Kamis, 01 Juli 2010

Kumpulan Puisi, Cerpen, dan Naskah Drama Kelas 6.B

1. Rica Handayuni
2. Dwi Rahmawati
3. Hepi Nala Murista
Cinta Pertama
Oh tuhan
Aku ingin selalu bersamanya
Setiap menit, detik
Tak ingin berpisah dari nya
Tuhan
Cinta itu bagaikan punduk merindukan bulan
Tapi ada saja rintangan seperti ada jembatan pembatas
Cinta itu butuh pengorbanan
Cinta, cinta , cinta dan cinta
Tiap orang punya cinta
Tapi cinta pertama itu yang paling terkesan
Di hati
Karya: Rica Handayuni 6.B
Indonesia Hancur
Sang surya menampakan sinarnya di pagi hari
Seakan marah kepada manusia
Tikus-tikus nakal semakin banyak berkeliharan
Akibat tikus nakal itu, rakyat menjadi korban yang tertindas
Sampai kapan tikus-tikus ini berhenti merajalela
Kapan, kapan, semua ini berakhir
Sampai kapan rakyat menunggu
Karya: Rica Handayuni 6.B

Sandiwara
Setangkup sunyi dan sepi
Layar telah tertutup dan malampun seakan mengejar pagi
Akan tetapi sandiwara masih tetap berjalan
Seperti akan ada masa-masa tertindas
Semuanya tanpa nyata
Bersandiwara memang tanpa mudah
Seperti koruptor yang selalu memakai topeng
Kemanapun dia pergi
Kapankah mereka berhenti bersandiwara
Dan berhenti mengambil uang rakyat
Karya: Rica Handayuni 6.B


Cinta Tak Terbalas
Cinta itu indah namun menyakitkan
Kadang disaat mencintai seseorang,
Tapi dia tidak mencintai
Kenapa ini terjadi
Apa ini namanya cinta tak terbalas
Ketika cinta itu muncul
Sebaliknya tidak ada rasa sama sekali
Karya: Rica Handayuni 6.B

Tobat
Ya allah
Hati ini selalu bertanya-tanya
Apakah kau mau memaafkan ku?
Tubuh ini banyak berlumuran dosa
Dosa yang sangat besar
Ya allah
Ampunilah aku
Aku takut dengan siksaan api neraka mu
Aku tak ingin lagi masuk ke lubang setan
Untuk ke sekian kalinya
Karya: Rica Handayuni 6.B


Cinta tak terungkap
Sewaktu kelas 1 SMA, aku jatuh cinta sama kakak kelasku. Aku bahkan dak tahu cara kenalan dengan si dia dengan kata-kata yang baik dan benar, kakak kelasku yang aku taksir namanya Aldi. Pernah suatu malam aku berlatih ngomong sama kaca, mengatakan kata-kata sok asik ngajak kenalan.
So secara tidak sengaja bertemu face-to-face dengan Aldi, aku langsung terdiam seperti ada sesuatu hal, sampai-sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Dulu aku pernah membuat kue buatan aku sendiri, tapi ada kata tapinya yaitu ada bantuan dari mama lho.......kue itu aku mau berikan untuk Aldi, cowok yang aku taksir. Dengan cara memberikan kue itu aku bisa dekat dengannya. Sebelum aku memberikan kepada Aldi, aku menyuruh sahabatku untuk mencicipin kue hasil buatan aku sama mamaku.
“ Coba deh kamu cicipin kue buatan aku?”.
“Hmmmmmm, kata prita(sahabatku)”.
“Enak kan? Rasanya kayak apa?”.
“ Kayak apa ya...., oia kayak kue yang ada di toko-toko”.
Tapi, rasanya, menurut aku tidak ada masalah enak apa tidaknya, yang jadi masalah? Apa dia mau menerima kue hasil buatan aku..
Saat pulang sekolah, aku langsung menunggu dia di depan kelasnya, saat itu dia keluar kelas dan lewat di depan aku, tapi lagi-lagi kaki ini tidak bisa bergerak untuk mendekatinnya. Akhir aku mengurungkan niatku untuk memberikan kue itu kepadanya. Akhirnya kue itu aku bawa pulang dan aku makan sendirian dalam kamar. Malamnya sekitar jam 08.00 WIB. Aku menelpon Aldi, tapi pas dia angkat langsung aku matikan karena aku takut, dan ada rasa gemetaran. Ternyata suaranya indah banget lho... baru kali ini aku mendengar suaranya.
Hampir semua orang yang jatuh cinta tak terungkap pernah merasakan seperti aku rasakan. Orang yang jatuh cinta tak terungkap pada akhirnya selalu melamun dan tidak pasti, memandang waktu yang berjalan dengan sangat cepat dan menyesalin bahwa orang yang aku suka sudah menjadi milik orang lain. Coba saja dulu aku berani, pasti tidak begini jadinya.
Karya: Rica Handayuni 6.B

Lima Anak Laki-Laki Dalam Keluarga Yang Miskin
Di suatu desa hiduplah sepasang suami istri yang rukun dan penuh rasa kasih sayang,walau harus penderitaan yang selalu mereka jalani.dan pada akhirnya mereka di karuniai seorang putra yang bernama Dana.keduanya sangat gembira menyambut putranya tersebut.dengan rasa penuh kasih sayang mereka besarkan putranya tersebut,suatu ketika istrinya bicara dengan suaminya,
“Pa,; Mama ingin sekali mendapat seorang anak perempuan ?”,
“Sabar ma mudah–mudahan anak kita yang kedua perempuan?”, Jawab suaminya.
tidak begitu lama sang istri hamil,ketika lahir ternyata anaknya laki–laki, betapa kecewanya sang istri mendapatkan anak laki –laki
“Kenapa si pa kok laki –laki lagi ?”. Ujar sang istri
“Sabar ma mungkin yang selanjutnya perempuan?” kata suaminya.
Dan begitu seterusnya sampai anak ke 5 namun laki –laki semua.sang suami kebingungan sudah 5 anaknya namun laki–laki semua tidak ada yang perempuan, Hidup memang sudah susah semua serba pas-pasan, di tambah anak 5.iang malam suaminya berfikir bagaimana caranya untuk mengurangi beban hidup mereka.dengan rasa putus asa suaminya bermusyawarah pada istri dan anak yang tertua.
“Ma, persediaan hidup kita telah menipis, mungkin cuma cukup untuk beberapa hari saja?”. kata suaminya.
Istrinya menjawab,”jadi bagaiman pa?”.
“Menurut papa kita harus mengurangi salah satu dari anggota rumah tangga kita?”.Kata suami
“Siapa pa yang akan kita kurangi pa,?”.Ujar istrinya
“Kalau mama setuju salah satu dari anak kita,?” Kata suaminya.
“Ya, kalau itu yang terbaik menurut papa, mama ikut saja,?’’ kata istrinya
Akhirnya mereka sepakat untuk mengurangi beban hidup mereka dangan cara megurangi salah satu anggota dari rumah tangga mereka yaitu satu dari anaknya.
Setelah rencana mereka masak akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat besok.
Namun sebelum mereka berangkat sang anak yang akan mereka buang mengetahui akan rencana kedua orang tuanya. Dengan diam-diam anaknya mengambil segenggam batu putih.
Keesokan harinya berangkatlah mereka ke hutan, tempat dimana mereka akan membuang anaknya. Di sepanjna jalan, sang anak menaburkan batu yang telah di persiapkannya dari rumahnya. Sesampainya di tengah hutan sang ayah,menyuruh anaknya menebang pohon yang akan di jadikan kayu bakar.Ayahnya bicara dengan anaknya,
“Nak, tebanglah pohon ini, ayah akan cari tali ikan di seberang sana, nanti kalau kayunya telah roboh ayah akan ke sini,?” kata sang ayah.
“Baik yah ?” jawab anaknya.
Dengan rasa berat pergilah sang ayah ke seberang mencari tali, dengan meninggalkan anaknya yang sedang menebang pohon. setelah beberapa lama sang anak menunggu, namun ayah tidak juga kunjuung datang. setelah sekian lama anaknya menyusul ayahnya ke seberang namun tidak ada. akhirnya anaknya tersesat tidak tahu jalan pulang. lalu sang anak ingat akan batu yang di taburkannya di sepanjang jalan. dan dia pun mengikuti ceceran batu tersebut. akhirnya sang anak sampai di rumah. sesampainya di rumah kedua orang tuanya terkejut melihat anaknya pulang dengan selamat dengan membawa seikat kayu bakar. Keesokan harinya anaknya di ajak lagi oleh sang ayah mencari kayu bakar. kali ini tempatnya agak lebih jauh, sang anak tidak tau kalau sang ayah akan mengajak dia mencari kayu bakar kembali.dan lagi-lagi sang ayah yang mencari tali untuk pengikat. dan pada akhirnya sang anak tidak bisa pulang serta keluarga pak dana masih merasa kesusahan.
Karya : Rica Handayuni

Hidup Sebatang Kara
Di suatu pagi yang cerah, datanglah seorang kakek yang telah tua dan kelihatan sangat lemah.Orang tua tersebut menyapa sambil memegang perutnya,
”Maaf cung boleh kakek minta tolong?.
Aku kaget dan terkejut mendenger suara kakek tersebut. Sembari menoleh aku menjawab,
“Mau minta tolong apa kek”,?
“Kakek nyasar”? Jawab si kakek sambil terbatuk –batuk.
“Kakek mau kemana”? Jawabku.
“kakek mau mencari seseorang, kalau saja cucung tau dan pernah melihat seseorang nenek tua lewat di sini”? Ujar si kakek.
“Ciri –cirinya seperti apa kek”? kataku lembut
“Ciri –cirinya badan kecil, kurus, tinggi sekitar 180 cm ,rambut putih, umur sekitar 80 th, pakai kain merah baju kebaya merah, orang sering memanggilnya nyai ining”? Jelas si kakek
“Sudah berapa lama kira-kira nenek hilang, dan kenapa dia pergi meninggalkan rumah”? Tanyaku kepada si kakek.
“Dia pergi sekitar 2 bulan yang lalu, kakek kurang tau apa sebabnya nenek pergi, kata orang dia pergi sangat jauh dan tidak akan kembali lagi
Aku merasa kasihan, melihat kakek terlihat begitu kelaparan.Dengan rasa penuh ikhlas ku ambil selembar uang kertas Rp.5000,- lalu aku kasihkan ke si kakek. Kakek snagat gembira menerima uang yang aku berikan, walau nilai tak begitu seberapa, namun itu sangat berarti baginya untuk menyambung hidupnya.Setelah itu aku tak perna lagi melihatnya. Apakah si kakek itu masih hidup terus apakah sudah ketemu dengan nenek.
Karya: Rica Handayuni 6.B

