku)”.
“Enak kan? Rasanya kayak apa?”.
“ Kayak apa ya...., oia kayak kue yang ada di toko-toko”.
Tapi, rasanya, menurut aku tidak ada masalah enak apa tidaknya, yang jadi masalah? Apa dia mau menerima kue hasil buatan aku..
Saat pulang sekolah, aku langsung menunggu dia di depan kelasnya, saat itu dia keluar kelas dan lewat di depan aku, tapi lagi-lagi kaki ini tidak bisa bergerak untuk mendekatinnya. Akhir aku mengurungkan niatku untuk memberikan kue itu kepadanya. Akhirnya kue itu aku bawa pulang dan aku makan sendirian dalam kamar. Malamnya sekitar jam 08.00 WIB. Aku menelpon Aldi, tapi pas dia angkat langsung aku matikan karena aku takut, dan ada rasa gemetaran. Ternyata suaranya indah banget lho... baru kali ini aku mendengar suaranya.
Hampir semua orang yang jatuh cinta tak terungkap pernah merasakan seperti aku rasakan. Orang yang jatuh cinta tak terungkap pada akhirnya selalu melamun dan tidak pasti, memandang waktu yang berjalan dengan sangat cepat dan menyesalin bahwa orang yang aku suka sudah menjadi milik orang lain. Coba saja dulu aku berani, pasti tidak begini jadinya.
Karya: Rica Handayuni 6.B
Lima Anak Laki-Laki Dalam Keluarga Yang Miskin
Di suatu desa hiduplah sepasang suami istri yang rukun dan penuh rasa kasih sayang,walau harus penderitaan yang selalu mereka jalani.dan pada akhirnya mereka di karuniai seorang putra yang bernama Dana.keduanya sangat gembira menyambut putranya tersebut.dengan rasa penuh kasih sayang mereka besarkan putranya tersebut,suatu ketika istrinya bicara dengan suaminya,
“Pa,; Mama ingin sekali mendapat seorang anak perempuan ?”,
“Sabar ma mudah–mudahan anak kita yang kedua perempuan?”, Jawab suaminya.
tidak begitu lama sang istri hamil,ketika lahir ternyata anaknya laki–laki, betapa kecewanya sang istri mendapatkan anak laki –laki
“Kenapa si pa kok laki –laki lagi ?”. Ujar sang istri
“Sabar ma mungkin yang selanjutnya perempuan?” kata suaminya.
Dan begitu seterusnya sampai anak ke 5 namun laki –laki semua.sang suami kebingungan sudah 5 anaknya namun laki–laki semua tidak ada yang perempuan, Hidup memang sudah susah semua serba pas-pasan, di tambah anak 5.iang malam suaminya berfikir bagaimana caranya untuk mengurangi beban hidup mereka.dengan rasa putus asa suaminya bermusyawarah pada istri dan anak yang tertua.
“Ma, persediaan hidup kita telah menipis, mungkin cuma cukup untuk beberapa hari saja?”. kata suaminya.
Istrinya menjawab,”jadi bagaiman pa?”.
“Menurut papa kita harus mengurangi salah satu dari anggota rumah tangga kita?”.Kata suami
“Siapa pa yang akan kita kurangi pa,?”.Ujar istrinya
“Kalau mama setuju salah satu dari anak kita,?” Kata suaminya.
“Ya, kalau itu yang terbaik menurut papa, mama ikut saja,?’’ kata istrinya
Akhirnya mereka sepakat untuk mengurangi beban hidup mereka dangan cara megurangi salah satu anggota dari rumah tangga mereka yaitu satu dari anaknya.
Setelah rencana mereka masak akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat besok.
Namun sebelum mereka berangkat sang anak yang akan mereka buang mengetahui akan rencana kedua orang tuanya. Dengan diam-diam anaknya mengambil segenggam batu putih.
Keesokan harinya berangkatlah mereka ke hutan, tempat dimana mereka akan membuang anaknya. Di sepanjna jalan, sang anak menaburkan batu yang telah di persiapkannya dari rumahnya. Sesampainya di tengah hutan sang ayah,menyuruh anaknya menebang pohon yang akan di jadikan kayu bakar.Ayahnya bicara dengan anaknya,
“Nak, tebanglah pohon ini, ayah akan cari tali ikan di seberang sana, nanti kalau kayunya telah roboh ayah akan ke sini,?” kata sang ayah.
“Baik yah ?” jawab anaknya.
Dengan rasa berat pergilah sang ayah ke seberang mencari tali, dengan meninggalkan anaknya yang sedang menebang pohon. setelah beberapa lama sang anak menunggu, namun ayah tidak juga kunjuung datang. setelah sekian lama anaknya menyusul ayahnya ke seberang namun tidak ada. akhirnya anaknya tersesat tidak tahu jalan pulang. lalu sang anak ingat akan batu yang di taburkannya di sepanjang jalan. dan dia pun mengikuti ceceran batu tersebut. akhirnya sang anak sampai di rumah. sesampainya di rumah kedua orang tuanya terkejut melihat anaknya pulang dengan selamat dengan membawa seikat kayu bakar. Keesokan harinya anaknya di ajak lagi oleh sang ayah mencari kayu bakar. kali ini tempatnya agak lebih jauh, sang anak tidak tau kalau sang ayah akan mengajak dia mencari kayu bakar kembali.dan lagi-lagi sang ayah yang mencari tali untuk pengikat. dan pada akhirnya sang anak tidak bisa pulang serta keluarga pak dana masih merasa kesusahan.
Karya : Rica Handayuni
Hidup Sebatang Kara
Di suatu pagi yang cerah, datanglah seorang kakek yang telah tua dan kelihatan sangat lemah.Orang tua tersebut menyapa sambil memegang perutnya,
”Maaf cung boleh kakek minta tolong?.
Aku kaget dan terkejut mendenger suara kakek tersebut. Sembari menoleh aku menjawab,
“Mau minta tolong apa kek”,?
“Kakek nyasar”? Jawab si kakek sambil terbatuk –batuk.
“Kakek mau kemana”? Jawabku.
“kakek mau mencari seseorang, kalau saja cucung tau dan pernah melihat seseorang nenek tua lewat di sini”? Ujar si kakek.
“Ciri –cirinya seperti apa kek”? kataku lembut
“Ciri –cirinya badan kecil, kurus, tinggi sekitar 180 cm ,rambut putih, umur sekitar 80 th, pakai kain merah baju kebaya merah, orang sering memanggilnya nyai ining”? Jelas si kakek
“Sudah berapa lama kira-kira nenek hilang, dan kenapa dia pergi meninggalkan rumah”? Tanyaku kepada si kakek.
“Dia pergi sekitar 2 bulan yang lalu, kakek kurang tau apa sebabnya nenek pergi, kata orang dia pergi sangat jauh dan tidak akan kembali lagi
Aku merasa kasihan, melihat kakek terlihat begitu kelaparan.Dengan rasa penuh ikhlas ku ambil selembar uang kertas Rp.5000,- lalu aku kasihkan ke si kakek. Kakek snagat gembira menerima uang yang aku berikan, walau nilai tak begitu seberapa, namun itu sangat berarti baginya untuk menyambung hidupnya.Setelah itu aku tak perna lagi melihatnya. Apakah si kakek itu masih hidup terus apakah sudah ketemu dengan nenek.
Karya: Rica Handayuni 6.B
Dibalik Mendung Masih Ada Mentari
Ku berjalan terus tanpa henti
Dan dia pun kini telah pergi
Ku berdoa di tengah indah dunia
Ku berdoa untuk dia yang ku rindukan
Tak tetrasa air mata dini menetes. Dibiarkannya air matanya membasahi bantal sambil memejamkan mata dan mendengarkan sebuah lagu milik Nidji tersebut. Lagu itu mengingatkan semua kenangan bersama kelvin, lalu boneka pemberian dari kelvin hadia pada saat ultah tahun kemarin yang berada disampingnya dipeluk erat olehnya. “aku kangen kamu.......!” ucapnya lirih. Ditengah isaknya ia duduk, lalu diambilnya pulpen dan kertas. Kemudian dituangkannya curatan hatinya melalui goresan pena. Ditulisnya sebuah puisi yang begitu mengisyratkan isi hatinya.
Sendiri ku bukannya tak mau
Bukan pula yang ku mau
Sendiri ku bukannya diam
Tapi ku sendiri hampa tanpamu
Rindukanmu bukannya sesakkan dada
Rindukanmu bangkitkan rasa
Satu untukmu, ku ingin kau ada
Namun hadirmu imajinasi ku
Bukan tak jengah ku ingat indahmu
Namun apa daya ku...!!!!!!!!!!!
Sehala nafas pun tak ku sanggup
Sekejap mata pun tak ku mampu
Tuk sekedar berkamuflase lupakan bayanganmu
Tak hanya dalam fatamorgana nikmati indahmu
Tak puas ia hanya mencurahkan isi hatinya dalam sebuah puisi, lalu diambilnya handphonenya. Ia menelpon sahabat karibnya dani
“ Aku mau mendampingi dirimu.. Aku mau cintaiiiiii kekuranganmu aku yang rela terluka”
(Bunyi nada dering dani) “ya...hallo l What’s up girl..??”, terdengar serak-serak basah yang khas dari seberang sana.
“Dan..(hiks.. hiks...)”, sapa dini sambil terisak.
“Wah,napa loe..??/ ada masalah apa?”. Tanya dani panik.
“Dan gue...........kangen kelvin! (hiks....hiks), jawab dini masih di tengah isaknya.
“Ya ampun!!!!!!!!!!!!!! Gue kira loe napa! Jadi, loe nangis sesenggukan gini, gara-gara loe masih kangen dia..?! Eh neng sadar! Hari gini, loe masih juga ingat dia, ingat dia tu udah selingku, apa lagi dia udah janji gak mau berhubungan ma loe lagi, dan dia dah nyuruh loe tu lupaiiii dia.!?”, tegas dani.