Dibalik Mendung Masih Ada Mentari
Ku berjalan terus tanpa henti
Dan dia pun kini telah pergi
Ku berdoa di tengah indah dunia
Ku berdoa untuk dia yang ku rindukan
Tak tetrasa air mata dini menetes. Dibiarkannya air matanya membasahi bantal sambil memejamkan mata dan mendengarkan sebuah lagu milik Nidji tersebut. Lagu itu mengingatkan semua kenangan bersama kelvin, lalu boneka pemberian dari kelvin hadia pada saat ultah tahun kemarin yang berada disampingnya dipeluk erat olehnya. “aku kangen kamu.......!” ucapnya lirih. Ditengah isaknya ia duduk, lalu diambilnya pulpen dan kertas. Kemudian dituangkannya curatan hatinya melalui goresan pena. Ditulisnya sebuah puisi yang begitu mengisyratkan isi hatinya.
Sendiri ku bukannya tak mau
Bukan pula yang ku mau
Sendiri ku bukannya diam
Tapi ku sendiri hampa tanpamu
Rindukanmu bukannya sesakkan dada
Rindukanmu bangkitkan rasa
Satu untukmu, ku ingin kau ada
Namun hadirmu imajinasi ku
Bukan tak jengah ku ingat indahmu
Namun apa daya ku...!!!!!!!!!!!
Sehala nafas pun tak ku sanggup
Sekejap mata pun tak ku mampu
Tuk sekedar berkamuflase lupakan bayanganmu
Tak hanya dalam fatamorgana nikmati indahmu
Tak puas ia hanya mencurahkan isi hatinya dalam sebuah puisi, lalu diambilnya handphonenya. Ia menelpon sahabat karibnya dani
“ Aku mau mendampingi dirimu.. Aku mau cintaiiiiii kekuranganmu aku yang rela terluka”
(Bunyi nada dering dani) “ya...hallo l What’s up girl..??”, terdengar serak-serak basah yang khas dari seberang sana.
“Dan..(hiks.. hiks...)”, sapa dini sambil terisak.
“Wah,napa loe..??/ ada masalah apa?”. Tanya dani panik.
“Dan gue...........kangen kelvin! (hiks....hiks), jawab dini masih di tengah isaknya.
“Ya ampun!!!!!!!!!!!!!! Gue kira loe napa! Jadi, loe nangis sesenggukan gini, gara-gara loe masih kangen dia..?! Eh neng sadar! Hari gini, loe masih juga ingat dia, ingat dia tu udah selingku, apa lagi dia udah janji gak mau berhubungan ma loe lagi, dan dia dah nyuruh loe tu lupaiiii dia.!?”, tegas dani.
Iya ya......gue inget. Loe gak usah cerewet napa??? Loe kok gitu, bukannya dengar curhatan gue... eeeeh malah ngomel-ngomel. Lagian dia tu terpasak duaan gue. Gue yakin banget dia tu masih cyang am gue..... tapi dia tu Cuma gak tega nyakitin gue lagi, makanya dia gak mau ketemu lagi. Bela dini. Masih do selingil isaknya yang mulai mereda. ”Duh bukannya gue tu mau ngomel-ngomel. Wajarkan sebagai sohib loe, gue mau ngingeti loe doang kok!? Gue Cuma gak mau loe nangis gara-gara kangen ame dia terus.” Jelas dani. Iya gue ngerti. Tapi btw, kira-kira dia masih inget gak ya bskn gue ultah. Gue pengen dia tu ngucapi met ultah aja, gue gk berharap kok kado darinya. Ucapan saja sudah cukup buat ku. Sebenarnya gue tu masih cyang banget am dia, apalagi gue gak rela kalo dia punya cewek lain.ujar dini dalam isaknya.
“Ya gue ngerti, secara dia tu first love nya loe!!! Tapi ya da din loe kan udah setahon putus ama dia, coba deh loe harus bisa melupakan dia, loe harus coba buka hati dengan cowok laen!pasti loe bisa”. Kata dani
Sejenak dini terdiam, “ mungkin loe benar, gue harus buka hati ini untuk orang lain. Gara-gara fokus am dia, gue lupa semuanya.” Ucap dini sambil menghapus air matanya.
“Yup, dini yang gue kenal bukan yang tadi” hibur dani.
“he...he!!!? tkank’s ya dani, loe tu emang sahabat gue yang paling baik dan bisa mengerti gue”.
“ude dulu ye pulsa gue hampir habis nin, gara-gara nangis gue jadi ngatuk, gue bobok dulu ya! Good night bro....? ujar dini.
“Ya dah met bobok dini!!! Have a nice dream yehhhh!Good night”. Ucap dani
Tut.......tut..tut
Tanpa disadari dini, ada orang yang sudah lama mencintai dia.”Seandainya loe taho perasaan gue sebenarnya ke elo din....................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Karya: Rica Handayuni 6.B

Kenangan Masa Kecil
Tema : Ipin–Upin
Semejak di tayangnya film kartun ipin upin pada bulan rahmadan, mengingatkan ku pada masa kecil ku. Dulu waktu bulan puasa aku suka pecah puasanya di tambah dulu aku nakal tapi ada sisi baiknya aku suka membantu ibu.
Suatu ketika pada bulan puasa, aku di ajarkan untuk berpuasa suapaya dosa-dosa kita terhampunin kata orang tua ku. Jadi aku selalu puasa walaupun setengah hari. Dari kecil kita belajar untuk puasa. Tapi disaat sekolah sehabis bermain dahaga terasa kering.
“Neneng, aku capek ni. Aku mau minum”. Kata ku
“kan kita puasa, jadi gak boleh minum. Nanti pas magrib”. Kata neneng
“Yup kita ketempat kamu, aku gak tahan lagi! Kalau kamu gak mau mecah, biar aku saja”. Jawab ku sambil kecapean.
Ya deh aku juga haus, aku juga mau minum.!!!!!!!
Akhirnya kami mecah, karena kehausan. Pulang sekolah aku pura-pura puasa dan langsung berendam di bak mandi. Heeeeeeeeeeeeeeeeeeee “ em adem rasanya di bak mandi!!!! Setelah habis mandi aku membantu ibu menyiapkan untuk buka puasa. Sehabis berbuka puasa aku ama orang tua ku shal terawi, nah di saat shlat subuh ada cerama yang menceritakan “siapa tidak puasa adan masuk neraka”. Tanpa ku sadarin aku sudah berdosa, akhrinya keesokan harinya aku puasa lagi

“bim kita main yuk?.
“Gak ahhhh, aku lagi puasa entar aku haus lagi!!!! Kata ustad kita harus puasa, kalau gak puasa nanti kita masuk api neraka, gitu kata cerama subuh tadi pagi”. Kata ku sambil menasehati teman ku yang mau mengajak aku bermain.
Kalau begitu aku gak mau lagi, mecah takuttttttttt... nah cukup kemarin aja kita gak puasa dan berbohong ama orang
Karya: Rica Handayuni 6.B

Indahnya Suasana Di BKB
Siang hari yang menyegatkan di tempat wisata Benteng Kuto Besar, indahnya panoraman yang ada di sekitarnya, seperti rumah makan yang ngapung di aliran sunga musi, orang berjualan segala macam hiasan, serta masih banyak lagi yang ada di sekitar beteng kuto besar. Setiap orang datang ke benteng kuto besar pasti mereka tidak lupa mengabadikan seperti foto-foto.
“Wah… indahnya BKB (Benteng Kuto Besar),dari sini terlihat jelas sekali jembatan Ampera”. Indah apalagi di saat malam hari banyak muda mudi berada di sekitar BKB. Terpasang lampu berwana warni menghiasin jembatan Ampera. Disana pula ada banyak para pedagang yang mejajakan dagangannya minuman, snack-snack serta pempe ciri khas palembang. Mereka biasanya bersanda gurau dengan teman atau sanak saudara. Dari pinggiran sungai musi terlihat jelas keindahan sungai musi. Namun keindahan itu di kotori oleh gerombolan eceng gondong yang bertebaran di mana-mana. Di sungai musi ada beberapa kapal wisata yang biasa di jadikan tempat makan. Serta tempat untuk mengelilingi sungai musi.
Di kapal-kapal wisata kita bisa menemui beraneka macam makanan khas kota palembang, dari makanan pembuka pempe, makanan inti pindang ikan patin hingga makan penutupnya srikaya banyak orang tergila-gila dengan makanan pempe karena dari rasanya yang khas hingga rupa yang berbagai jenis seperti pempe kapal selam, pempe kulit dan pempe lenjar.
Karya: Rica Handayuni 6.B

CINTA SEGITIGA
Pada suatu siang, ada beberapa pihak sekolah yang datang ke dikmenti untuk mengikuti penyuluhan narkotika di cibubur. Dari tiap – tiap sekolah terdiri dari 7 siswa. Aku dan beberapa temanku sedang berdiri dibawah pohon, tiba –tiba ada sebuah taxi yang datang tanpa sengaja mataku ingin sekali tertuju pada taxi itu. Turunlah dua orang laki – laki dari taxi itu. Singkat cerita aku berkenalan dengan salah satu lelaki itu.
Christie : Hai……. Cewek (sambil menyentuh tangan lia ), teman saya ada yang mau kenalan sama kamu, Oh,ya nama saya christie, tapi bisa panggil saya chris.
Lia : Lia! siapa teman kamu yang mau kenalan sama saya ?
Christie : Itu teman saya ( sambil melihat kearah temannya ).Tiba – tiba lelaki itu mengampirin kami berdua ( Lia dan Christie ).
Niko : Siapa chris ?
Christie : Kenalin teman baru saya ( sambil melihat ke arah Lia)
Niko : Oh.., Niko ( mengulurkan tangannya ).
Lia : Lia.
Setelah berkenalan akhirnya, Mereka berbincang –bincang sambil minum capucino. Singkat ceritanya, selama penyuluhan 3 hari di cibubur. Niko dan Lia menghabiskan waktunya untuk pendekatan yang lebih jauh ( pacaran ). Mereka berdua sepakat untuk bertemu kembali setelah pulang dari penyuluhan narkotika.
Di hari sabtu niko menghubungi lia untuk memastikan janji untuk ketemu kembali. Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu di Mall Kelapa Gading ( Jakarta utara ).
Niko : Hallo….. Lia, sekarang dimana ? saya tunggu depan Gramed ya.
Lia : Oo…..ya sudah, sebentar lagi saya sampai, sekitar 10 menit lagi.
Setelah sampai di mall.
Niko : Hai…
Lia : Hai juga, sudah lama ya nunggu saya ? Maaf ya, tadi macet di jalan.
Niko : Kamu sudah makan belum ?
Lia : Sudah.
Setelah makan, Niko bermaksud untuk mengutarakan isi hatinya.
Niko : Jujur Lia, ( sambil memegang tangannya ), semenjak ketemu dengan kamu di penyuluhan narkotika itu. Saya selalu kepikiran terus sama kamu ! Lia apakah kamu mau menjadi pacarku ?
Lia : Ya, saya mau menjadi pacar kamu.
Setelah 6 bulan kemudian, tiba – tiba mantan pacar Niko yang bernama Fitri datang menemui niko dan ingin meminta untuk menjadi pacarnya lagi.
Fitri : ( Sambil menangis di bahu Niko ), saya masih sayang sama kamu, saya tidak bisa hidup tanpa kamu. Saya sadar, yang saya lakukan dulu salah. Saya khilaf, tolong maafin ya.
Niko : Kamu pikir mudah apa, untuk maafin setelah apa yang kamu lakukan dulu sama saya. Maaf, sekarang saya sudah punya pacar.
Fitri : Saya tidak rela kamu jadi milik orang lain, saya masih mencintain kamu.
Niko : Saya tetap tidak bisa fit,karena saya tidak mau menyakitin hati lia.
Fitri : Saya akan lakukan apa saja, asal kamu bisa kembali lagi dengan saya, saya mohon sama kamu, jadilah pacar saya kembali.
Setelah beberapa lama akhirnya, Niko memberikan jawaban.
Niko : Baiklah, saya menerima kamu kembali, asal kamu tidak mengulanginya lagi. Janji !
Fitri : Baiklah, saya janji tidak akan seperti dulu lagi. Makasih ya.
2 minggu kemudian, Lia melihat Niko dan Fitri di mall,sambil berpegangan tangan.
Lia : Niko, siapa dia ? ( Sambil marah ).
Niko : Dia, Fitri. Matan pacar saya dulu.
Fitri : Oh.. Ini pacar kamu, tapi maaf ya sekarang kamu bukan siapa – siapanya Niko lagi.
Lia : Apa maksud kamu, bicara seperti itu ? Saya masih pacarnya. Kami belum putus.
Fitri : Ya benar, kamu masih pacarnya niko. Tapi sebentar lagi Niko akan putusin kamu, karena kami berdua sudah balikan lagi.
Lia : Bener itu Niko, apa yang dia bilang tadi ?
Niko : Maafin saya Lia, semua itu bener, apa yang di bilang Fitri tadi. Tapi saya tidak akan putusin kamu, karena saya masih sayang sama kamu.
Lia : Kalau kamu sayang sama saya, sekarang kamu pilih saya atau dia ?
Niko : ( Niko terdiam dan bingung untuk memilih salah satu di antara mereka). Baiklah saya akan menjawabnya. Saya akan memilih Fitri, untuk Lia saya minta maaf.
Lia : Kamu jahat Niko, saya benci sama kamu…………
Karya: Rica Handayuni 6.B

RAHMADAN
Bulan yang penuh suci, disaat bulan puasa kita diharuskan untuk menahan lapar, haus dan nafsu. Di suatu ketika pada bulan rahmadan ada sepasang kekasih yang lagi dimabuk cinta. Tapi walaupun begitu meraka tidak pernah melakukan hal-hal yang di haramkan, pada bulan yang penuh suci mereka melakukan hal yang positif separti, melaksanakan shalat terawih dan menjalan puasa pada siang hari.
Malam haripun telah tiba, terdengar suara azan.
Antoni : Assalamualaikum.
Laras : Walaikumsalam.
Antoni : Yuk kita shlat terwih.
Laras : Iya, entar kk. Laras mau ambil air wuduh dulu. Kk masuk dulu.
Antoni : Ya.....!!!!
Tiba-tiba saja orang tua laras keluar, mereka mau berangkat ke masjid.
Orang tua laras : Eeeeee.. Nak antoni, lagi nunggu laras.
Antoni : Ya pak.
Orang tua laras : Oooo, bapak sama ibu duluan ya ke masjid, oia bilang sama laras pintunya jangan lupa di kunci. Assalamualaikum
Antoni : Walaikumsalam..
Laras : Maaf lama kk, bapak sama ibu udah pergi.
Antoni : Sudah, jangan lupa pintu.
Laras : Yap!!!!! Bosssss
Karya: Rica Handayuni 6.B

Waktu
Waktu dapat berputar
Tapi haitiku tak dapat berputar
Karena jarum hatiku tertunjuk padamu
Waktu dapat berubah , tapi hatiku
Tak dapat berubah
Andai aku bisa merubahnya
Dengan perasaan aku yang tak dapat aku pedam
Kau sulit dipisahkan
Kau pun sulit dihilangkan
Kau merubah perasaan aku menjadi beku
Beku terhadap cintamu
Ingin rasanya aku mencairkan perasaan aku
Agar aku tak merasakan permainan
Teka- tiku mu
Haruskah aku melakukan itu
Karna aku tak bisa bersatu
Didalam lubuk hatiku
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Kerinduan
Senandung rindu cintaku ku padamu
Menghiasi setiap perjalanan hidupku
Membayangkan memisahkan ragaku
Sampai maut memisahkan ragaku
Ku tak pahami dengan hatiku ini
Mengapa bisa sampai begini
Lemah tak berdaya tiada arti
Tanpa kehadiran mu disisiku
Siang bagaikan malamyang panjang
Hati bak karang disapu gelombang
Membayangkan wajahmu yang tampan
Mengusik malam yang sunyi dan lengang
Siapakah yang mampu mengobati
Rasa gejolak rindu didalam hatiku ini
Kecuali kekasih pujaan hati
Tuk mengisi hidup lebih berarti
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Keinginan Ku
Ku tatap mata ………..
Namun aku mencobah membuka telinga dan hati kecilku…
Bertanya pada kegelapan yang selalu menyelimuti hati ini…
Kegelapan yang selalu setia dalam mengisi hari- hari ku yang kosong…
Tak ada daya dan upaya untuk ku merintis sejuta cerita…
Tak ada kata,ada uraian cerita…
Berakhir kisah dalam nyata …
Yang tersisa hanyalah asa, duka dan lara ….
Namun aku tak kan pernah berhenti mencari dan berdo’a
Dalam setiap jengkal keinginan dihidup ku…
Karya : Dwi Rahmawati 6.B