Iya ya......gue inget. Loe gak usah cerewet napa??? Loe kok gitu, bukannya dengar curhatan gue... eeeeh malah ngomel-ngomel. Lagian dia tu terpasak duaan gue. Gue yakin banget dia tu masih cyang am gue..... tapi dia tu Cuma gak tega nyakitin gue lagi, makanya dia gak mau ketemu lagi. Bela dini. Masih do selingil isaknya yang mulai mereda. ”Duh bukannya gue tu mau ngomel-ngomel. Wajarkan sebagai sohib loe, gue mau ngingeti loe doang kok!? Gue Cuma gak mau loe nangis gara-gara kangen ame dia terus.” Jelas dani. Iya gue ngerti. Tapi btw, kira-kira dia masih inget gak ya bskn gue ultah. Gue pengen dia tu ngucapi met ultah aja, gue gk berharap kok kado darinya. Ucapan saja sudah cukup buat ku. Sebenarnya gue tu masih cyang banget am dia, apalagi gue gak rela kalo dia punya cewek lain.ujar dini dalam isaknya.
“Ya gue ngerti, secara dia tu first love nya loe!!! Tapi ya da din loe kan udah setahon putus ama dia, coba deh loe harus bisa melupakan dia, loe harus coba buka hati dengan cowok laen!pasti loe bisa”. Kata dani
Sejenak dini terdiam, “ mungkin loe benar, gue harus buka hati ini untuk orang lain. Gara-gara fokus am dia, gue lupa semuanya.” Ucap dini sambil menghapus air matanya.
“Yup, dini yang gue kenal bukan yang tadi” hibur dani.
“he...he!!!? tkank’s ya dani, loe tu emang sahabat gue yang paling baik dan bisa mengerti gue”.
“ude dulu ye pulsa gue hampir habis nin, gara-gara nangis gue jadi ngatuk, gue bobok dulu ya! Good night bro....? ujar dini.
“Ya dah met bobok dini!!! Have a nice dream yehhhh!Good night”. Ucap dani
Tut.......tut..tut
Tanpa disadari dini, ada orang yang sudah lama mencintai dia.”Seandainya loe taho perasaan gue sebenarnya ke elo din....................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Karya: Rica Handayuni 6.B
Kenangan Masa Kecil
Tema : Ipin–Upin
Semejak di tayangnya film kartun ipin upin pada bulan rahmadan, mengingatkan ku pada masa kecil ku. Dulu waktu bulan puasa aku suka pecah puasanya di tambah dulu aku nakal tapi ada sisi baiknya aku suka membantu ibu.
Suatu ketika pada bulan puasa, aku di ajarkan untuk berpuasa suapaya dosa-dosa kita terhampunin kata orang tua ku. Jadi aku selalu puasa walaupun setengah hari. Dari kecil kita belajar untuk puasa. Tapi disaat sekolah sehabis bermain dahaga terasa kering.
“Neneng, aku capek ni. Aku mau minum”. Kata ku
“kan kita puasa, jadi gak boleh minum. Nanti pas magrib”. Kata neneng
“Yup kita ketempat kamu, aku gak tahan lagi! Kalau kamu gak mau mecah, biar aku saja”. Jawab ku sambil kecapean.
Ya deh aku juga haus, aku juga mau minum.!!!!!!!
Akhirnya kami mecah, karena kehausan. Pulang sekolah aku pura-pura puasa dan langsung berendam di bak mandi. Heeeeeeeeeeeeeeeeeeee “ em adem rasanya di bak mandi!!!! Setelah habis mandi aku membantu ibu menyiapkan untuk buka puasa. Sehabis berbuka puasa aku ama orang tua ku shal terawi, nah di saat shlat subuh ada cerama yang menceritakan “siapa tidak puasa adan masuk neraka”. Tanpa ku sadarin aku sudah berdosa, akhrinya keesokan harinya aku puasa lagi
“bim kita main yuk?.
“Gak ahhhh, aku lagi puasa entar aku haus lagi!!!! Kata ustad kita harus puasa, kalau gak puasa nanti kita masuk api neraka, gitu kata cerama subuh tadi pagi”. Kata ku sambil menasehati teman ku yang mau mengajak aku bermain.
Kalau begitu aku gak mau lagi, mecah takuttttttttt... nah cukup kemarin aja kita gak puasa dan berbohong ama orang
Karya: Rica Handayuni 6.B
Indahnya Suasana Di BKB
Siang hari yang menyegatkan di tempat wisata Benteng Kuto Besar, indahnya panoraman yang ada di sekitarnya, seperti rumah makan yang ngapung di aliran sunga musi, orang berjualan segala macam hiasan, serta masih banyak lagi yang ada di sekitar beteng kuto besar. Setiap orang datang ke benteng kuto besar pasti mereka tidak lupa mengabadikan seperti foto-foto.
“Wah… indahnya BKB (Benteng Kuto Besar),dari sini terlihat jelas sekali jembatan Ampera”. Indah apalagi di saat malam hari banyak muda mudi berada di sekitar BKB. Terpasang lampu berwana warni menghiasin jembatan Ampera. Disana pula ada banyak para pedagang yang mejajakan dagangannya minuman, snack-snack serta pempe ciri khas palembang. Mereka biasanya bersanda gurau dengan teman atau sanak saudara. Dari pinggiran sungai musi terlihat jelas keindahan sungai musi. Namun keindahan itu di kotori oleh gerombolan eceng gondong yang bertebaran di mana-mana. Di sungai musi ada beberapa kapal wisata yang biasa di jadikan tempat makan. Serta tempat untuk mengelilingi sungai musi.
Di kapal-kapal wisata kita bisa menemui beraneka macam makanan khas kota palembang, dari makanan pembuka pempe, makanan inti pindang ikan patin hingga makan penutupnya srikaya banyak orang tergila-gila dengan makanan pempe karena dari rasanya yang khas hingga rupa yang berbagai jenis seperti pempe kapal selam, pempe kulit dan pempe lenjar.
Karya: Rica Handayuni 6.B
CINTA SEGITIGA
Pada suatu siang, ada beberapa pihak sekolah yang datang ke dikmenti untuk mengikuti penyuluhan narkotika di cibubur. Dari tiap – tiap sekolah terdiri dari 7 siswa. Aku dan beberapa temanku sedang berdiri dibawah pohon, tiba –tiba ada sebuah taxi yang datang tanpa sengaja mataku ingin sekali tertuju pada taxi itu. Turunlah dua orang laki – laki dari taxi itu. Singkat cerita aku berkenalan dengan salah satu lelaki itu.
Christie : Hai……. Cewek (sambil menyentuh tangan lia ), teman saya ada yang mau kenalan sama kamu, Oh,ya nama saya christie, tapi bisa panggil saya chris.
Lia : Lia! siapa teman kamu yang mau kenalan sama saya ?
Christie : Itu teman saya ( sambil melihat kearah temannya ).Tiba – tiba lelaki itu mengampirin kami berdua ( Lia dan Christie ).
Niko : Siapa chris ?
Christie : Kenalin teman baru saya ( sambil melihat ke arah Lia)
Niko : Oh.., Niko ( mengulurkan tangannya ).
Lia : Lia.
Setelah berkenalan akhirnya, Mereka berbincang –bincang sambil minum capucino. Singkat ceritanya, selama penyuluhan 3 hari di cibubur. Niko dan Lia menghabiskan waktunya untuk pendekatan yang lebih jauh ( pacaran ). Mereka berdua sepakat untuk bertemu kembali setelah pulang dari penyuluhan narkotika.
Di hari sabtu niko menghubungi lia untuk memastikan janji untuk ketemu kembali. Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu di Mall Kelapa Gading ( Jakarta utara ).
Niko : Hallo….. Lia, sekarang dimana ? saya tunggu depan Gramed ya.
Lia : Oo…..ya sudah, sebentar lagi saya sampai, sekitar 10 menit lagi.
Setelah sampai di mall.
Niko : Hai…
Lia : Hai juga, sudah lama ya nunggu saya ? Maaf ya, tadi macet di jalan.
Niko : Kamu sudah makan belum ?
Lia : Sudah.
Setelah makan, Niko bermaksud untuk mengutarakan isi hatinya.
Niko : Jujur Lia, ( sambil memegang tangannya ), semenjak ketemu dengan kamu di penyuluhan narkotika itu. Saya selalu kepikiran terus sama kamu ! Lia apakah kamu mau menjadi pacarku ?
Lia : Ya, saya mau menjadi pacar kamu.
Setelah 6 bulan kemudian, tiba – tiba mantan pacar Niko yang bernama Fitri datang menemui niko dan ingin meminta untuk menjadi pacarnya lagi.
Fitri : ( Sambil menangis di bahu Niko ), saya masih sayang sama kamu, saya tidak bisa hidup tanpa kamu. Saya sadar, yang saya lakukan dulu salah. Saya khilaf, tolong maafin ya.
Niko : Kamu pikir mudah apa, untuk maafin setelah apa yang kamu lakukan dulu sama saya. Maaf, sekarang saya sudah punya pacar.
Fitri : Saya tidak rela kamu jadi milik orang lain, saya masih mencintain kamu.
Niko : Saya tetap tidak bisa fit,karena saya tidak mau menyakitin hati lia.
Fitri : Saya akan lakukan apa saja, asal kamu bisa kembali lagi dengan saya, saya mohon sama kamu, jadilah pacar saya kembali.
Setelah beberapa lama akhirnya, Niko memberikan jawaban.
Niko : Baiklah, saya menerima kamu kembali, asal kamu tidak mengulanginya lagi. Janji !
Fitri : Baiklah, saya janji tidak akan seperti dulu lagi. Makasih ya.
2 minggu kemudian, Lia melihat Niko dan Fitri di mall,sambil berpegangan tangan.
Lia : Niko, siapa dia ? ( Sambil marah ).
Niko : Dia, Fitri. Matan pacar saya dulu.
Fitri : Oh.. Ini pacar kamu, tapi maaf ya sekarang kamu bukan siapa – siapanya Niko lagi.
Lia : Apa maksud kamu, bicara seperti itu ? Saya masih pacarnya. Kami belum putus.
Fitri : Ya benar, kamu masih pacarnya niko. Tapi sebentar lagi Niko akan putusin kamu, karena kami berdua sudah balikan lagi.
Lia : Bener itu Niko, apa yang dia bilang tadi ?
Niko : Maafin saya Lia, semua itu bener, apa yang di bilang Fitri tadi. Tapi saya tidak akan putusin kamu, karena saya masih sayang sama kamu.
Lia : Kalau kamu sayang sama saya, sekarang kamu pilih saya atau dia ?
Niko : ( Niko terdiam dan bingung untuk memilih salah satu di antara mereka). Baiklah saya akan menjawabnya. Saya akan memilih Fitri, untuk Lia saya minta maaf.
Lia : Kamu jahat Niko, saya benci sama kamu…………
Karya: Rica Handayuni 6.B
RAHMADAN
Bulan yang penuh suci, disaat bulan puasa kita diharuskan untuk menahan lapar, haus dan nafsu. Di suatu ketika pada bulan rahmadan ada sepasang kekasih yang lagi dimabuk cinta. Tapi walaupun begitu meraka tidak pernah melakukan hal-hal yang di haramkan, pada bulan yang penuh suci mereka melakukan hal yang positif separti, melaksanakan shalat terawih dan menjalan puasa pada siang hari.
Malam haripun telah tiba, terdengar suara azan.
Antoni : Assalamualaikum.
Laras : Walaikumsalam.
Antoni : Yuk kita shlat terwih.
Laras : Iya, entar kk. Laras mau ambil air wuduh dulu. Kk masuk dulu.
Antoni : Ya.....!!!!
Tiba-tiba saja orang tua laras keluar, mereka mau berangkat ke masjid.
Orang tua laras : Eeeeee.. Nak antoni, lagi nunggu laras.
Antoni : Ya pak.
Orang tua laras : Oooo, bapak sama ibu duluan ya ke masjid, oia bilang sama laras pintunya jangan lupa di kunci. Assalamualaikum
Antoni : Walaikumsalam..
Laras : Maaf lama kk, bapak sama ibu udah pergi.
Antoni : Sudah, jangan lupa pintu.
Laras : Yap!!!!! Bosssss
Karya: Rica Handayuni 6.B
Waktu
Waktu dapat berputar
Tapi haitiku tak dapat berputar
Karena jarum hatiku tertunjuk padamu
Waktu dapat berubah , tapi hatiku
Tak dapat berubah
Andai aku bisa merubahnya
Dengan perasaan aku yang tak dapat aku pedam
Kau sulit dipisahkan
Kau pun sulit dihilangkan
Kau merubah perasaan aku menjadi beku
Beku terhadap cintamu
Ingin rasanya aku mencairkan perasaan aku
Agar aku tak merasakan permainan
Teka- tiku mu
Haruskah aku melakukan itu
Karna aku tak bisa bersatu
Didalam lubuk hatiku
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Kerinduan
Senandung rindu cintaku ku padamu
Menghiasi setiap perjalanan hidupku
Membayangkan memisahkan ragaku
Sampai maut memisahkan ragaku
Ku tak pahami dengan hatiku ini
Mengapa bisa sampai begini
Lemah tak berdaya tiada arti
Tanpa kehadiran mu disisiku
Siang bagaikan malamyang panjang
Hati bak karang disapu gelombang
Membayangkan wajahmu yang tampan
Mengusik malam yang sunyi dan lengang
Siapakah yang mampu mengobati
Rasa gejolak rindu didalam hatiku ini
Kecuali kekasih pujaan hati
Tuk mengisi hidup lebih berarti
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Keinginan Ku
Ku tatap mata ………..
Namun aku mencobah membuka telinga dan hati kecilku…
Bertanya pada kegelapan yang selalu menyelimuti hati ini…
Kegelapan yang selalu setia dalam mengisi hari- hari ku yang kosong…
Tak ada daya dan upaya untuk ku merintis sejuta cerita…
Tak ada kata,ada uraian cerita…
Berakhir kisah dalam nyata …
Yang tersisa hanyalah asa, duka dan lara ….
Namun aku tak kan pernah berhenti mencari dan berdo’a
Dalam setiap jengkal keinginan dihidup ku…
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Masa Depan Negeri ku
Secercah harapan istana Negeri
Terbentang luas permadani hijau ini
Kegembiraan selalu menaungi langkah negeri
Seakan tak kan berhenti
Mungkinkah suasana masa ini akan berganti
Ketika mata dan hati tertutup sunyi
Dimana malumu wahai para generasi
Ini segenap tanggung dan jawab yang harus dijalani
Wahai pemuda bangsa …..
Selama ini kalian hidup berselimutkan hura-hura
Tak henti terus berpesta ria
Hingga tak sadar jiwamu masuk dalam jurang hitam
Wahai pemuda bangsa…………..
Apakah kalian yakin esokkan bertemu pagi?
Apakah kalian tahu bahwa langkah,kegelapan
Hingga ajalmu sendiri akan menerkammu
Dimasa depan
Betapa tidak negeri akan meneteskan air mata
Betapa tidak alam akan menjadi murka
Jika para penerus bangsa kerap meracuni negerinya
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Gelisah
Tapak langkahmu masih tersimpan
Disetiap jalan hatiku
Tapi ketika semua akan berakhir
Aku sadar ada sedikit keretakan disana
Kasih!
Kehilangan satu jejak langkahmu
Membuat aku gelisah untuk percaya
Karna aku takut semua tak berjalan
Sesuai dengan setiap sudut hatiku
Dengan kejauhan ini
Jiwaku pun tertoreh sejuta gelisah
Membuat ragu itu hadir
Akankah cintamu selalu untukku?
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Tempat Wisata
Pada rabu pagi hari berada ditepian sungai musi untuk melihat keindahan sungai musi.yang beraneka ragam ada rumah –rumah penduduk ,rumah rakitan dan kapal –kapal yang berbagai bentuk dari besar hingga kecil bahkan sedang dan kami menikmati suasana yang sejuk dan indah pabila pada malam hari karna bayak permainan –permainan anak dan para muda ,mudi yang sedang duduk –duduk dan jalan-jalan sampai larut malam bahkan ditempat itu selalu ramai dan tidak bosan-bosannya anak-anak muda khususnya remaja kesana.
Biasanya sering diadakan acara baik itu acara resmi atau tidak,tapi terutema acara musik yang bayak digemari dan disukai oleh anak-anak remaja bahkan ada juga orang tua yang menyukai musik dan kalau ada acara musik sudah berlangsung pasti sangat ramai dan penuh semangat ,histeris orang yang menontonnya tanpa bosan-bosan dan ingin jumpa dengan idolanya .
Bila ditepian sungai musi ada acara,pastilah jalan disekitar sana macet dikarnakan jalan menuju tempat acara tersebut kecil sedangkan membeludaknya penonton yang ingin meyaksikan acara tersebut dari anak kecil hingga orang tua pun memadati tempat tersebut apabila ada acara antusias warga palembang khususnya sangat besar dapat kita lihat dari penonton yang datang untuk menonton acara yang sedang dilaksanakan .
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Upin dan Ipin
Suatu hari,dirumah upin dan ipin sangat sepih dan berteriak memanggil kakak ros dan opah ternyata tidak ada sautan kemana kakak ros dan opah ya kata upin dan ipin ,kakak…kak…..kami mau pergi main boleh gak?apa main ..kalau mau main kesini saja aduh gimana nih ipin ah kita kabur saja pelan-pelan .sambil menghitung satu,dua,tiga kabur…teriak kakak ros jangan kabur …kesini cepat ternyata upin dan ipin ketahuan kalau mereka ingin kabur dari kakak ros ternyata kalian berdua ingin kabur dari kakak ya kalau kamu berdua ingin keluar main bantu kakak dulu sama opah ,sementara ipin dan upin menuju kebun opah sudah duluan dikebun sedang sibuk –sibuknya opah menanam upin dan ipin melihat opah kepanasan jadi kelihatan kasihan opah yang sampai keringatan gitu,upin dan ipin segera bantu opah menanam dan opah mengajarin caranya pertama gali dulu tanahnya ,kedua ambil tanamannya lalu tanam dan rapikan beres wah mudah kalau cuman gitu .pas lagi enaknya menanam datanglah mei-mei mau mengajak main tapi kami lagi menanam mei ajak teman –teman kesini saja kita belajar menanam kacang ayo cepat bilang sama teman iksan ,fizi,bermain dirumah ipin dan upin aja kita belajar menanam sayuran oke mei .ipin dan upin mala bermain tanah dan bajunya kotor semua jadi kena marah sama kak ros jadi menanamnya buat bermain saja tapi untungnya mei membantu ipin dan upin mengerjakan menanam kacang datanglah mail untuk membantu ipin dan upin dan barulah mengeduk tanah ada cacing lalu mail ketakutan kakak ros datang sudah selesai belum ipin ,upin menanamnya sudah kakak kami boleh mainkan apa main mei mengatakan bahwa yang menyelesaikan menanam itu mei –mei bukan ipin dan upinsetelah mendengar bahwa yang menyelesaikan menanam kacang bukan ipin dan upin kakak ros marah dan tidak diperbolehkan main sama kakak tapi untuklah opah memperbolehkan bermain jangan keras sama adikmu ros biarlah dia main sebentar dari pada dirumah kamu marah-marah lebih baik kamu suruh adikmu bermain saja sebentar jangan lama-lama bermain teriak kakak ros ya kami dak lama-lama kok kak mainnya .