Masa Depan Negeri ku
Secercah harapan istana Negeri
Terbentang luas permadani hijau ini
Kegembiraan selalu menaungi langkah negeri
Seakan tak kan berhenti
Mungkinkah suasana masa ini akan berganti
Ketika mata dan hati tertutup sunyi
Dimana malumu wahai para generasi
Ini segenap tanggung dan jawab yang harus dijalani
Wahai pemuda bangsa …..
Selama ini kalian hidup berselimutkan hura-hura
Tak henti terus berpesta ria
Hingga tak sadar jiwamu masuk dalam jurang hitam
Wahai pemuda bangsa…………..
Apakah kalian yakin esokkan bertemu pagi?
Apakah kalian tahu bahwa langkah,kegelapan
Hingga ajalmu sendiri akan menerkammu
Dimasa depan
Betapa tidak negeri akan meneteskan air mata
Betapa tidak alam akan menjadi murka
Jika para penerus bangsa kerap meracuni negerinya
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Gelisah
Tapak langkahmu masih tersimpan
Disetiap jalan hatiku
Tapi ketika semua akan berakhir
Aku sadar ada sedikit keretakan disana
Kasih!
Kehilangan satu jejak langkahmu
Membuat aku gelisah untuk percaya
Karna aku takut semua tak berjalan
Sesuai dengan setiap sudut hatiku
Dengan kejauhan ini
Jiwaku pun tertoreh sejuta gelisah
Membuat ragu itu hadir
Akankah cintamu selalu untukku?
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Tempat Wisata
Pada rabu pagi hari berada ditepian sungai musi untuk melihat keindahan sungai musi.yang beraneka ragam ada rumah –rumah penduduk ,rumah rakitan dan kapal –kapal yang berbagai bentuk dari besar hingga kecil bahkan sedang dan kami menikmati suasana yang sejuk dan indah pabila pada malam hari karna bayak permainan –permainan anak dan para muda ,mudi yang sedang duduk –duduk dan jalan-jalan sampai larut malam bahkan ditempat itu selalu ramai dan tidak bosan-bosannya anak-anak muda khususnya remaja kesana.
Biasanya sering diadakan acara baik itu acara resmi atau tidak,tapi terutema acara musik yang bayak digemari dan disukai oleh anak-anak remaja bahkan ada juga orang tua yang menyukai musik dan kalau ada acara musik sudah berlangsung pasti sangat ramai dan penuh semangat ,histeris orang yang menontonnya tanpa bosan-bosan dan ingin jumpa dengan idolanya .
Bila ditepian sungai musi ada acara,pastilah jalan disekitar sana macet dikarnakan jalan menuju tempat acara tersebut kecil sedangkan membeludaknya penonton yang ingin meyaksikan acara tersebut dari anak kecil hingga orang tua pun memadati tempat tersebut apabila ada acara antusias warga palembang khususnya sangat besar dapat kita lihat dari penonton yang datang untuk menonton acara yang sedang dilaksanakan .
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Upin dan Ipin
Suatu hari,dirumah upin dan ipin sangat sepih dan berteriak memanggil kakak ros dan opah ternyata tidak ada sautan kemana kakak ros dan opah ya kata upin dan ipin ,kakak…kak…..kami mau pergi main boleh gak?apa main ..kalau mau main kesini saja aduh gimana nih ipin ah kita kabur saja pelan-pelan .sambil menghitung satu,dua,tiga kabur…teriak kakak ros jangan kabur …kesini cepat ternyata upin dan ipin ketahuan kalau mereka ingin kabur dari kakak ros ternyata kalian berdua ingin kabur dari kakak ya kalau kamu berdua ingin keluar main bantu kakak dulu sama opah ,sementara ipin dan upin menuju kebun opah sudah duluan dikebun sedang sibuk –sibuknya opah menanam upin dan ipin melihat opah kepanasan jadi kelihatan kasihan opah yang sampai keringatan gitu,upin dan ipin segera bantu opah menanam dan opah mengajarin caranya pertama gali dulu tanahnya ,kedua ambil tanamannya lalu tanam dan rapikan beres wah mudah kalau cuman gitu .pas lagi enaknya menanam datanglah mei-mei mau mengajak main tapi kami lagi menanam mei ajak teman –teman kesini saja kita belajar menanam kacang ayo cepat bilang sama teman iksan ,fizi,bermain dirumah ipin dan upin aja kita belajar menanam sayuran oke mei .ipin dan upin mala bermain tanah dan bajunya kotor semua jadi kena marah sama kak ros jadi menanamnya buat bermain saja tapi untungnya mei membantu ipin dan upin mengerjakan menanam kacang datanglah mail untuk membantu ipin dan upin dan barulah mengeduk tanah ada cacing lalu mail ketakutan kakak ros datang sudah selesai belum ipin ,upin menanamnya sudah kakak kami boleh mainkan apa main mei mengatakan bahwa yang menyelesaikan menanam itu mei –mei bukan ipin dan upinsetelah mendengar bahwa yang menyelesaikan menanam kacang bukan ipin dan upin kakak ros marah dan tidak diperbolehkan main sama kakak tapi untuklah opah memperbolehkan bermain jangan keras sama adikmu ros biarlah dia main sebentar dari pada dirumah kamu marah-marah lebih baik kamu suruh adikmu bermain saja sebentar jangan lama-lama bermain teriak kakak ros ya kami dak lama-lama kok kak mainnya .
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Senandung Lili
Lili begitu orang memanggilnya lili bungsu yang selalu diejek oleh saudara-saudaranya simanja yang selalu ingin diperhatikan oleh mama dalam segala hal bahkan aku akan terus meregek kalo permintaan ku tidak mereka turuti tapi itu dulu sebelum akhirnaya aku ditipkan kepada paman untuk mengurangi beban hidup mereka tapi kenapa meski aku .masih tersendu air mata ini saat tante mira memanggil ku untuk makan malam lili kamu sudah tidur sambil mengelap air mata tante mira mengetuk pintu kamar lalu aku membuka pintu kamar aku pura-pura berlagak baru bangun tidur sambil mengucek-ngucek mata seperti biasa disana ada paman dan kedua sepupuhku yang umurnya lebih nudah sedikit dari pada aku mereka semua tampak sangat bersahaja.paman adalah adik kandung ibu dia sangat baik begitu pula dengan tante mira dan kedua anaknya mereka tidak ada yang salah dengan keluarga ini hanya perasaanku selalu menyalakan mama dan papa tentang keadaan .
Saat sedang menikmati pikiran tentang mereka tiba-tiba telepon berdering membuatku setengah sadar dan segera beranjak dari meja makan ‘’hallo ‘’,suara diseberang sana membuatku berdebar mas dika,ada apa jawabku tiba-tiba oh paman ada balas suara diseberang sana .kenapa langsung menayakan paman bukan menayakan kabar adiknya dulu setidaknya sudah hampir tiga bulan tidak bertemu ‘’mas dika apa kabar ,mama sama papa juga sehat kan tanyaku tiba-tiba dengan mata berbinar mas baik-baik saja dik .mama sama papa juga sehat kamu juga baik-baikkan iya jawabku singkat mana paman mas buru-buru nih ujar suara diseberang sana lagi.sekitar 15 menit pembicaraan mas dika dan paman berlangsung tidak jelas apa yang sedang mereka bicarakan raut muka paman sengat serius ,aku terus memperhatikan paman berharap akan diberi tahu tentang obrolnnya apa aku harus pura-pura pinsan untuk menyita waktu obrolnnya biar dikasih tau apa yang sedang diobrolkan tapi nanti malah yang disana cemas memikirkan ku yang disini lebih baik aku menunggu sampai paman selesai telponnya dan menceritakan apa yang diobrolkan sama mas dika tadi aku cukup cemas dan tegang mendengarkan apa yang diobrolkan sama mas dika ditelpon tapi untungnya paman sudah selesai terima telpon tapi tetap paman belum juga mengatakan apa yang dikatakan atau diobrolkan sama mas dika tapi meskipun aku belum dikasih tau tapi aku harus sabar menunggu sampai paman mengatakan kepadaku.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Surat Kasih
Ada yang terasa meremas jantungku saat tangan kita lepas dari jabatan,ada sesuatu yang jatuh dan luruh saat langkah mu kian menjauh memasuki dermaga .saat kapalmu menjauh aku seperti terhempas keatas batu karang yang tajam dan terjal aku remuk redam semuanya seperti tiba-tiba menerpa .dalam kepergianmu terselip rasa bangga yang mekar dihatiku karena saat itu kasih ku mendapatkan kesempatan melanjutkan studi dijawa ya pulau jawa .tirai pemisah akan membentang diantara kita jarak waktu dan tempat membuat kita saling melangkah sendiri .
Detik berpindah kejam ,jam berpindah kehari ,hari berpindah keminggu dan minggu pindah kebulan bulan pun berpindah ketahun .surat-suratmu penuh penuh mesrah dan api hidup .bila kurenungkan sendiri sudah berapa banyak surat yang kasih kirim .ramcangan dan kenyataan memang sangat berbeda .apa yang direncanakan manusia kadang meleset dari apa yang dikehendaki yang kuasa.itulah yang terjadi atas cinta kita .ku akui akulah yang ingkar ya ingkar tetapi sesungguhnya keingkaranku itu bukanlah sepenuhnya atas kemauanku sendiri.faktor keluarga ku lah yang memaksaku buat ingkar untuk tidak menanti sampai kasih selesai kuliah ,perih rasanya kala aku memutuskan semuanya itu.tapi gimana lagi mungkin inilah jalan terbaik buat kita berdua.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Tak Di Sangka
Menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu ,ada beberapa meja dan kursi diatas meja ada sebuah asbak dan buku .saat itu hari sudah malam kira-kira pukul 19.00
ibu :duduk gelisah lalu berdiri mondar –mandir sambil sesekali menengok kearah jendela
kemana saja adikmu ini irma?lalu berdiri dan melihat keluar jendela jangan-jangan
terjadi sesuatu!
Irma :saya juga sangat khawatir ,bu! Sambil memengang buku tetapi kita tunggu sajalah
Berita dari ayah
Ibu : biasanya adikmu pulang tak sampai malam begini! berdiri didepan pintu ayahmu
Belum pulang.
Irma : mungkin ayah masih mencari keterangan dari teman –teman mira
Ibu : ah,kira-kira apakah ia kerumah temannya untuk kerja kelompok duduk dikursi!
Irma : ah,saya kira tidak biasanya kan minta izin besok masih ada waktu untuk
Mengerjakan terdengar langkah kaki dari luar
Ibu : mungkin itu adikmu ,ir……..berdiri dikursi
Irma : o,ayah.bu sambil membukakan pintu
Ibu : bagaimana,pak,apa sudah ketemu ?
Ayah : duduk sambil menghela napas panjang ,lebih baik kita lapor kepolisi saja ,bu!
Tadi aku kerumah temannya,mira juga sudah pulang dari sekolah
Irma : mari pak,kita cari kerumah bibi saja!
Mira : datang dengan langkah cepat ibu!
Ayah : membuka pintu dari mana kau ?menyusakan orang tua !
Mira : maaf, pak! jangan marah dahulu!duduk dikursi
Ibu : ada apa,mengapa pulang sampai malam ,biasanya kalau ada perlu minta izin ?
Coba ceritakan!
Mira : tadi waktu pulang ,saya menjumpai orang yang berkerumunan ditepi jalan, saya
Saya sangat penasaran dan saya dekati .tahu-tahu ani,teman sekelas saya ,
Mendapat kecelakan aduh,saya hmpir pingsan!ani terluka tak sadar ,tangan dan
Kepalanya berlumuran darah.
Ayah : lalu………..?
Mira : terus ia diangkat kerumah skit dan saya ikut menghantarkan nya saya kerumah
Ani untuk memberi tahu orang tuanya.
Ibu : berdiri memegang tangan mira ,ya,sudah .tapi jika besok lagi kamu pulang
Terlambat beri tahu ibu ,ayah,atau kakakmu
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Gam
Narator : suatu dipedalaman kota aceh seorang ayah baru pulang “bekerja”sebagai
Sebagai anggota Gam dan bertemu anaknya dirumah
Bapak : ”asalamu’alikum “(mendrobrak pintu)
Aak : waa’laikum salam .bapak !’’(terkejut)
Bapak : cepat ambilkan minum!’’
Anak : ’’ba .baiklah ‘’
Beberapa saat kemudian sianak membawakan minum dan tak sengaja melihat bapaknya sedang mengelap –mengelap sejata
Bapak : ’’mana ibumu?apa dia tidak tahu kalau aku pulang hari ini ‘’(sambil mengelap
Senjata dan sesekali melihat stu persatu tumpukan berkas dihadapannya)
Anak : ’’ibu masih diladang .’’untuk apa senjata itu ?
Bapak : ’’bodoh kali kau .’’ senjata ini untuk melindungi aku,kau dan ibumu dari
Tawanan TNI .’’lambat laun kau dan ibumu akan ku perkenalkan dengan
Gam
Ibu : (masuk secara tiba’’)’’apa yang kau katakan barusan ?kau ingin mengajakku
Dan tami untuk masuk kedunia mu?tidak sudi aku !
Bapak : apa itu salah?aku cuman ingin mewujudkan cita-cita Gam untuk menyelamat
kan rakyat aceh ,termasuk kali ini kita cuman dibohongi pemerintah saja dan
selalu dijanjikan dengan janji kosong .
ibu : ’’tapi tidak perlu jadi penghianat bangsa seperti mu !coba kau lihat sudah
berapa banyak anggota Gam yang ditangkap mungkin sebentar lagi giliranmu
bapak : tutuplah ceramahmu itu,aku bosan mendengarnya
teman 1 : akhir ini aku jarang melihat tami?kemana dia ya ?
teman 2 : yah,paling dilarang bapaknya keluar .tau sendiri kan bapaknya takut ditakap
aparat
polisi datang menghampiri mereka
teman 2 :eh..eh…hera liat tu
teman 1 :apa…yang mana….
Teman2 :itu….ada polisi
Teman 1 :o.iya sepertinya menuju kemari
Teman 2 : dah…gimana nih…aku takut ditangkap
Teman 1 : wuss…jangan sembarangan ngomong memang kau berbuat apa
Teman2 : kemarin aku kesal dengan anaknya pak dodo..masak minta satu mangganya
Tidak boleh .aku naiki saja pohonnya tapi dia terus ngomel .akhirnya ku
Timpuk kepalanya dengan mangga
Teman 1 : terus masih dilanjutin petik mangganya
Teman 2 : ya, tidak aku langsung kabur soalnya dia memanggil bapaknya….nah tadi pagi
Aku melihat nya ternyata ada bakso super dikepalanya.hihi
Teman 1 : dasar jahil….!
Polisi : selamat siang adik-adik,saya ingin bertanya adik tau dengan pak awab?
Teman 1,2 : tau pak,tau…! Itu bapak kawan kami
Polisi : bisa saya antar kesana…
Teman 1,2 : oh…..bisa pak
Teman 1 : assalamualaikum ….tami ada yang mencari!
Anak : (membuka pintu )wss.ada apa?
Teman 1 : ini ada yang cari bapaknya?
Ibu : siapa mi?
Anak : ini bu…?
Polisi : selamat siang bu.saya pihak kepolisian membawa surat perintah penahanan
Atas bapak awab.diketahui bahwa beliau termasuk salah satu petingi Gam
Bisa saya bertemu dengannya ?
Ibu : maaf,suamiku sedang tidak ada dirumah !
Anak : benar,pak ,bapak saja pergi sekitaran 30 menit yang lalu
Ibu : kalau bapak tidak percaya silakan periksa rumah kami
Polisi : ok.saya percaya dengan kalian tapi kalian sampai kalian diketahui
Menyembunyikan saudara awab,maka kalian kami tangkap juga.permisi
Ibu : ibu masuk kedalam dulu
Duduk diteras rumah
Teman 2 : ada-ada saja bapakmu itu?
Anak : iya ,akapun heranmelihatnya kalau pulang hanya untuk makan marah-marah
Sibuk dengan senjata nya itu.
Tak disangka
Menggambarkan sebuah ruang tamu, ada beberapa meja dan kursi, diatas meja ada sebuah asbak dan buku. Saat itu hari sudah malam kira-kira pukul 19.00
Ibu : duduk gelisah lalu berdiri mondar-mandir sambil sesekali menengok kearah jendelah, kemana saja adikmu ini irma? Lalu berdiri dan melihat keluar jendelah, jangan-jangan terjadi sesuatu......
Irma : saya juga sangat hawatir bu, sambil memegang buku tetapi kita tunggu saja berita dari ayah
Ibu : biasanya adik mu pulang tak sampai malam begini? Berdiri didepan pintu ayahmu pun belum pulang.
Irma : mungkin ayah masih mencari ketarangan dari teman-teman mira
Ibu : ah, kira-kira apakah ia kerumah temannya untuk kerja kelompok, sambil duduk dikursi
Irma : ah, saya kira tidak, biasanyakan mira minta izin. Besok masih ada waktu untuk mengerjakan kalau ada tugas. Terdengar langkah kaki dari luar
Ibu : mungkin itu adikmu,ir....berdiri dari kursi
Irma : oh....ayah bu, sambil membukakan pintu
Ibu : bagaimana pak, apa sudah ketemu?
Ayah : duduk smbil menghela napas panjang, lebih baikkita lapor polisi saja bu! Tadi aku kerumah temannya,mira juga sudah pulang dari sekolah
Irma : mari pak, kita cari kerumah bibi saja!
Mira : datang dengan langkah cepat, ibu.....
Ayah : maaf pak, jangan marah dulu! Duduk dikursi

Ibu : adaapa, mengapa pulang sampai malam begini, biasanya kalau ada perlu kamu selalu minta izin coba ceritakan!
Mira : tadi waktu pulang, saya menjumpai orang berkerumunan ditepi jalan, saya sangat penasaran dan saya dekati. Tau-tau ani teman sekelas saya kecelakaan dan kondisi ani sangat parah
Ayah : lalu.....
Mira : terus ani dibawah kerumah sakit, dan saya ikut mengantarkannya sekaligus kerumah ani untuk memberi tahu orang tuanya.
Karya : Dwi Rahmawati 6.B

Kerinduan
Senandung rindu cintaku padamu
Menghiasi setiapperjalanan hidupku
Membayangkan tuk selalu hidup bersamamu
Sampai maut memisahkan ragaku

Ku tak pahami dengan hatiku ini
Mengapa bisa sampai begini
lemah tak berdaya tiada arti
tanpa kehadiran mu disisiku

siang bagaikan malam yang panjang
hati bak karang disapu gelombang
membayangkan wajahmu yang rupawan
mengusik malam yang sunyi

siapakah yang mampu mengobati
rasa kejolak rindu didalam hatiku ini
kecuali kekasih pujaan hati
tuk mengisi hidup lebih berarti lagi
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Waktu
waktu dapat berputar
tapi hatiku tak dapat beputar
karena jarum hatiku tertunjuk padamu
waktu dapat berubah, tapi hatiku

tak dapat berubah andai kau bisa merubahnya
dengan perasaan yang tak dapat ku pendam
kau sulit dihapuskan

kaupun sulit dihilangkan
kau merubah perasaanku menjadi beku
ingin rasa nya ku cairkan perasaanku
tehadap cintamu

agar tak merasakan permainan teka-teki mu
haruskah aku melakukan itu
karena aku tak biasa bersatu
didalam lubuk hatimu
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Penantian
Gerimisnya hatiku kian menerpah penantian
Tidak selamanya matahari itu kan terang
dan bersinar.....selamanya......

Bagi hati yang di terpa penantian...
Lebih baik di cintai daripada mencintai
Hanyan cintalah yang bisa membuat

Penantian menjadi kenyataan....
Tak terasa hati ini pun menantikan sesuatu
Tetepi, tetapi hanya keajaiban yang bisa
Menghentikan khayalan yang terpendam itu...

Engkaulah cinta yang hatiku....
Bahagia walau dalam bayangan
hati yang lara dan teriris oleh geriimis....
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Hatimu dan hatiku
Pandangan yang seakan menembus hatiku
Membuat sandiwara cinta........
Walaupun hatimu dan hatiiku
Terpaut dalam impian bahagia

Saat cinta memanggil dalam bahagia
seakan hati terpendam dalam rasa
jeritan hati yang lara
membuatt cinta semangkin kuat

Oh..........pujaan hati mengapa cinta tengggelam
dalam kalbu yang terpendam
akankan kah kita bedua
manjalin kasih sepertiidulu....