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Senandung Lili
Lili begitu orang memanggilnya lili bungsu yang selalu diejek oleh saudara-saudaranya simanja yang selalu ingin diperhatikan oleh mama dalam segala hal bahkan aku akan terus meregek kalo permintaan ku tidak mereka turuti tapi itu dulu sebelum akhirnaya aku ditipkan kepada paman untuk mengurangi beban hidup mereka tapi kenapa meski aku .masih tersendu air mata ini saat tante mira memanggil ku untuk makan malam lili kamu sudah tidur sambil mengelap air mata tante mira mengetuk pintu kamar lalu aku membuka pintu kamar aku pura-pura berlagak baru bangun tidur sambil mengucek-ngucek mata seperti biasa disana ada paman dan kedua sepupuhku yang umurnya lebih nudah sedikit dari pada aku mereka semua tampak sangat bersahaja.paman adalah adik kandung ibu dia sangat baik begitu pula dengan tante mira dan kedua anaknya mereka tidak ada yang salah dengan keluarga ini hanya perasaanku selalu menyalakan mama dan papa tentang keadaan .
Saat sedang menikmati pikiran tentang mereka tiba-tiba telepon berdering membuatku setengah sadar dan segera beranjak dari meja makan ‘’hallo ‘’,suara diseberang sana membuatku berdebar mas dika,ada apa jawabku tiba-tiba oh paman ada balas suara diseberang sana .kenapa langsung menayakan paman bukan menayakan kabar adiknya dulu setidaknya sudah hampir tiga bulan tidak bertemu ‘’mas dika apa kabar ,mama sama papa juga sehat kan tanyaku tiba-tiba dengan mata berbinar mas baik-baik saja dik .mama sama papa juga sehat kamu juga baik-baikkan iya jawabku singkat mana paman mas buru-buru nih ujar suara diseberang sana lagi.sekitar 15 menit pembicaraan mas dika dan paman berlangsung tidak jelas apa yang sedang mereka bicarakan raut muka paman sengat serius ,aku terus memperhatikan paman berharap akan diberi tahu tentang obrolnnya apa aku harus pura-pura pinsan untuk menyita waktu obrolnnya biar dikasih tau apa yang sedang diobrolkan tapi nanti malah yang disana cemas memikirkan ku yang disini lebih baik aku menunggu sampai paman selesai telponnya dan menceritakan apa yang diobrolkan sama mas dika tadi aku cukup cemas dan tegang mendengarkan apa yang diobrolkan sama mas dika ditelpon tapi untungnya paman sudah selesai terima telpon tapi tetap paman belum juga mengatakan apa yang dikatakan atau diobrolkan sama mas dika tapi meskipun aku belum dikasih tau tapi aku harus sabar menunggu sampai paman mengatakan kepadaku.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Surat Kasih
Ada yang terasa meremas jantungku saat tangan kita lepas dari jabatan,ada sesuatu yang jatuh dan luruh saat langkah mu kian menjauh memasuki dermaga .saat kapalmu menjauh aku seperti terhempas keatas batu karang yang tajam dan terjal aku remuk redam semuanya seperti tiba-tiba menerpa .dalam kepergianmu terselip rasa bangga yang mekar dihatiku karena saat itu kasih ku mendapatkan kesempatan melanjutkan studi dijawa ya pulau jawa .tirai pemisah akan membentang diantara kita jarak waktu dan tempat membuat kita saling melangkah sendiri .
Detik berpindah kejam ,jam berpindah kehari ,hari berpindah keminggu dan minggu pindah kebulan bulan pun berpindah ketahun .surat-suratmu penuh penuh mesrah dan api hidup .bila kurenungkan sendiri sudah berapa banyak surat yang kasih kirim .ramcangan dan kenyataan memang sangat berbeda .apa yang direncanakan manusia kadang meleset dari apa yang dikehendaki yang kuasa.itulah yang terjadi atas cinta kita .ku akui akulah yang ingkar ya ingkar tetapi sesungguhnya keingkaranku itu bukanlah sepenuhnya atas kemauanku sendiri.faktor keluarga ku lah yang memaksaku buat ingkar untuk tidak menanti sampai kasih selesai kuliah ,perih rasanya kala aku memutuskan semuanya itu.tapi gimana lagi mungkin inilah jalan terbaik buat kita berdua.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Tak Di Sangka
Menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu ,ada beberapa meja dan kursi diatas meja ada sebuah asbak dan buku .saat itu hari sudah malam kira-kira pukul 19.00
ibu :duduk gelisah lalu berdiri mondar –mandir sambil sesekali menengok kearah jendela
kemana saja adikmu ini irma?lalu berdiri dan melihat keluar jendela jangan-jangan
terjadi sesuatu!
Irma :saya juga sangat khawatir ,bu! Sambil memengang buku tetapi kita tunggu sajalah
Berita dari ayah
Ibu : biasanya adikmu pulang tak sampai malam begini! berdiri didepan pintu ayahmu
Belum pulang.
Irma : mungkin ayah masih mencari keterangan dari teman –teman mira
Ibu : ah,kira-kira apakah ia kerumah temannya untuk kerja kelompok duduk dikursi!
Irma : ah,saya kira tidak biasanya kan minta izin besok masih ada waktu untuk
Mengerjakan terdengar langkah kaki dari luar
Ibu : mungkin itu adikmu ,ir……..berdiri dikursi
Irma : o,ayah.bu sambil membukakan pintu
Ibu : bagaimana,pak,apa sudah ketemu ?
Ayah : duduk sambil menghela napas panjang ,lebih baik kita lapor kepolisi saja ,bu!
Tadi aku kerumah temannya,mira juga sudah pulang dari sekolah
Irma : mari pak,kita cari kerumah bibi saja!
Mira : datang dengan langkah cepat ibu!
Ayah : membuka pintu dari mana kau ?menyusakan orang tua !
Mira : maaf, pak! jangan marah dahulu!duduk dikursi
Ibu : ada apa,mengapa pulang sampai malam ,biasanya kalau ada perlu minta izin ?
Coba ceritakan!
Mira : tadi waktu pulang ,saya menjumpai orang yang berkerumunan ditepi jalan, saya
Saya sangat penasaran dan saya dekati .tahu-tahu ani,teman sekelas saya ,
Mendapat kecelakan aduh,saya hmpir pingsan!ani terluka tak sadar ,tangan dan
Kepalanya berlumuran darah.
Ayah : lalu………..?
Mira : terus ia diangkat kerumah skit dan saya ikut menghantarkan nya saya kerumah
Ani untuk memberi tahu orang tuanya.
Ibu : berdiri memegang tangan mira ,ya,sudah .tapi jika besok lagi kamu pulang
Terlambat beri tahu ibu ,ayah,atau kakakmu
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Gam
Narator : suatu dipedalaman kota aceh seorang ayah baru pulang “bekerja”sebagai
Sebagai anggota Gam dan bertemu anaknya dirumah
Bapak : ”asalamu’alikum “(mendrobrak pintu)
Aak : waa’laikum salam .bapak !’’(terkejut)
Bapak : cepat ambilkan minum!’’
Anak : ’’ba .baiklah ‘’
Beberapa saat kemudian sianak membawakan minum dan tak sengaja melihat bapaknya sedang mengelap –mengelap sejata
Bapak : ’’mana ibumu?apa dia tidak tahu kalau aku pulang hari ini ‘’(sambil mengelap
Senjata dan sesekali melihat stu persatu tumpukan berkas dihadapannya)
Anak : ’’ibu masih diladang .’’untuk apa senjata itu ?
Bapak : ’’bodoh kali kau .’’ senjata ini untuk melindungi aku,kau dan ibumu dari
Tawanan TNI .’’lambat laun kau dan ibumu akan ku perkenalkan dengan
Gam
Ibu : (masuk secara tiba’’)’’apa yang kau katakan barusan ?kau ingin mengajakku
Dan tami untuk masuk kedunia mu?tidak sudi aku !
Bapak : apa itu salah?aku cuman ingin mewujudkan cita-cita Gam untuk menyelamat
kan rakyat aceh ,termasuk kali ini kita cuman dibohongi pemerintah saja dan
selalu dijanjikan dengan janji kosong .
ibu : ’’tapi tidak perlu jadi penghianat bangsa seperti mu !coba kau lihat sudah
berapa banyak anggota Gam yang ditangkap mungkin sebentar lagi giliranmu
bapak : tutuplah ceramahmu itu,aku bosan mendengarnya
teman 1 : akhir ini aku jarang melihat tami?kemana dia ya ?
teman 2 : yah,paling dilarang bapaknya keluar .tau sendiri kan bapaknya takut ditakap
aparat
polisi datang menghampiri mereka
teman 2 :eh..eh…hera liat tu
teman 1 :apa…yang mana….
Teman2 :itu….ada polisi
Teman 1 :o.iya sepertinya menuju kemari
Teman 2 : dah…gimana nih…aku takut ditangkap
Teman 1 : wuss…jangan sembarangan ngomong memang kau berbuat apa
Teman2 : kemarin aku kesal dengan anaknya pak dodo..masak minta satu mangganya
Tidak boleh .aku naiki saja pohonnya tapi dia terus ngomel .akhirnya ku
Timpuk kepalanya dengan mangga
Teman 1 : terus masih dilanjutin petik mangganya
Teman 2 : ya, tidak aku langsung kabur soalnya dia memanggil bapaknya….nah tadi pagi
Aku melihat nya ternyata ada bakso super dikepalanya.hihi
Teman 1 : dasar jahil….!
Polisi : selamat siang adik-adik,saya ingin bertanya adik tau dengan pak awab?
Teman 1,2 : tau pak,tau…! Itu bapak kawan kami
Polisi : bisa saya antar kesana…
Teman 1,2 : oh…..bisa pak
Teman 1 : assalamualaikum ….tami ada yang mencari!
Anak : (membuka pintu )wss.ada apa?
Teman 1 : ini ada yang cari bapaknya?
Ibu : siapa mi?
Anak : ini bu…?
Polisi : selamat siang bu.saya pihak kepolisian membawa surat perintah penahanan
Atas bapak awab.diketahui bahwa beliau termasuk salah satu petingi Gam
Bisa saya bertemu dengannya ?
Ibu : maaf,suamiku sedang tidak ada dirumah !
Anak : benar,pak ,bapak saja pergi sekitaran 30 menit yang lalu
Ibu : kalau bapak tidak percaya silakan periksa rumah kami
Polisi : ok.saya percaya dengan kalian tapi kalian sampai kalian diketahui
Menyembunyikan saudara awab,maka kalian kami tangkap juga.permisi
Ibu : ibu masuk kedalam dulu
Duduk diteras rumah
Teman 2 : ada-ada saja bapakmu itu?
Anak : iya ,akapun heranmelihatnya kalau pulang hanya untuk makan marah-marah
Sibuk dengan senjata nya itu.
Tak disangka
Menggambarkan sebuah ruang tamu, ada beberapa meja dan kursi, diatas meja ada sebuah asbak dan buku. Saat itu hari sudah malam kira-kira pukul 19.00
Ibu : duduk gelisah lalu berdiri mondar-mandir sambil sesekali menengok kearah jendelah, kemana saja adikmu ini irma? Lalu berdiri dan melihat keluar jendelah, jangan-jangan terjadi sesuatu......
Irma : saya juga sangat hawatir bu, sambil memegang buku tetapi kita tunggu saja berita dari ayah
Ibu : biasanya adik mu pulang tak sampai malam begini? Berdiri didepan pintu ayahmu pun belum pulang.
Irma : mungkin ayah masih mencari ketarangan dari teman-teman mira
Ibu : ah, kira-kira apakah ia kerumah temannya untuk kerja kelompok, sambil duduk dikursi
Irma : ah, saya kira tidak, biasanyakan mira minta izin. Besok masih ada waktu untuk mengerjakan kalau ada tugas. Terdengar langkah kaki dari luar
Ibu : mungkin itu adikmu,ir....berdiri dari kursi
Irma : oh....ayah bu, sambil membukakan pintu
Ibu : bagaimana pak, apa sudah ketemu?
Ayah : duduk smbil menghela napas panjang, lebih baikkita lapor polisi saja bu! Tadi aku kerumah temannya,mira juga sudah pulang dari sekolah
Irma : mari pak, kita cari kerumah bibi saja!
Mira : datang dengan langkah cepat, ibu.....
Ayah : maaf pak, jangan marah dulu! Duduk dikursi
Ibu : adaapa, mengapa pulang sampai malam begini, biasanya kalau ada perlu kamu selalu minta izin coba ceritakan!
Mira : tadi waktu pulang, saya menjumpai orang berkerumunan ditepi jalan, saya sangat penasaran dan saya dekati. Tau-tau ani teman sekelas saya kecelakaan dan kondisi ani sangat parah
Ayah : lalu.....
Mira : terus ani dibawah kerumah sakit, dan saya ikut mengantarkannya sekaligus kerumah ani untuk memberi tahu orang tuanya.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B
Kerinduan
Senandung rindu cintaku padamu
Menghiasi setiapperjalanan hidupku
Membayangkan tuk selalu hidup bersamamu
Sampai maut memisahkan ragaku
Ku tak pahami dengan hatiku ini
Mengapa bisa sampai begini
lemah tak berdaya tiada arti
tanpa kehadiran mu disisiku
siang bagaikan malam yang panjang
hati bak karang disapu gelombang
membayangkan wajahmu yang rupawan
mengusik malam yang sunyi
siapakah yang mampu mengobati
rasa kejolak rindu didalam hatiku ini
kecuali kekasih pujaan hati
tuk mengisi hidup lebih berarti lagi
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Waktu
waktu dapat berputar
tapi hatiku tak dapat beputar
karena jarum hatiku tertunjuk padamu
waktu dapat berubah, tapi hatiku
tak dapat berubah andai kau bisa merubahnya
dengan perasaan yang tak dapat ku pendam
kau sulit dihapuskan
kaupun sulit dihilangkan
kau merubah perasaanku menjadi beku
ingin rasa nya ku cairkan perasaanku
tehadap cintamu
agar tak merasakan permainan teka-teki mu
haruskah aku melakukan itu
karena aku tak biasa bersatu
didalam lubuk hatimu
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Penantian
Gerimisnya hatiku kian menerpah penantian
Tidak selamanya matahari itu kan terang
dan bersinar.....selamanya......
Bagi hati yang di terpa penantian...
Lebih baik di cintai daripada mencintai
Hanyan cintalah yang bisa membuat
Penantian menjadi kenyataan....
Tak terasa hati ini pun menantikan sesuatu
Tetepi, tetapi hanya keajaiban yang bisa
Menghentikan khayalan yang terpendam itu...
Engkaulah cinta yang hatiku....
Bahagia walau dalam bayangan
hati yang lara dan teriris oleh geriimis....
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Hatimu dan hatiku
Pandangan yang seakan menembus hatiku
Membuat sandiwara cinta........
Walaupun hatimu dan hatiiku
Terpaut dalam impian bahagia
Saat cinta memanggil dalam bahagia
seakan hati terpendam dalam rasa
jeritan hati yang lara
membuatt cinta semangkin kuat
Oh..........pujaan hati mengapa cinta tengggelam
dalam kalbu yang terpendam
akankan kah kita bedua
manjalin kasih sepertiidulu....
K utuhan cinta yang aku dambakan
kini hanyalah sebuah dambaan....
hanya keyakinanlah yang akan membuat
aku tuk mempertahankan cinta kita....
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Amanat
Walau panas terik matahari mendiang
Segalah unggas berteduh berena
Aku tetap mengemudi bijak
Biar alam tidak bergerak
Lagi lembuhku tak tahu jemu
Mengikuti les patuh sekalih
Tidakkan aku berpeluk lutut
Mengingkari amanat ibu
Biar panas mendiang membakar
Kukemudikan bajak sukmaku
Mencari segalah keindahan
Hukuman Manis Buat Arya
Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya. Ruang itu di alasi tikar plastik kalimantan. Sangat nyaman. Arya dan Astri betah berlama-lamame mbaca di situ. Ibu Arya seorang guru, juga sering mengoreksi soal-soal ulangan di situ. Sekarang ini lampu-lampu ruang mati. Ayah belum sempat mengganti dengan lampu baru. Arya mengintip sekali lagi. Namun, ia tidak bisa melihat dengan jelas karena ruangan itu agak gelap. Sore itu tidak ada seorangpun ke rumah, kecuali Arya. Arya dan ibu mengantar astri ke dokter gigi. Arya mulai gelisah. Ia ingin sekali masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba ia di kejutkan oleh dering telepon. Ternyata dari Dani, teman sekelasnya.”Kalau kamu tidak menemukannya,berarti kamu ingkar janji.Dasar pengecut!” kata Deni dengan suara keras.
“Tapi Dan....”jawab Arya gugup.
Belum sempat Arya menyelesaikan kalimatnya,telepon sudah di tutup Dani.Arya lalu berjalan menuju ruang belajar.Besok Ibu akan memberi ulangan mate-matika.Di ruang itulah biasanya ibu menyiapkan soal-soal ulangan.Perlahan lahan di bukanya pinyu ruang itu. Berkas sinar lampu dari ruang makan menerobos masuk.
Itu dia!gumum Arya gembira.sebuah buku terletak di meja Tampak ada sehelai kertas terselip soal sebelum ulangan adalah perbuatan curang.Namun , ejekan Dani terngiang –ngiang di telinganya.
Arya menarik napas panjang dan bberkata pada dirinya sendiri, “Aku bukan pengecut. Aku harus mengambilnya !” dengan gemetar, di ambilnya kertas itu di atas meja. Lega rasanya begitu di lihat soal-soal itu benar-benar soal matematika. Rasa takut kembali muncul di hatinya. “Pengecut, pengecut!” Mengingat kata-kata Dani itu,Arya menjadi nekat membawa kertas itu keluar.Secepat kilat ia lari ke depan TV menelepon Dani. “Hebat!”teriak Dani.Arya lalu membacakan soal matematika itu kepada Dan
“Terima kasi, Arya.Besok ku traktir es krim Mas Doto deh!” seruh Dani riang.Arya tertegun sejenak.di lalu berlari ke rung belajar dan menyimpan kembali kertas soal itu.
Baru saja Aarya mau menutup pintu ruang belajar,terdengar suara mobil Ayah di depan rumah.”Hemmm,untung sudah beres,”gumumnya perlahan. Keesokan harinya ulangan matematika berlangsung sesuai jatwal.”Ya ampun, soalnya persis sekali !”seru Arya dalam hati .Dani berhasilmenyelesaikan soal ulangan dalam waktu duah puluh menit.Ketika ia menyerakan lembar jawaban. semuah anak memandang keheranan padanya.Arya tersenyum dan Dani membalas dengan mengedipkan sebelah matanya. Kau adalah sahabatku yang paling baik di dunia!” ucap Dani saat mereka menikmati es krim di bawah pohon. Arya tersipu.
Sore harinya, saat Arya pulang ke rumah.
“Arya Ibu punya kejutan buatmu!” seru Ibu gembira.
“Wow,chicken pie!”teriak Arya.
“makasih, bu!”seru Arya lagi.
Saat makan malam tiba,dengan bangga Ibu menceritakan kehebatan anaknya. ”Ayah,Arya mendapat nilai matematika paling tinggi di kelas,10! Seru Ibu. “Wah hebat! anak istimewa harus mendapat hadiah istimewa!” timpal Ayah.
“Aku juga mau kasih mas Arya hadiah.Tapi rahasiah!”
Ucap astri adik Arya. Arya menutup mulut dengan tangannya. Alisnya agak terangkat. Ia menjadi salah tingkah. Ia malu dan merasa sangat bersalah. Arya akhirnya menunduk dan berkata lirih, “Maaf, Bu. Saya membaca soal matematika itu tadi malam,”air kmata menggenang di pelupuk matanya.
Ibu memeluknya dengan lembut dan berkata, “Hmm, Ibu senang akhirnya kamu mengaku. Tapi mengapakukan kau lakukan itu? Ada yang menyuruhmu? “desak Ibu lembut.