K utuhan cinta yang aku dambakan
kini hanyalah sebuah dambaan....
hanya keyakinanlah yang akan membuat
aku tuk mempertahankan cinta kita....
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Amanat
Walau panas terik matahari mendiang
Segalah unggas berteduh berena
Aku tetap mengemudi bijak

Biar alam tidak bergerak
Lagi lembuhku tak tahu jemu
Mengikuti les patuh sekalih
Tidakkan aku berpeluk lutut

Mengingkari amanat ibu
Biar panas mendiang membakar
Kukemudikan bajak sukmaku
Mencari segalah keindahan

Hukuman Manis Buat Arya
Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya. Ruang itu di alasi tikar plastik kalimantan. Sangat nyaman. Arya dan Astri betah berlama-lamame mbaca di situ. Ibu Arya seorang guru, juga sering mengoreksi soal-soal ulangan di situ. Sekarang ini lampu-lampu ruang mati. Ayah belum sempat mengganti dengan lampu baru. Arya mengintip sekali lagi. Namun, ia tidak bisa melihat dengan jelas karena ruangan itu agak gelap. Sore itu tidak ada seorangpun ke rumah, kecuali Arya. Arya dan ibu mengantar astri ke dokter gigi. Arya mulai gelisah. Ia ingin sekali masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba ia di kejutkan oleh dering telepon. Ternyata dari Dani, teman sekelasnya.”Kalau kamu tidak menemukannya,berarti kamu ingkar janji.Dasar pengecut!” kata Deni dengan suara keras.
“Tapi Dan....”jawab Arya gugup.
Belum sempat Arya menyelesaikan kalimatnya,telepon sudah di tutup Dani.Arya lalu berjalan menuju ruang belajar.Besok Ibu akan memberi ulangan mate-matika.Di ruang itulah biasanya ibu menyiapkan soal-soal ulangan.Perlahan lahan di bukanya pinyu ruang itu. Berkas sinar lampu dari ruang makan menerobos masuk.
Itu dia!gumum Arya gembira.sebuah buku terletak di meja Tampak ada sehelai kertas terselip soal sebelum ulangan adalah perbuatan curang.Namun , ejekan Dani terngiang –ngiang di telinganya.
Arya menarik napas panjang dan bberkata pada dirinya sendiri, “Aku bukan pengecut. Aku harus mengambilnya !” dengan gemetar, di ambilnya kertas itu di atas meja. Lega rasanya begitu di lihat soal-soal itu benar-benar soal matematika. Rasa takut kembali muncul di hatinya. “Pengecut, pengecut!” Mengingat kata-kata Dani itu,Arya menjadi nekat membawa kertas itu keluar.Secepat kilat ia lari ke depan TV menelepon Dani. “Hebat!”teriak Dani.Arya lalu membacakan soal matematika itu kepada Dan
“Terima kasi, Arya.Besok ku traktir es krim Mas Doto deh!” seruh Dani riang.Arya tertegun sejenak.di lalu berlari ke rung belajar dan menyimpan kembali kertas soal itu.
Baru saja Aarya mau menutup pintu ruang belajar,terdengar suara mobil Ayah di depan rumah.”Hemmm,untung sudah beres,”gumumnya perlahan. Keesokan harinya ulangan matematika berlangsung sesuai jatwal.”Ya ampun, soalnya persis sekali !”seru Arya dalam hati .Dani berhasilmenyelesaikan soal ulangan dalam waktu duah puluh menit.Ketika ia menyerakan lembar jawaban. semuah anak memandang keheranan padanya.Arya tersenyum dan Dani membalas dengan mengedipkan sebelah matanya. Kau adalah sahabatku yang paling baik di dunia!” ucap Dani saat mereka menikmati es krim di bawah pohon. Arya tersipu.
Sore harinya, saat Arya pulang ke rumah.
“Arya Ibu punya kejutan buatmu!” seru Ibu gembira.
“Wow,chicken pie!”teriak Arya.
“makasih, bu!”seru Arya lagi.
Saat makan malam tiba,dengan bangga Ibu menceritakan kehebatan anaknya. ”Ayah,Arya mendapat nilai matematika paling tinggi di kelas,10! Seru Ibu. “Wah hebat! anak istimewa harus mendapat hadiah istimewa!” timpal Ayah.
“Aku juga mau kasih mas Arya hadiah.Tapi rahasiah!”
Ucap astri adik Arya. Arya menutup mulut dengan tangannya. Alisnya agak terangkat. Ia menjadi salah tingkah. Ia malu dan merasa sangat bersalah. Arya akhirnya menunduk dan berkata lirih, “Maaf, Bu. Saya membaca soal matematika itu tadi malam,”air kmata menggenang di pelupuk matanya.
Ibu memeluknya dengan lembut dan berkata, “Hmm, Ibu senang akhirnya kamu mengaku. Tapi mengapakukan kau lakukan itu? Ada yang menyuruhmu? “desak Ibu lembut.
“Ti....dak bu!” Sahut Arya cepat, tetap menunduk. “Memang susah jadi anak guru Ibu menyelidik halus.
“Mmm...sebetulnya kalau aku berani, hal ini tidak akan terjadi, Bu ,“ jawab Arya memberanikan diri. Ibu tersenyum mendengar jawaban anaknya. ”sebenarnya Ibu curiga sejak tadi malam. Kau tidak menyelipkan kembali soal matematika itu pada halaman semulah, jelas Ibu curiga melihat gerak-gerik Dani saat menyerahkan soal. Tapi sudahla, kamu sudah mengakui kesalahanmu,” ucap ibu lagi.
“jadi, sebetulnya ibu sudah tau sejak tadi malam?” AryaIbu tersenyum mengangguk
“Lo...kenapa mas Arya tidak langsung di marahi, bu? keheranan.tanya Astri. Ayah tertawasambil mengacak–acak rambut Astri, “Kamu tu paling suka kalau mas Arya di hukum!”
“menghukum seseorang itu tidak harus selalu dengan marah-marah!”Ibu menjelaskan. “Bu, Arya lebih baik di marahi habis-habisan dari pada di perlakukan baik begini,” serga Arya.
“Akh kamu! Sudah dalah nawar-nawar!” sahut Ayah sambil tertawa. Arya menghelah napasnya.
Tiba-tiba Ayah menyeletuk,” Astri sini chicken pienya dan habiskan saja deh!” Astri dan Arya serentak lari menuju lemari makan, dan terteriak, “jangan dooong!” Ayah dan Ibu tertawa melihat tingkah ke duah anaknya
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Belut Dan Kelomok 6 Sekawan
Pada suatu hari Gopar paling suka main di sawa. semangat, mereka menggali lumpur dengan tangan. Mereka biasanya berlombah.Setiap hari minggu, ia bersama Arif, Bagus, Bardi, dan Rizki mencari liang belut penu
Dengan semangat yang tinggi dan sangat mudah sekali mereka telah menemukan belut satu- persatu karna tempat yang mereka datangi sangat banyak belutnya, dan denyak, Bardi cemas dan malu.
Matahari sudah condong ke barat. Anak-anak yang berlompatan lumpur itu menghitung jumlah belut yang mereka dapat dan teryata cukup banyak dan dengan mudanya mereka sudah mendapatkan banyak belut, kecuali Bardi ia tidak mendapatkan satupun belut, sedangkan teman-teman yang lain sudah dapat banyak.
Jumlahnya 34 ekor.Gopar berkata”belut ini kita masak dan makan bersama”. Wah....tidak bisa.Masak Aku dapat delapan, haknya sama dengan Bardi yang tidak dapat apa-apa. Ini tidak adil, sanggah Bagus sambil memungut belutnya. Bagus tidak mau Bardi ikut bersama-sama mereka menyantap belut-belut yang mereka dapat karena Bardi tidak mendapatkan satupun belut.Ahirnya Bardi teringgung dangan perkataan bagus dan Bardipun pulang begitu saja ke rumahnyaat teman-teman yang lain termangu melih Bardi pulang dan tidak ikut menikmati hidangan belut di rumah Gopar.
Sejak peristiwa mencari belut,Bagusmenjadi pendiam,ia lebih banyak sendiri di sekolah. Ia merasa canggung untuk bergal bersama ARIF, Joko, Gopar, RIZKI, dan Bardi kelompok enam sekawan (KES) itu, kurang cerita tanpa Bagus yang pintar melucu. Sore itu, KES mendatangi rumahnya. Bagus kaget. Ia tidak menyangka kawan-kawannya itu menaru perhatian kepadanya.” Gus mestinya kamu tidak perlu kecewa karna Bardi menolak untuk meminjamkan PR matematika. Maksudnya Bardi baik agar kamu....”ujar Gopar.” Aku suda bercerita persoalan kita” Ujar Bardi tiba-tiba,Bagus tampak malu, wajanya tertunduk,” Aku menyesal mara padamu Bar! Kamu teryata baik.Maafkan aku... ujar Bagus terbata-bata. Akhirnya Bardi dan Bagus bersalaman dan berengkulan Mata Bagus dan Bardi tanpak berkaca-kaca kaelompok enam sekawanpun menjadi utuh lagi, bahkan mereka merencanakan minggu besok kitacari belut? Ujar Gopar memecah keheningan. ”Oke” sahut mereka kompak.
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Darma Dan Zainal
Darma gembira ketika Ayah mengajaknya liburan ke kota medan. Ini hadiah untuk Darma karena ia naik kelas empat.
Rumah paman darma terletak di Padang Bulan. Dekat sebuah sungai. Setiap sore Darma pergi ke sungai itu dan bermai dengan Zainal, A ndir, dan Pipiet, tetangga sebelah. Pakkat, desa Darma. Di Pakkat, Darma cuman bisa melihat pesawat di langit yang tinggi. Besarnya cuman sepenggagis ukura 30 cm. Sedangkan di rumah pamannya ini, jangan di tanya! Pesawat terbang yang melinyas di atas padng Bulan, tampak sebesar apapun mobil angkutan kota di atas kelapa. Setiap 10 menit dari pagi sampai magrib, terdengar deru pesawat ternbang yang melintas terbang di atas rumah. Baik ketika pesawat itu mendarat atau ketika akan melepas landas.
Hal membuat Darma ingin melihat pesawat terbang lebih dekat lagi. Bahkan ingin memegang pesawat itu kalau bisa.Menurut penduduk setempat, Bendara Udara Polonia itu dekat. Jalan kaki saja sudah dekat.
Suatu ketika, Darma dan Zainal sepakat ingin melihat pesawat terbang lebih dekat. Sebetulnya mereka juga mengajak anak-anak lain.Tetapi mereka tidak mau. Kedua anak ini pun pergi tanpa pamit kepada orangtua mereka. Mereka melangkah terus menyelusuri kampung. Akhirnng. Akhirnya di depan mata mereka tampak terhampar sebagian kecil dari landasan pesawat udara. Di kejauhan tampak juga tulisan Polania. Betapa gembira hati Darma dan Zainal.
Ada beberapa pesawat sedang parkir di situ, sesaat kemudian ada pesawat dari atas mulai turun dan menyentuh landasan. Akhirnya roda pesawat itu aspal hitam dan mengeluarkan suara mengiuk-ngiuk. Lalu pesawat itu berjalan seperti sebuah mobil.
Saking semangatnya ingin melihat pesawat lebih dekat, mereka menerobos pagar besi yang keropos. Mereka melangkahi rumput-rumpt yang jaraknya dua puluh meter dari landasan pesawat. Ketika sedang terpesona, seorang kakek penyabit rumput menegur mereka.
“Nak, mau ke mana kalian?”
“mau melihat pesawat, kek. Kami orang desa, kek. Sedang libur sekolah,” kata Darma terus terang.
“Kalau mau lihat pesawat, dari sini saja. Tak usah ke dalam landasan. Mereka terus berjalan menyusuri landasan. Mereka ingin melihat dari dekat pesawat yang baru mendarat. Mereka tidak peduli peringatan si kakek.Tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju kencang ke arah mereka. Mereka petugas keamanan bandara. Di leher salah satu dari mereka tergantung teropong. Pria yang di bonceng menggepal tinjunya seolah-olah mengancam Darma dan Zainal. Melihat petugas itu, kedua anak itu segera berlari. “Hei, mau ke mana kalian? Jangan masuk ke landasan,” larang mereka.
Darma dan Zainal tidak menjawab. Malah berlari semangkin kencang. Kedua petugas itu terus mengejar mereka dengan sepeda motor.Darma dan Zainal akhirnya tidak mampuh lagi berlari. Tangannya langsung memegang kerah baju Darma.