“Ti....dak bu!” Sahut Arya cepat, tetap menunduk. “Memang susah jadi anak guru Ibu menyelidik halus.
“Mmm...sebetulnya kalau aku berani, hal ini tidak akan terjadi, Bu ,“ jawab Arya memberanikan diri. Ibu tersenyum mendengar jawaban anaknya. ”sebenarnya Ibu curiga sejak tadi malam. Kau tidak menyelipkan kembali soal matematika itu pada halaman semulah, jelas Ibu curiga melihat gerak-gerik Dani saat menyerahkan soal. Tapi sudahla, kamu sudah mengakui kesalahanmu,” ucap ibu lagi.
“jadi, sebetulnya ibu sudah tau sejak tadi malam?” AryaIbu tersenyum mengangguk
“Lo...kenapa mas Arya tidak langsung di marahi, bu? keheranan.tanya Astri. Ayah tertawasambil mengacak–acak rambut Astri, “Kamu tu paling suka kalau mas Arya di hukum!”
“menghukum seseorang itu tidak harus selalu dengan marah-marah!”Ibu menjelaskan. “Bu, Arya lebih baik di marahi habis-habisan dari pada di perlakukan baik begini,” serga Arya.
“Akh kamu! Sudah dalah nawar-nawar!” sahut Ayah sambil tertawa. Arya menghelah napasnya.
Tiba-tiba Ayah menyeletuk,” Astri sini chicken pienya dan habiskan saja deh!” Astri dan Arya serentak lari menuju lemari makan, dan terteriak, “jangan dooong!” Ayah dan Ibu tertawa melihat tingkah ke duah anaknya
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Belut Dan Kelomok 6 Sekawan
Pada suatu hari Gopar paling suka main di sawa. semangat, mereka menggali lumpur dengan tangan. Mereka biasanya berlombah.Setiap hari minggu, ia bersama Arif, Bagus, Bardi, dan Rizki mencari liang belut penu
Dengan semangat yang tinggi dan sangat mudah sekali mereka telah menemukan belut satu- persatu karna tempat yang mereka datangi sangat banyak belutnya, dan denyak, Bardi cemas dan malu.
Matahari sudah condong ke barat. Anak-anak yang berlompatan lumpur itu menghitung jumlah belut yang mereka dapat dan teryata cukup banyak dan dengan mudanya mereka sudah mendapatkan banyak belut, kecuali Bardi ia tidak mendapatkan satupun belut, sedangkan teman-teman yang lain sudah dapat banyak.
Jumlahnya 34 ekor.Gopar berkata”belut ini kita masak dan makan bersama”. Wah....tidak bisa.Masak Aku dapat delapan, haknya sama dengan Bardi yang tidak dapat apa-apa. Ini tidak adil, sanggah Bagus sambil memungut belutnya. Bagus tidak mau Bardi ikut bersama-sama mereka menyantap belut-belut yang mereka dapat karena Bardi tidak mendapatkan satupun belut.Ahirnya Bardi teringgung dangan perkataan bagus dan Bardipun pulang begitu saja ke rumahnyaat teman-teman yang lain termangu melih Bardi pulang dan tidak ikut menikmati hidangan belut di rumah Gopar.
Sejak peristiwa mencari belut,Bagusmenjadi pendiam,ia lebih banyak sendiri di sekolah. Ia merasa canggung untuk bergal bersama ARIF, Joko, Gopar, RIZKI, dan Bardi kelompok enam sekawan (KES) itu, kurang cerita tanpa Bagus yang pintar melucu. Sore itu, KES mendatangi rumahnya. Bagus kaget. Ia tidak menyangka kawan-kawannya itu menaru perhatian kepadanya.” Gus mestinya kamu tidak perlu kecewa karna Bardi menolak untuk meminjamkan PR matematika. Maksudnya Bardi baik agar kamu....”ujar Gopar.” Aku suda bercerita persoalan kita” Ujar Bardi tiba-tiba,Bagus tampak malu, wajanya tertunduk,” Aku menyesal mara padamu Bar! Kamu teryata baik.Maafkan aku... ujar Bagus terbata-bata. Akhirnya Bardi dan Bagus bersalaman dan berengkulan Mata Bagus dan Bardi tanpak berkaca-kaca kaelompok enam sekawanpun menjadi utuh lagi, bahkan mereka merencanakan minggu besok kitacari belut? Ujar Gopar memecah keheningan. ”Oke” sahut mereka kompak.
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Darma Dan Zainal
Darma gembira ketika Ayah mengajaknya liburan ke kota medan. Ini hadiah untuk Darma karena ia naik kelas empat.
Rumah paman darma terletak di Padang Bulan. Dekat sebuah sungai. Setiap sore Darma pergi ke sungai itu dan bermai dengan Zainal, A ndir, dan Pipiet, tetangga sebelah. Pakkat, desa Darma. Di Pakkat, Darma cuman bisa melihat pesawat di langit yang tinggi. Besarnya cuman sepenggagis ukura 30 cm. Sedangkan di rumah pamannya ini, jangan di tanya! Pesawat terbang yang melinyas di atas padng Bulan, tampak sebesar apapun mobil angkutan kota di atas kelapa. Setiap 10 menit dari pagi sampai magrib, terdengar deru pesawat ternbang yang melintas terbang di atas rumah. Baik ketika pesawat itu mendarat atau ketika akan melepas landas.
Hal membuat Darma ingin melihat pesawat terbang lebih dekat lagi. Bahkan ingin memegang pesawat itu kalau bisa.Menurut penduduk setempat, Bendara Udara Polonia itu dekat. Jalan kaki saja sudah dekat.
Suatu ketika, Darma dan Zainal sepakat ingin melihat pesawat terbang lebih dekat. Sebetulnya mereka juga mengajak anak-anak lain.Tetapi mereka tidak mau. Kedua anak ini pun pergi tanpa pamit kepada orangtua mereka. Mereka melangkah terus menyelusuri kampung. Akhirnng. Akhirnya di depan mata mereka tampak terhampar sebagian kecil dari landasan pesawat udara. Di kejauhan tampak juga tulisan Polania. Betapa gembira hati Darma dan Zainal.
Ada beberapa pesawat sedang parkir di situ, sesaat kemudian ada pesawat dari atas mulai turun dan menyentuh landasan. Akhirnya roda pesawat itu aspal hitam dan mengeluarkan suara mengiuk-ngiuk. Lalu pesawat itu berjalan seperti sebuah mobil.
Saking semangatnya ingin melihat pesawat lebih dekat, mereka menerobos pagar besi yang keropos. Mereka melangkahi rumput-rumpt yang jaraknya dua puluh meter dari landasan pesawat. Ketika sedang terpesona, seorang kakek penyabit rumput menegur mereka.
“Nak, mau ke mana kalian?”
“mau melihat pesawat, kek. Kami orang desa, kek. Sedang libur sekolah,” kata Darma terus terang.
“Kalau mau lihat pesawat, dari sini saja. Tak usah ke dalam landasan. Mereka terus berjalan menyusuri landasan. Mereka ingin melihat dari dekat pesawat yang baru mendarat. Mereka tidak peduli peringatan si kakek.Tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju kencang ke arah mereka. Mereka petugas keamanan bandara. Di leher salah satu dari mereka tergantung teropong. Pria yang di bonceng menggepal tinjunya seolah-olah mengancam Darma dan Zainal. Melihat petugas itu, kedua anak itu segera berlari. “Hei, mau ke mana kalian? Jangan masuk ke landasan,” larang mereka.
Darma dan Zainal tidak menjawab. Malah berlari semangkin kencang. Kedua petugas itu terus mengejar mereka dengan sepeda motor.Darma dan Zainal akhirnya tidak mampuh lagi berlari. Tangannya langsung memegang kerah baju Darma.
“kamu nakal ya.Di peringatkan, malah lari. Mau apa di sini? Mau curi kabel ya?”
“Bukan Pak. Bukan, “ teriak Darma.
“Sini kalian berdua,” kata petugas satunya lagi yang bertubuh kekar. “kalian tahu, ini landasan pesawat udara! Tidak boleh masuk dembarangan ke sini.Kalian bisa tertabrak pesawat!” Darma daN Zainal diam ketakutan.
“Pak Gendut, kita apakan ke duah anak ini?” tanya lelaki kekar itu ke pada temanya.
“kita tahan saja dulu, lalu rendam kepala mereka di air es selam satu jam. Biar mereka jerah,” jawab petugas gemuk itu.
“Ampun Pak. Maafkan kami. Kami datang ke sini hanya ingin melihat pesawat,” kata Darma. Sambil menangis sejadi-jadinya.
“Maaf Pak. Kami memang hanya ingin melihat pesawat,” kata Zainal pula. Tangannya menyaembah-nyembah kedua petugas itu. Dia juga menangis.
Rupanya sejak tadi, Kakek penyabit rumput itu sudah memperhatikan kelakuan mereka. Ia berlari–lari menemui petugas itu. Pak Gendut pun menerangkan pada Kakek itu tentang apa yang terjadi. Si kakek berusaha membela Darma dan Zainal.
“Sekarang , jawab yang jujur! Apa betul kalian kesini Cuma ingin melihat pesawat? Jangan bohong!” tanya Pak Gendut dengan suara keras. “Benar, Pak. Kami ini anak desa. Di desa, kami tidak perna melihat pesawat sebesar yang kami lihat tadi, Pak,” ujar Darma masi terisak.
“Kalian punya kartu pelajar?”
Darma dan Zainal mengeluarkan kartu pelajar dan memberikanya ke pada Pak Gendut. Kedua petugas itu memeriksa dengan teliti. Mereka akhirnya mengangguk –angguk percaya.terbang dari dekat.
“Pak Gendut, sebainya anak ini di pulangkan saja. Mereka ini anak desa yang belum perna melihat pesawat terbang dari dekat. Mereka hanya terpesona,. Dan karena teledor, mereka masuk ke daerah ini,”saran si kakek.