“kamu nakal ya.Di peringatkan, malah lari. Mau apa di sini? Mau curi kabel ya?”
“Bukan Pak. Bukan, “ teriak Darma.
“Sini kalian berdua,” kata petugas satunya lagi yang bertubuh kekar. “kalian tahu, ini landasan pesawat udara! Tidak boleh masuk dembarangan ke sini.Kalian bisa tertabrak pesawat!” Darma daN Zainal diam ketakutan.
“Pak Gendut, kita apakan ke duah anak ini?” tanya lelaki kekar itu ke pada temanya.
“kita tahan saja dulu, lalu rendam kepala mereka di air es selam satu jam. Biar mereka jerah,” jawab petugas gemuk itu.
“Ampun Pak. Maafkan kami. Kami datang ke sini hanya ingin melihat pesawat,” kata Darma. Sambil menangis sejadi-jadinya.
“Maaf Pak. Kami memang hanya ingin melihat pesawat,” kata Zainal pula. Tangannya menyaembah-nyembah kedua petugas itu. Dia juga menangis.
Rupanya sejak tadi, Kakek penyabit rumput itu sudah memperhatikan kelakuan mereka. Ia berlari–lari menemui petugas itu. Pak Gendut pun menerangkan pada Kakek itu tentang apa yang terjadi. Si kakek berusaha membela Darma dan Zainal.
“Sekarang , jawab yang jujur! Apa betul kalian kesini Cuma ingin melihat pesawat? Jangan bohong!” tanya Pak Gendut dengan suara keras. “Benar, Pak. Kami ini anak desa. Di desa, kami tidak perna melihat pesawat sebesar yang kami lihat tadi, Pak,” ujar Darma masi terisak.
“Kalian punya kartu pelajar?”
Darma dan Zainal mengeluarkan kartu pelajar dan memberikanya ke pada Pak Gendut. Kedua petugas itu memeriksa dengan teliti. Mereka akhirnya mengangguk –angguk percaya.terbang dari dekat.
“Pak Gendut, sebainya anak ini di pulangkan saja. Mereka ini anak desa yang belum perna melihat pesawat terbang dari dekat. Mereka hanya terpesona,. Dan karena teledor, mereka masuk ke daerah ini,”saran si kakek.
“Pak Gendut mengangguk –angguk.
“Kalian ini terlalu berani. Kalau mau lihat pesawat, datang saja ke bandara Polania.Di sana kita boleh lihat pesawat terbang di depan mata kita. Jadi bukan dari pinggir landasan sini.Berbahaya,” kata Pak Gendut.
“Kami mengerti, Pak. Maafkan kami,” kata Darma sambil menyalami ke dua petugas ini dan sang Kakek. Zainal juga melakukan hal yang sama.
“P esan Kakek, rajin rajin belajar. Siapa tau nanti menjadi pilot. Bisa melihat pesawat dari dekat setiap hari,” pesan si Kakek sambil tersenyum.
Darma dan Zainal mengangguk mantap.Ya, untunglah Kakek penyabit rumput ini membela mereka.Untung pula mereka membawa kartu pelajar. Kalau tidak, tahulah apa yang akan terjadi.
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Mengantar Matahari Pulang
Paman Harjo seorang nelayan di waduk Gaja Mungkur. Sebelumnya ia seorang petani. Sebelumnya lagi ia seorangan pekerja di percetakan. Begitu musim PH, ia pulang kampung untuk menjadi petani. Akan tetapi, saat itu waduk Gaja Mungkur di bangun. Selain untuk menampung air, dinas perikanan juga banyak menabur bibit ikan. Maka Paman Harjo akhirnya berlarih pekerjaan menjadi nelayan.
Bersama istrinya ia membangun warung apung di atas waduk. Drum-drum di ikat di sekitar warung apung agar tidak tenggelam. Mereka menyebutnya sebagai kerambah.Warung apung itu berupah restoran yang menjual makanan dengan lauk ikan. Juga di pakai untuk memelihara ikan dengan jaring –jaring yang di rendam di dalam waduk.Ikan –ikan peliharaan maupun hasil tangkapannya diolah disajikanBibi.
Langganan paman kebanyakan datang dari jauh. Bila ingin ke warung apung Paman., mereka cukup memberi kode dari tepi waduk. Kemidian parmin, pembantu dari Paman Harjo, akan menjemput mereka dari dengan perahu tempel. Para tamu sangat senang. Mereka bisa menikmati tumbuh-tumbuhan di sepanjang waduk Gajah Mungkur. Juga merasa berdebar saat berada di atas kapal kecil di ombang – ambingkan riak air tawar.
Dalam ilsilah keluargah, Paman adalah adik laki-laki Ibu. Sampai hari ini paman belum di karuniai seorang anak. Itu sebabnya, bila liburan tiba, Paman sering menjemputku ke jakarta. Tentu saja untuk di ajak berlibur di rumah Paman.
“ Hati – hati di sana! Jangan menyusakan pamanmu, ya!”
Pesan Ibu sewaktu kami bereangkat.
Hidup di tengah sungai terasa begitu dingin. Tetapi pemandangan di waktu pagi luar biasa indahnya. Waduk itu cukup luas. Tampak air sejauh mata memandang, dengan batas – batas gunung yang menjulang. Kapal – kapal kecil nelayan berserak dan bergoyang- goyang. Kecil di permainkan riak air.
“Ayo, ikut ambil ikan,” seru Paman dari kapal kecil dengan mesin tempel di belakangnya. Mula-mula aku takut. Tetapi Paman mengangkat ku dan mengangkat tubu kecilku di atas kapal. Kurasa mukahku pucat.
“Hati-hati, Pak! Andikan belum terbiasa.” Seru bibik dari atas keramba.Paman hanya tertawa.
Kapal kecil itu begitu lincah menyusur membelah air waduk. Air yang tersibah dibelakangnya seperti ular raksasa yang kemudian lenyap dalam riak. Kami akhirnya tibadi apung-apung, yaitu tanda tempat Paman meletakan jaringnya,Kapal lalu di hentikan. Tangan-tangan kukuh Paman meletakan jaringnya. Kapal lalu di hentikan. Tangan-tangan kuku Paman segera mengangkat jaring. Beberapa ikan terjebak menggelepar mencoba melepaskan diri. Paman memegang ikan itu dan memesukan ke dalam “kempis” yang sudah di persiapkan.
“Ayo angkat dan pegang!”teriak Paman. Aku mencoba meniru paman walau agak takut. Tetapi lama-lama aku jadi keasyikan sendiri. Disini Paman mengajariku banyak hal. Dari cara menangkap ikan, membela, membersikan sisik, sampai pada cara memasaknya.Aku paling pepes ketika ikan nila.
Rasanya puas sekali ketika mengangkat jaring-jaring yang sudah di pasang semalam. Ikan-ikan itu bergoyang mencoba melepaskan diri mata jaring.
Kemudian kami membawa pulang ikan-ikan itu, memasangnya dan menyajikannya di warung makan paman.
“Ikan-ikan ini adalah persedian untuk kita taburkan saat tidak musim ikan,” kata paman sambil menaburkan makanan di kerambah. Beberapa ikan berebutan menyambutnya. Aku ikut-ikutan menaburnya.
“Warung itu akan ramai bila ada acara-acara di tempat ini.
Misalnya lombah dayung, lombah ski air,atau pun lombah layang gasantung,”Paman menerangkan.
Ternyata waktu begitu singkat.Besok keluargaku akan menjemputku kembali ke jakarta. Pagi-pagi sekali sebuah mobil kijang warna metalik sudah berdiri di bibir pantai. Di sana Ayah,Ibu, dan adikku melambaikan tangan, paman bergegas mengambil kapal tempel dan menjemputnya.
“ Baru beberapa hari disini kamu sudah jadi gemuk. Makan ikan terus ya?” ledek ayah. Aku tersipuh.
“ Cumah jadi agak hitam. Tapi malah bagus untuk anak laki-laki,” sahut ibu. Paman dan bibi menyuguguhi kami ikan bakar yangn sangat harum dan gurih rasanya. Aku sudah berkali-kali menyantap makanan itu. Sehingga aku hapal betul kelezatannya.
“ Apa yang paling menarik bagimu disini,” tanya Ayah.
“ Menyebut dan mengantar matahari pulang,” jawabku pendek.” Memangnya di Jakarta tidak ada matahari?” tanya paman.
“ Ada. Paman. Tetapi terhalang gedung-gedung bertingkat. Itu mungkin yang menyebabkan orang-orang Jakarta kehilangan persaan. Mereka tidak pernah mengerti keagungan ciptaan Tuhan. Tidak pernah tahu betapa kecilnya kita di tengah alam yang luas ini...”
“ Bapak dan Ibu tertawa terbahak-bahak.
“kau ajari apa anakku selama ini? Puisi tentang kehidupan, yah?” tuduh ibu pada paman sambil tertawa. Saat itu matahari begitu indah menyusup ditengah warung keramba.
Karya : hepi Nala Murista 6.B
Kena Batunya
“Ssst Bu Indati datang,” kata cahyo. Langsung saja anak-anak kelas 4 SD Samboh Indah beranjak duduk ke tempatnya masing-masing.
“Selamat pagi, anak-anak!” sapa Bu Isti dengan ramah.
“Selamat pagi, Buuuu!” Anak-anak menjawab dengan kompak.
“Anak-anak , kemaren Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semuah sudah mengerjakan?”
“Sudah Bu.”
Arga, kamu sudah membuat pantun?”
“Sudah dong Bu.”
“Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.”
Dengan wajah nakalnya, Argalana membacakan pantunnya sambil tersenyum-senyum.
“Jalan ke hutan melihat salak
Ada pula pohon-pohon tua
Ayam jantan terbahak-bahak
Lihat Inka giginya dua”
“Huahaha...........”Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak tertawa. Inka Cuma cemberut sebel sambil melihat Arga.
“Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya,”tegur Bu Isti. “Kekurangan orang lain itu bukan untuk di tertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.
“Ia Bu ,”jawab Arga sambil masih tersenyum-senyum.Itulah Arga, anak paling bandel di kelas empat. Ada saja ulah usilnya untuk mengganggu teman-temannya, terutama teman-teman perempuan di kelasnya. Perna satu hari Anggun kelabakan mencari buku PR matematikanya, padahal Pak Widodo, guru matematikanya, sudah masuk kelas dan siap meneliti PR anak-anak. Anggun kebingungan sampai hampir menangis. Eh, ternyata buku itu di temukan Pak Widodo di laci meja guru. Tentu saja ulah Arga yang selalu usil.
Siang itu, pulang sekolah, Inka mendatangiArga dengan wajah cemberut. “Arga, kenapa sih kamu selalu usil? Kenapa kamu selalu ngejek aku? Memangnya kamu suka kalau di ejek?” tanya Inka gusar.
Arga Cuma tertawa-tawa. “Aduh.....maaf deh, kamu marah ya In?”
“Ia dong, habis...kamu nakal. Kamu memang sengaja mengejek aku kan, biar anak-anak sekelas mentertawakan aku.”
“Wah.... jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Eh, katanya marah itu menghambat pertumbuhan gigi lho, nanti kamu giginya dua terus, hahaha...”Arga tertawa. Danto yang berada di dekat Arga ikut tertawa.
Elakang mereka “Huh! kalian jahat!”
Teriak Inka, “Aku nggak ngomong lagi sama kalian!” Inka meninggalkan ke dua anak yang masih tertawa nakal itu.
“Sudahlh In, nggak usa di pikirin. Arga kan memang usil dan nakal. Nanti kalau kita marah, dia malah tambah senang. Kita diamkan saja anak itu,” hibur Gandis, sahabat Inka.
Suatu hari, di siang yang panas, Inka dan Gandis berjalan kaku pulang sekolah. Tiba-tiba di terdengar bunyi bel sepeda berdering-dering. “Hoi...... minggir ....minggir....., Pangeran Arga yang ganteng ini mau lewat.Rakyat jelata di harap minggir.”
Inka dan Gandi Cuma menoleh sebel. Arga melewati mereka dengan tertawa keras. Tahu-tahu.... gubrak! Karena kurang hati-hati, sepeda Arga menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan.
“Rasain kamu! Teriak Inka. “makanya kalau naik sepeda itu liat depan.”Iya,” tamba Gandis “Makannya sama anak perempuan jangan suka nakal. Sekarang kamu kena batunya.
Sementara Arga hanya meringis kesakitan. “Adu.... tolong dong, aku gak bisa bangun nih?