“Pak Gendut mengangguk –angguk.
“Kalian ini terlalu berani. Kalau mau lihat pesawat, datang saja ke bandara Polania.Di sana kita boleh lihat pesawat terbang di depan mata kita. Jadi bukan dari pinggir landasan sini.Berbahaya,” kata Pak Gendut.
“Kami mengerti, Pak. Maafkan kami,” kata Darma sambil menyalami ke dua petugas ini dan sang Kakek. Zainal juga melakukan hal yang sama.
“P esan Kakek, rajin rajin belajar. Siapa tau nanti menjadi pilot. Bisa melihat pesawat dari dekat setiap hari,” pesan si Kakek sambil tersenyum.
Darma dan Zainal mengangguk mantap.Ya, untunglah Kakek penyabit rumput ini membela mereka.Untung pula mereka membawa kartu pelajar. Kalau tidak, tahulah apa yang akan terjadi.
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Mengantar Matahari Pulang
Paman Harjo seorang nelayan di waduk Gaja Mungkur. Sebelumnya ia seorang petani. Sebelumnya lagi ia seorangan pekerja di percetakan. Begitu musim PH, ia pulang kampung untuk menjadi petani. Akan tetapi, saat itu waduk Gaja Mungkur di bangun. Selain untuk menampung air, dinas perikanan juga banyak menabur bibit ikan. Maka Paman Harjo akhirnya berlarih pekerjaan menjadi nelayan.
Bersama istrinya ia membangun warung apung di atas waduk. Drum-drum di ikat di sekitar warung apung agar tidak tenggelam. Mereka menyebutnya sebagai kerambah.Warung apung itu berupah restoran yang menjual makanan dengan lauk ikan. Juga di pakai untuk memelihara ikan dengan jaring –jaring yang di rendam di dalam waduk.Ikan –ikan peliharaan maupun hasil tangkapannya diolah disajikanBibi.
Langganan paman kebanyakan datang dari jauh. Bila ingin ke warung apung Paman., mereka cukup memberi kode dari tepi waduk. Kemidian parmin, pembantu dari Paman Harjo, akan menjemput mereka dari dengan perahu tempel. Para tamu sangat senang. Mereka bisa menikmati tumbuh-tumbuhan di sepanjang waduk Gajah Mungkur. Juga merasa berdebar saat berada di atas kapal kecil di ombang – ambingkan riak air tawar.
Dalam ilsilah keluargah, Paman adalah adik laki-laki Ibu. Sampai hari ini paman belum di karuniai seorang anak. Itu sebabnya, bila liburan tiba, Paman sering menjemputku ke jakarta. Tentu saja untuk di ajak berlibur di rumah Paman.
“ Hati – hati di sana! Jangan menyusakan pamanmu, ya!”
Pesan Ibu sewaktu kami bereangkat.
Hidup di tengah sungai terasa begitu dingin. Tetapi pemandangan di waktu pagi luar biasa indahnya. Waduk itu cukup luas. Tampak air sejauh mata memandang, dengan batas – batas gunung yang menjulang. Kapal – kapal kecil nelayan berserak dan bergoyang- goyang. Kecil di permainkan riak air.
“Ayo, ikut ambil ikan,” seru Paman dari kapal kecil dengan mesin tempel di belakangnya. Mula-mula aku takut. Tetapi Paman mengangkat ku dan mengangkat tubu kecilku di atas kapal. Kurasa mukahku pucat.
“Hati-hati, Pak! Andikan belum terbiasa.” Seru bibik dari atas keramba.Paman hanya tertawa.
Kapal kecil itu begitu lincah menyusur membelah air waduk. Air yang tersibah dibelakangnya seperti ular raksasa yang kemudian lenyap dalam riak. Kami akhirnya tibadi apung-apung, yaitu tanda tempat Paman meletakan jaringnya,Kapal lalu di hentikan. Tangan-tangan kukuh Paman meletakan jaringnya. Kapal lalu di hentikan. Tangan-tangan kuku Paman segera mengangkat jaring. Beberapa ikan terjebak menggelepar mencoba melepaskan diri. Paman memegang ikan itu dan memesukan ke dalam “kempis” yang sudah di persiapkan.
“Ayo angkat dan pegang!”teriak Paman. Aku mencoba meniru paman walau agak takut. Tetapi lama-lama aku jadi keasyikan sendiri. Disini Paman mengajariku banyak hal. Dari cara menangkap ikan, membela, membersikan sisik, sampai pada cara memasaknya.Aku paling pepes ketika ikan nila.
Rasanya puas sekali ketika mengangkat jaring-jaring yang sudah di pasang semalam. Ikan-ikan itu bergoyang mencoba melepaskan diri mata jaring.
Kemudian kami membawa pulang ikan-ikan itu, memasangnya dan menyajikannya di warung makan paman.
“Ikan-ikan ini adalah persedian untuk kita taburkan saat tidak musim ikan,” kata paman sambil menaburkan makanan di kerambah. Beberapa ikan berebutan menyambutnya. Aku ikut-ikutan menaburnya.
“Warung itu akan ramai bila ada acara-acara di tempat ini.
Misalnya lombah dayung, lombah ski air,atau pun lombah layang gasantung,”Paman menerangkan.
Ternyata waktu begitu singkat.Besok keluargaku akan menjemputku kembali ke jakarta. Pagi-pagi sekali sebuah mobil kijang warna metalik sudah berdiri di bibir pantai. Di sana Ayah,Ibu, dan adikku melambaikan tangan, paman bergegas mengambil kapal tempel dan menjemputnya.
“ Baru beberapa hari disini kamu sudah jadi gemuk. Makan ikan terus ya?” ledek ayah. Aku tersipuh.
“ Cumah jadi agak hitam. Tapi malah bagus untuk anak laki-laki,” sahut ibu. Paman dan bibi menyuguguhi kami ikan bakar yangn sangat harum dan gurih rasanya. Aku sudah berkali-kali menyantap makanan itu. Sehingga aku hapal betul kelezatannya.
“ Apa yang paling menarik bagimu disini,” tanya Ayah.
“ Menyebut dan mengantar matahari pulang,” jawabku pendek.” Memangnya di Jakarta tidak ada matahari?” tanya paman.
“ Ada. Paman. Tetapi terhalang gedung-gedung bertingkat. Itu mungkin yang menyebabkan orang-orang Jakarta kehilangan persaan. Mereka tidak pernah mengerti keagungan ciptaan Tuhan. Tidak pernah tahu betapa kecilnya kita di tengah alam yang luas ini...”
“ Bapak dan Ibu tertawa terbahak-bahak.
“kau ajari apa anakku selama ini? Puisi tentang kehidupan, yah?” tuduh ibu pada paman sambil tertawa. Saat itu matahari begitu indah menyusup ditengah warung keramba.
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Kena Batunya
“Ssst Bu Indati datang,” kata cahyo. Langsung saja anak-anak kelas 4 SD Samboh Indah beranjak duduk ke tempatnya masing-masing.
“Selamat pagi, anak-anak!” sapa Bu Isti dengan ramah.
“Selamat pagi, Buuuu!” Anak-anak menjawab dengan kompak.
“Anak-anak , kemaren Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semuah sudah mengerjakan?”
“Sudah Bu.”
Arga, kamu sudah membuat pantun?”
“Sudah dong Bu.”
“Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.”
Dengan wajah nakalnya, Argalana membacakan pantunnya sambil tersenyum-senyum.
“Jalan ke hutan melihat salak
Ada pula pohon-pohon tua
Ayam jantan terbahak-bahak
Lihat Inka giginya dua”
“Huahaha...........”Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak tertawa. Inka Cuma cemberut sebel sambil melihat Arga.
“Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya,”tegur Bu Isti. “Kekurangan orang lain itu bukan untuk di tertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.
“Ia Bu ,”jawab Arga sambil masih tersenyum-senyum.Itulah Arga, anak paling bandel di kelas empat. Ada saja ulah usilnya untuk mengganggu teman-temannya, terutama teman-teman perempuan di kelasnya. Perna satu hari Anggun kelabakan mencari buku PR matematikanya, padahal Pak Widodo, guru matematikanya, sudah masuk kelas dan siap meneliti PR anak-anak. Anggun kebingungan sampai hampir menangis. Eh, ternyata buku itu di temukan Pak Widodo di laci meja guru. Tentu saja ulah Arga yang selalu usil.
Siang itu, pulang sekolah, Inka mendatangiArga dengan wajah cemberut. “Arga, kenapa sih kamu selalu usil? Kenapa kamu selalu ngejek aku? Memangnya kamu suka kalau di ejek?” tanya Inka gusar.
Arga Cuma tertawa-tawa. “Aduh.....maaf deh, kamu marah ya In?”
“Ia dong, habis...kamu nakal. Kamu memang sengaja mengejek aku kan, biar anak-anak sekelas mentertawakan aku.”
“Wah.... jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Eh, katanya marah itu menghambat pertumbuhan gigi lho, nanti kamu giginya dua terus, hahaha...”Arga tertawa. Danto yang berada di dekat Arga ikut tertawa.
Elakang mereka “Huh! kalian jahat!”
Teriak Inka, “Aku nggak ngomong lagi sama kalian!” Inka meninggalkan ke dua anak yang masih tertawa nakal itu.
“Sudahlh In, nggak usa di pikirin. Arga kan memang usil dan nakal. Nanti kalau kita marah, dia malah tambah senang. Kita diamkan saja anak itu,” hibur Gandis, sahabat Inka.
Suatu hari, di siang yang panas, Inka dan Gandis berjalan kaku pulang sekolah. Tiba-tiba di terdengar bunyi bel sepeda berdering-dering. “Hoi...... minggir ....minggir....., Pangeran Arga yang ganteng ini mau lewat.Rakyat jelata di harap minggir.”