“Ngapain di tolong. Di kan suka gangguin kita. Biar tahu rasa sekarang. Lagian, paling dia Cuma pura-pura. Nanti di kerjain lagi.”
Aduh.... aku nggak pura-pura. Kakiku sakit sekali,”rintih Arga.” Aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.” Akhirnya Inka tak tahan juga melihat Argayang meringis kesakitan dan tidak bisa berdiri.
“Ditolong yuk,Dis.”
“Tapi...”
Suadahlah, kitakan gak boleh dendam sama orang lain. Bagaimana pun, Arga kan teman kita juga.” Gandis mengangguk kedua anak itu mendekati Arga.
“Apanya yang sakit sekali, aku nggak kuat berdiri nih.
Gini aja Dis, kamu ke sekolah cari Pak Yan yang jaga sekolah. Pak Yan kan punya motor. Nanti arga biar di antar pulang sama Pak Yan. Sekarang aku di sini menemani Arga.”
“Ide yang bagus,”kata Gandis semangat. Ia segera berjalan cepat-cepat menuju ke sekolah yang masih kelihatan dari tempat itu.
“In.......,”kata Arga lirih. “Maafkan aku ya. Aku sering nggangguin kamu, Gandis, Anggun dan teman-teman yang lain.
“Makannya kamu jangan suka ngerjain orang, apalagi mengolok-olok kekurangan mereka. Jangan suka meremehkan anak perempuan.Nyatanya, kamu membutuhkan mereka. Jangan sukah meremehkan anak perempuan. Nyatanya, kamu membutuhkan mereka juga kan?”
“Iya deh, aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.”Arga betul-betul menepati janjinya. Sejak kejadian itu, ia tak pernah mengganggu teman-temannya lagi. Arga pun jadi punya banyak sahabat,termasuk Inka dan Gandis. Mereka sering mengerjakan PR dan belajar bersama.
“Ternyata kalau aku nggak nakal, sahabatku tambah banyak,” pikir Arga. “ternyata juga, punya banyak sahabat itu sangat menyenangkan.Kalau mereka uklang tahun kan aku jadi sering di traktir,hihihi.
Karya : hepi Nala Murista 6.B

Lampu Padam
Pagi hari yang cerah, bunga berkembang,terdengar suara burung berkicau. Ayah masukmembawa tali dan pikulan. Sedang Murni membawa bekal yang di pikul lain.
Ayah: (menghentikan langkah) Kita sudah sampai di tempat tujuan.Ayah mau melihat apakah ada binatang yang kena jerat. Kamu di sini saja jangan pergi ke mana-mana,mengerti!
Murni : Baik, Ayah. (Ayah keluar)
(Kupu-kupu datang menyanyi dan menari)
Kupu-kupu: pagi yang cerah
Bunga- bunga mekar semuah
Harum baunya
Indah warnanya
La la la la la la
Kawan semua
Mari bekerja
Kumpulkan madu
Sebanyak-banyaknya
Murni : (memetik bunga sambil bernyanyi)
Bunga melati Putih Warnanya
Harum Baunya
Menyegarkan kalbu
Kupu-kupu : (Marah, mendekati Murni)
Hai manusia.Jangan ambil itu.Itu miliku bukan milikmu
Murni : (berhenti memetik bunga, bunga-bunga itu di rebut kupu-kupu). (masuk Tikus dan Kelinci, mereka bernyanyi memperhatikan Murni)
Kelinci : Kus Pasti dia!
Tikus : Akh masuk?
K elinci : Coba lihat tali-tali itu. (menunjuk)
Tikus : Mungkin juga. (bunga yang di pegang Murni di rebut kupu-kupu).
Kelinci : Aku akan dekati dia. Buktinya serulingmu. (Kelinci mendekati Murni sambil menari-nari.Kupu-kupu terkejut dan menjau)Halloh manusia.
Murni : Halloh.
Kelinci : Cari bunga, ya?
Kelinc : siapa yang melarang?
Murni :(menunjuk ke arah kupu-kupu) Kupu-kupu itu.
Kupu-kupu : (dari jauh) dia mengambil melik kami. Bunga-bunga ini milik kami,dia mau merusak
Kelinc : Benar, hutan ini milik kalian.(pada Murni) kalian jangan khawatir. Aku punya banyak.
Murni :Mana?
Kelinci :Ada di sana
Murni : Jauh?
Kelinci :Tidak.Itu dekat pohon yang besar ayoh kalau mau.Bunganya bagus-bagus.
Murni : (ragu-ragu, sambil melihat ke arah ayahnya pergi). Baiklah.(Tikus membunyikan seluring, kelinci menari-nari di ikuti murni terus menyelinap ke dalam semak-semak).
Keluar kupu-kupu kembali lagi menghisap madu.
Murni : (suara dari luar). Mana?
Kelinci : (suara di luar).Itu?
Murni : Masi jauh?
Kelinci : Sudah dekat! (sayup-sayup suara itu hilang).
(kupu-kupu bergembira sambil bergantian menghisap madu. Ayah masuk. Kupu-kupu itu berterbanganuar).
Ayah : (merasa heran). Murni,ke mana dia? (mememungut bunga-bunga yang tercecer).
Barangkali dia sedang mencari bunga.(duduk membuka bekal makan). Apa dia msudah makan? (selesai makan). Lama benar dia! (memanggil). Murni (tidak ada sahutan, bangkit).Murniiii......ayo pulang!
Huh merepotkan saja, sial, ke mana dia?
(menengok ke kanan dan kiri kiri)
(menghentekan kaki). Kalau tau begini, enggak usah di ajak!
Menjengkelkan! Apa lagi tak seekorpun binatang yang tertangkap!(....) Apa barangkali dia ke pinggir kali. Aku cari ke sana! (melangkah keluar sambil memanggil-manggil) Murniii....Murniii..... (suaranya sayup-sayup sampai menghilang
Lampu Padam
Pagi hari yang cerah, bunga berkembang,terdengar suara burung berkicau. Ayah masukmembawa tali dan pikulan. Sedang Murni membawa bekal yang di pikul lain.
Ayah: (menghentikan langkah) Kita sudah sampai di tempat tujuan.Ayah mau melihat apakah ada binatang yang kena jerat. Kamu di sini saja jangan pergi ke mana-mana,mengerti!
Murni : Baik, Ayah. (Ayah keluar)
(Kupu-kupu datang menyanyi dan menari)
Kupu-kupu: pagi yang cerah
Bunga- bunga mekar semuah
Harum baunya
Indah warnanya
La la la la la la
Kawan semua
Mari bekerja
Kumpulkan madu
Sebanyak-banyaknya
Murni : (memetik bunga sambil bernyanyi)
Bunga melati Putih Warnanya
Harum Baunya
Menyegarkan kalbu
Kupu-kupu : (Marah, mendekati Murni)
Hai manusia.Jangan ambil itu.Itu miliku bukan milikmu
Murni : (berhenti memetik bunga, bunga-bunga itu di rebut kupu-kupu). (masuk Tikus dan Kelinci, mereka bernyanyi memperhatikan Murni)
Kelinci : Kus Pasti dia!
Tikus : Akh masuk?
K elinci : Coba lihat tali-tali itu. (menunjuk)
Tikus : Mungkin juga. (bunga yang di pegang Murni di rebut kupu-kupu).
Kelinci : Aku akan dekati dia. Buktinya serulingmu. (Kelinci mendekati Murni sambil menari-nari.Kupu-kupu terkejut dan menjau)Halloh manusia.
Murni : Halloh.
Kelinci : Cari bunga, ya?
Kelinc : siapa yang melarang?
Murni :(menunjuk ke arah kupu-kupu) Kupu-kupu itu.
Kupu-kupu : (dari jauh) dia mengambil melik kami. Bunga-bunga ini milik kami,dia mau merusak
Kelinc : Benar, hutan ini milik kalian.(pada Murni) kalian jangan khawatir. Aku punya banyak.
Murni :Mana?
Kelinci :Ada di sana
Murni : Jauh?
Kelinci :Tidak.Itu dekat pohon yang besar ayoh kalau mau.Bunganya bagus-bagus.
Murni : (ragu-ragu, sambil melihat ke arah ayahnya pergi). Baiklah.(Tikus membunyikan seluring, kelinci menari-nari di ikuti murni terus menyelinap ke dalam semak-semak).
Keluar kupu-kupu kembali lagi menghisap madu.
Murni : (suara dari luar). Mana?
Kelinci : (suara di luar).Itu?
Murni : Masi jauh?
Kelinci : Sudah dekat! (sayup-sayup suara itu hilang).
(kupu-kupu bergembira sambil bergantian menghisap madu. Ayah masuk. Kupu-kupu itu berterbanganuar).
Ayah : (merasa heran). Murni,ke mana dia? (mememungut bunga-bunga yang tercecer).
Barangkali dia sedang mencari bunga.(duduk membuka bekal makan). Apa dia msudah makan? (selesai makan). Lama benar dia! (memanggil). Murni (tidak ada sahutan, bangkit).Murniiii......ayo pulang!
Huh merepotkan saja, sial, ke mana dia?
(menengok ke kanan dan kiri kiri)
(menghentekan kaki). Kalau tau begini, enggak usah di ajak!
Menjengkelkan! Apa lagi tak seekorpun binatang yang tertangkap!(....) Apa barangkali dia ke pinggir kali. Aku cari ke sana! (melangkah keluar sambil memanggil-manggil) Murniii....Murniii..... (suaranya sayup-sayup sampai menghilang
Karya : hepi Nala Murista