Inka dan Gandi Cuma menoleh sebel. Arga melewati mereka dengan tertawa keras. Tahu-tahu.... gubrak! Karena kurang hati-hati, sepeda Arga menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan.
“Rasain kamu! Teriak Inka. “makanya kalau naik sepeda itu liat depan.”Iya,” tamba Gandis “Makannya sama anak perempuan jangan suka nakal. Sekarang kamu kena batunya.
Sementara Arga hanya meringis kesakitan. “Adu.... tolong dong, aku gak bisa bangun nih?
“Ngapain di tolong. Di kan suka gangguin kita. Biar tahu rasa sekarang. Lagian, paling dia Cuma pura-pura. Nanti di kerjain lagi.”
Aduh.... aku nggak pura-pura. Kakiku sakit sekali,”rintih Arga.” Aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.” Akhirnya Inka tak tahan juga melihat Argayang meringis kesakitan dan tidak bisa berdiri.
“Ditolong yuk,Dis.”
“Tapi...”
Suadahlah, kitakan gak boleh dendam sama orang lain. Bagaimana pun, Arga kan teman kita juga.” Gandis mengangguk kedua anak itu mendekati Arga.
“Apanya yang sakit sekali, aku nggak kuat berdiri nih.
Gini aja Dis, kamu ke sekolah cari Pak Yan yang jaga sekolah. Pak Yan kan punya motor. Nanti arga biar di antar pulang sama Pak Yan. Sekarang aku di sini menemani Arga.”
“Ide yang bagus,”kata Gandis semangat. Ia segera berjalan cepat-cepat menuju ke sekolah yang masih kelihatan dari tempat itu.
“In.......,”kata Arga lirih. “Maafkan aku ya. Aku sering nggangguin kamu, Gandis, Anggun dan teman-teman yang lain.
“Makannya kamu jangan suka ngerjain orang, apalagi mengolok-olok kekurangan mereka. Jangan suka meremehkan anak perempuan.Nyatanya, kamu membutuhkan mereka. Jangan sukah meremehkan anak perempuan. Nyatanya, kamu membutuhkan mereka juga kan?”
“Iya deh, aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.”Arga betul-betul menepati janjinya. Sejak kejadian itu, ia tak pernah mengganggu teman-temannya lagi. Arga pun jadi punya banyak sahabat,termasuk Inka dan Gandis. Mereka sering mengerjakan PR dan belajar bersama.
“Ternyata kalau aku nggak nakal, sahabatku tambah banyak,” pikir Arga. “ternyata juga, punya banyak sahabat itu sangat menyenangkan.Kalau mereka uklang tahun kan aku jadi sering di traktir,hihihi.
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Lampu Padam
Pagi hari yang cerah, bunga berkembang,terdengar suara burung berkicau. Ayah masukmembawa tali dan pikulan. Sedang Murni membawa bekal yang di pikul lain.
Ayah: (menghentikan langkah) Kita sudah sampai di tempat tujuan.Ayah mau melihat apakah ada binatang yang kena jerat. Kamu di sini saja jangan pergi ke mana-mana,mengerti!
Murni : Baik, Ayah. (Ayah keluar)
(Kupu-kupu datang menyanyi dan menari)
Kupu-kupu: pagi yang cerah
Bunga- bunga mekar semuah
Harum baunya
Indah warnanya
La la la la la la
Kawan semua
Mari bekerja
Kumpulkan madu
Sebanyak-banyaknya
Murni : (memetik bunga sambil bernyanyi)
Bunga melati Putih Warnanya
Harum Baunya
Menyegarkan kalbu
Kupu-kupu : (Marah, mendekati Murni)
Hai manusia.Jangan ambil itu.Itu miliku bukan milikmu
Murni : (berhenti memetik bunga, bunga-bunga itu di rebut kupu-kupu). (masuk Tikus dan Kelinci, mereka bernyanyi memperhatikan Murni)
Kelinci : Kus Pasti dia!
Tikus : Akh masuk?
K elinci : Coba lihat tali-tali itu. (menunjuk)
Tikus : Mungkin juga. (bunga yang di pegang Murni di rebut kupu-kupu).
Kelinci : Aku akan dekati dia. Buktinya serulingmu. (Kelinci mendekati Murni sambil menari-nari.Kupu-kupu terkejut dan menjau)Halloh manusia.
Murni : Halloh.
Kelinci : Cari bunga, ya?
Kelinc : siapa yang melarang?
Murni :(menunjuk ke arah kupu-kupu) Kupu-kupu itu.
Kupu-kupu : (dari jauh) dia mengambil melik kami. Bunga-bunga ini milik kami,dia mau merusak
Kelinc : Benar, hutan ini milik kalian.(pada Murni) kalian jangan khawatir. Aku punya banyak.
Murni :Mana?
Kelinci :Ada di sana
Murni : Jauh?
Kelinci :Tidak.Itu dekat pohon yang besar ayoh kalau mau.Bunganya bagus-bagus.
Murni : (ragu-ragu, sambil melihat ke arah ayahnya pergi). Baiklah.(Tikus membunyikan seluring, kelinci menari-nari di ikuti murni terus menyelinap ke dalam semak-semak).
Keluar kupu-kupu kembali lagi menghisap madu.
Murni : (suara dari luar). Mana?
Kelinci : (suara di luar).Itu?
Murni : Masi jauh?
Kelinci : Sudah dekat! (sayup-sayup suara itu hilang).
(kupu-kupu bergembira sambil bergantian menghisap madu. Ayah masuk. Kupu-kupu itu berterbanganuar).
Ayah : (merasa heran). Murni,ke mana dia? (mememungut bunga-bunga yang tercecer).
Barangkali dia sedang mencari bunga.(duduk membuka bekal makan). Apa dia msudah makan? (selesai makan). Lama benar dia! (memanggil). Murni (tidak ada sahutan, bangkit).Murniiii......ayo pulang!
Huh merepotkan saja, sial, ke mana dia?
(menengok ke kanan dan kiri kiri)
(menghentekan kaki). Kalau tau begini, enggak usah di ajak!
Menjengkelkan! Apa lagi tak seekorpun binatang yang tertangkap!(....) Apa barangkali dia ke pinggir kali. Aku cari ke sana! (melangkah keluar sambil memanggil-manggil) Murniii....Murniii..... (suaranya sayup-sayup sampai menghilang
Lampu Padam
Pagi hari yang cerah, bunga berkembang,terdengar suara burung berkicau. Ayah masukmembawa tali dan pikulan. Sedang Murni membawa bekal yang di pikul lain.
Ayah: (menghentikan langkah) Kita sudah sampai di tempat tujuan.Ayah mau melihat apakah ada binatang yang kena jerat. Kamu di sini saja jangan pergi ke mana-mana,mengerti!
Murni : Baik, Ayah. (Ayah keluar)
(Kupu-kupu datang menyanyi dan menari)
Kupu-kupu: pagi yang cerah
Bunga- bunga mekar semuah
Harum baunya
Indah warnanya
La la la la la la
Kawan semua
Mari bekerja
Kumpulkan madu
Sebanyak-banyaknya
Murni : (memetik bunga sambil bernyanyi)
Bunga melati Putih Warnanya
Harum Baunya
Menyegarkan kalbu
Kupu-kupu : (Marah, mendekati Murni)
Hai manusia.Jangan ambil itu.Itu miliku bukan milikmu
Murni : (berhenti memetik bunga, bunga-bunga itu di rebut kupu-kupu). (masuk Tikus dan Kelinci, mereka bernyanyi memperhatikan Murni)
Kelinci : Kus Pasti dia!
Tikus : Akh masuk?
K elinci : Coba lihat tali-tali itu. (menunjuk)
Tikus : Mungkin juga. (bunga yang di pegang Murni di rebut kupu-kupu).
Kelinci : Aku akan dekati dia. Buktinya serulingmu. (Kelinci mendekati Murni sambil menari-nari.Kupu-kupu terkejut dan menjau)Halloh manusia.
Murni : Halloh.
Kelinci : Cari bunga, ya?
Kelinc : siapa yang melarang?
Murni :(menunjuk ke arah kupu-kupu) Kupu-kupu itu.
Kupu-kupu : (dari jauh) dia mengambil melik kami. Bunga-bunga ini milik kami,dia mau merusak
Kelinc : Benar, hutan ini milik kalian.(pada Murni) kalian jangan khawatir. Aku punya banyak.
Murni :Mana?
Kelinci :Ada di sana
Murni : Jauh?
Kelinci :Tidak.Itu dekat pohon yang besar ayoh kalau mau.Bunganya bagus-bagus.
Murni : (ragu-ragu, sambil melihat ke arah ayahnya pergi). Baiklah.(Tikus membunyikan seluring, kelinci menari-nari di ikuti murni terus menyelinap ke dalam semak-semak).
Keluar kupu-kupu kembali lagi menghisap madu.
Murni : (suara dari luar). Mana?
Kelinci : (suara di luar).Itu?
Murni : Masi jauh?
Kelinci : Sudah dekat! (sayup-sayup suara itu hilang).
(kupu-kupu bergembira sambil bergantian menghisap madu. Ayah masuk. Kupu-kupu itu berterbanganuar).
Ayah : (merasa heran). Murni,ke mana dia? (mememungut bunga-bunga yang tercecer).
Barangkali dia sedang mencari bunga.(duduk membuka bekal makan). Apa dia msudah makan? (selesai makan). Lama benar dia! (memanggil). Murni (tidak ada sahutan, bangkit).Murniiii......ayo pulang!
Huh merepotkan saja, sial, ke mana dia?
(menengok ke kanan dan kiri kiri)
(menghentekan kaki). Kalau tau begini, enggak usah di ajak!
Menjengkelkan! Apa lagi tak seekorpun binatang yang tertangkap!(....) Apa barangkali dia ke pinggir kali. Aku cari ke sana! (melangkah keluar sambil memanggil-manggil) Murniii....Murniii..... (suaranya sayup-sayup sampai menghilang
Karya : hepi Nala Murista
Tidak ada komentar:
Posting Komentar