Kumpulan Cerpen, Puisi, dan Naskah Drama Kelas 6.A

1. Selly Selviyana
2. Musriyatun
3. Nira Nopriani
4. Agita Nurlina
5. Feni Rahma Hayati
6. Dewi Hayati

PUJAAN HATIKU SEORANG PLAYBOY

Sebenarnya aku tidak pernah menginginkan bersekolah di sekolah ini, termasuk sekolah ini salah satu sekolah favorit di daerah ku. Semua orang berkeinginan masuk sekolah ini tetapi aku sama sekali tidak meninginkannya. Dan masalah ini membuat keributan kecil aku dan kedua orangtuaku.
Aku hanya bisa mengikuti keinginan orangtua karena akulah satu-satunya harapan mereka, sebagai seorang anak tunggal aku tak ingin mengecewakan mereka. Aku yakin pilihan mereka adalah yang terbaik untukku.
Akhirnya aku masuk kesekolah itu, sekolah yang menjadi awal penderitaan dalam hidupku. Masa orentasi sudah berlalu, tidak ada moment yang indah untuk aku jadikan kenangan. Semua orang asing bagiku, walaupun ada yang menyapa, mengobrol serta bercanda denganku tetap saja aku sendiri dan kesepian.
Enam bulan telah berlalu hingga sekarang aku tak punya teman yang kupercaya. Jika punya masalah aku akan menceritakannya pada ibu. Aku membagi keluh kesah dan kebahagiaku pada beliau. Dan setahun juga sudah berlalu aku masih merasakan hal yang sama sepi dan ketidaknyamanan yang sama. Tetapi perasaankuitu pelahan memudah saat aku mendengar suara membaca kalam ilahi. Suara tersebut aku dengar saat lomba MTQ di sekolahku. Dia menjadi pesertanya. Aku benar-benar terpana dengan suara kemerduannya dan dia bernama Ramdhani. Kehadirannya seolah melenyapkan kesepianku selama ini. Dia sangat terkenal lho di sekolahku banyak gadis tergila-gila kepadanya. Dia juga seorang ketua OSIS yang berwibawa dan didukung wajah yang tampan yang bersinar menandai sering dibasuhi dengan air wudu.
“Eh…coba lihat, duh…gayanya tu cool buanget!.” Ujur seorang gadis yang berambut panjang.
“Selvi, aku tersentak lamunanku ketika Pak Effendi memanggilku.”
“Ya Pak”. Selvi tolong kau panggilkan Ramdhani ketua OSIS kita, Bapak ada keperluan dengannya.
Aku sempat terpaku di tempatku berdiri namun aku cepat kembali ke alam sadarku. Aku berjalan terus tak sadar aku sudah berada didepan kelas kelas Ramdhani entah kenapa jantung aku berdebar terus.
“Permisi Pak”, saya disuruh Pak Effendi memanggil Ramdhani dan guru itu memberikan izin. Kami berjalan berdampingan.
“Oh ya kamu kan belum memberi tahu aku harus menemui Pak Effendi dimana?” aku menjawabnya dengan gugup, “dikelasku”.
“kamu kelas berapa?”, tanyanya lagi.
“XI IPS 2”, jawabku.
Entah kenapa semalam perasaanku benar-benar gelisah, sehingga tak bisa tidur. Pagi itu aku telah menemukan kegelisahanku semalam.
“Itu kan Ramdhani, apakah disampingnya itu pasangannya?” tanya seorang gadis kepada temannya.
“Iya kalau tak salah namanya Evi gadis itu menahan keheranannya, bukankah 1 minggu dia berpacaran dengan Yuni”.
Aku mencuri dengan pembicaraan dari teman-temanku yang menyukainya, entahlah saat aku mendengar hati terasa perih. Minggu depan aku mendengar kata-kata yang sama dengan gadis yang berbeda lagi. Begitu dengan minggu-minggu berikutnya. Aku tak percaya dibalik kesolehannya ternyata dia seorang Playboy.
“aku benar-benar sedih aku mencoba menceritakan dengan ibuku. “Bu…ternyata pria yang kusukai seorang playboy”. Aku terdiam sejenak bibirku tak bisa mengucapkan kata-kata tetapi dengan kelembutan ibuku akhirnya aku mengungkapkan sebenarnya dan melanjutkan cerita itu.
“Ibu berkata kalau memang menurutmu dia laki-laki yang baik cobalah katakan kepadanya mungkin dengan cara begini kamu akan menemukan sikap baik dalam dirinya”. Aku terpana dan memandang heran ke arah ibu.
“Tapi Bu aku adalah seorang perempuan dimana harga diriku jika lebih dulu mengutarakan perasaanku, ibu tersenyum bijak”.
“kamu masih ingat cerita ibu bukankah Siti Khodijah yang lebih dulu melamar Nabi Muhammad karena Khodijah yakin bahwa Nabi Muhammad adalah laki-laki yang baik”. Aku merenungkan kembali ucapan ibuku. Namun, aku tak mau penyesalan melandaku seumur hidup.
“Akhirnya kukumpulkan semua keberanianku untuk mengungkapkan perasaanku padanya tepat pada hari ini, hari kelulusan kami aku menegurnya lebih dulu”.
“Hai Ramdhani! Masih ingat aku?”
Ramdhani tampak binggung melihatku
“Kalau g salah kamu selvi kan?”
Ada perasaan senang dalam hatiku karena dia masih mengingat namaku.
“iya, aku selvi”
“Ramdhani bagaimana nilaimu?”, Aku coba basa-basi. Lalu masuk ketopik utama pembicaraannya.
“Sebenarnya maksudku, menemuimu karena aku ingin menyampaikan sesuatu. Keheningan terjadi begitu lama saat aku mau memulai percakapan.
“aku”, tanpa aku sadari kami mengungkapkan dengan bersamaan dia tersenyum dengan begitu indah. Oh…senyumnya membuat jantungku berdebar-debar.
“Silakan kamu dulu”, begitu dia mempersilakan ku berkata.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan tanpa basa-basi aku langsung berkata.
“Aku ingin kau tahu bahwa selama ini aku memendam rasa suka padamu”, ada sedikit kelegahan dalam dadaku seperti beban berat yang kubawa selama ini telah lepas dari pundakku. Ramdhani hanya diam, aku benar malu dan aku yakin mukaku sudah seperti kepiting kepanasan. Rasanya aku ingin mengilang dihadapannya karena kata-kataku oh…tidak!Tenyata aku masih duduk di sini disamping pria yang aku sayangi. Ia menatap kearahku sorot matanya membuat aku semakin menunduk dan aku tak mau memandang wajah tampannya.
Sepertinya dia tidak merasakan hal yang sama padaku. Aku malu dan berusaha untuk meninggalkannya ternyata saat aku mau meninggalkannya dia memanggilku.
“Selvi”
Oh begitu lembutnya dia mengucapkan namaku. “Selvi, jika aku boleh tau kenapa kau menyukaiku?”
“Karena kau berbeda dari yang lain”, sepertinya jawaban yang aku berikan tak memuaskannya”. Apa yang membuat ku berbeda dengan yang lain. Apa karena ketampananku, kepintaranku, atau karena yang lain?
“Kau tahu, disekolah kita banyak laki-laki yang tampan, pintar, dan lebih jauh dari dirimu…Tapi ketampanan yang kau miliki selalu kau basuh dengan air wudu”. Belum sempat selesai dia sudah memotong pembicaraanku.
“Tapi kan kau tahu, aku seorang yang tak pernah mencintai satu gadis dan batas aku berpacaran hanya 1 minggu”. Dadaku terasa begitu sesak mendengarkannya.
“Aku mengutarakan perasaanku bukan meninginkan untuk jadi pacarmu. Tapi aku hanya ingin kau tau perasaaanku. Aku melihat sedikit kesedihan di wajah ketampananya, “aku tak pernah menyadari bahwa ada seorang gadis, yang begitu tulus mencintaiku. Kalau boleh tau sejak kapan kau sukai padaku?”
“aku tak tau sejak kapan tapi yang ku tahu saat aku mendengar kau melantunkan kalam ilahi dengan suaramu yang begitu merdu, mulai saat itu ada getaran aneh didalam dadaku yang belum pernah aku rasakan sebelumnya”.
“Kau gadis pertama yang mengatakan cinta dengan begitu indah sehingga tak kuasa menerima ketulusan cintamu karena aku takut akan mengecewakanmu. Aku selalu menantikan seorang gadis mengutarakan cinta seperti ini padaku.”
“Aku mengerti pembicaraanmu, maksudku mereka selalu berkata karena aku tampan, pintar, dan baik. Hanya itu saja yang mereka katakan kepadaku. Aku kagum dengan keberaniaanmu dan ketulusan cintamu padaku.”
“karena kau tak ingin menjadi kekasihku kalau begitu tawaranku berubah. Mau kah kau menjadi sahabatku?.” Ya bersedia menjadi sahabatku. Aku tak pernak menyesali bila aku pernah mencintainya.

Karya : Selly Selviana 2007112170


PERJUANGAN SEORANG IBU
Setiap perempuan yang ada didunia ini bahwa melahirkan adalah peristiwa luar biasa. Bahkan pada saat melahirkan semua perempuan mempertaruhkan nyawa. Setiap perempuan yang ada didunia ini bahwa melahirkan adalah peristiwa luar biasa. Bahkan pada saat melahirkan semua perempuan mempertaruhkan nyawa demi anaknya. Oleh karena itu, setiap perempuan yang sudah menikah tentu ingin mengalami hamir dan melahirkan walaupun banyak kekeluhan dan penderitaan.
“Semakin hari kandungan ku semakin memasuki usia 8 bulan. Membuat aku semakin tersiksa dengan penderitaan yang dialami. Ini adalah kehamilan pertama bagiku jadinya aku semakin was-was dan masalah akan mulai muncul serta harus dihadapi. Namun, aku sudah merasa kehamilan ku ini betul-betul penuh perjuangan dan pengorbanan”.
Dimulai dari usia kehamilan 6 bulan, aku merasakan ada yang aneh dipunggung dan diatas mata kakiku. Sehingga aku sering mengaruk-garuknya sampai berdarah sehingga kakiku bernanah dan baunya membuat aku sulit berjalan.
Hari demi hari aku lalui dengan rasa sakit dan gatal, sehingga sampai-sampai aku tidak dapat tidur dengan nyenyak. Jujur dengan rasa sakit ini membuat aku stres dalam menghadapinya. Tak jarang muncul perasaan malu saat memakai baju dan rok pendek yang memperlihat bagian tubuhku yang penuh luka-luka dan gatal-gatal depan suamiku.
“Jijik jika melihat badanku luka-luka bekas garukkan, sehingga batinku resah dan bertanya-tanya”. Apakah suamiku akan jijik, “ternyata jawabannya membuat ku legah dan senang saat kusampaikan kegundahan hatiku”. Masa jijik sama istri sendiri, “dia berusaha membesarkan hatiku sambil mengoleskan minyak kayu putih kebadan kulitku yang gatal”.
“Alhamdulillah dengan ucapan suamiku membuat aku merasa tenang dan sedikit berkurang beban kualami. Tak jarang aku juga membandingkan kondisiku dengan perempuan lain yang sedang hamil. Tak sedikit dari mereka mengalami penderitaan yang lebih berat daripadaku. Dan ada yang tak berdaya. Aku bersyukur masih bisa beraktivitas dan ada ibu yang salut padaku karena walaupun hamil besar, tetapi masih bisa bekerja.”
“Memang aku akui, calon anak dalam kandungan ku sangat baik dan pengertian. Sehingga pada saat mengajar rasa gatal dan luka tetap ada rasa, tetapi tidak segatal yang sering kualami dan tidak diperbolehkan juga terlalu banyak mengonsumsi obat sehingga dapat menyebabkan atau mempengaruhi terhadap janin.”
Ya Allah ini namanya pengorban seorang ibu walaupun capek mengeluh dan bersungguh-sungguh, tetapi tetap berusaha memetik hikmahnya. Karena banyak perempuan mendambakan kehamilan dan melahirkan bayi seperti yang dialami aku. Tetapi belum ada kesempatan hadir seorang anak walaupun sekian lama berumah tangga. Tetapi, cobaan belum selesai.
Pada saat melahirkan anak yang aku lahirkan tenyata tidak dibayangkan sebelumnya bahwa anakku mengalami kekurangan atau tidak normal seperti anak-anak lainnya. Hatiku mulai gundah takutnya suami dam mertuaku tidak bisa menerima kenyataan ini. Tenyata apa yang aku bayangkan benar-benar terjadi mertuaku tidak bisa menerimanya, malahan yang mebuat aku kaget adalah mertuaku menyuruh suamiku untuk menikah lagi. Suamiku menolaknya dan bisa menerimanya karena itu sudah diatur yang diatas dan kita tidak bisa ditolak setiap manusia yang ada didunia ini. Itu membuat aku sedikit senang.
Dengan kenyakinan, “suamiku berkata kita harus berusaha dengan keras, sabar membujuk ibuku agar menerima kamu dan bayi kita lagi”. Dengan tekat dan kerja keras akhirnya mertuaku bisa menerima kami berdua. Dengan itu, sepatutnya kita harus bersyukur apapun yang Allah berikan pada kita tanpa berharap imbalan apapun tetapi dengan rasa ikhlas.
Karya : Selly Selviana 2007112170
PUTRI TIDUR
Di suatu desa yang sangat terpencil tinggal lah seorang putri cantik yang sepanjang hidupnya hanya ditemani oleh 7 kurcaci yang sangat baik padanya. Di desa tersebut tidak banyak penduduk yang tinggal di sana, karena mereka takut dengan penyihir yang juga tinggal di sana. Penyihir tersebut tidak suka dengan orang yang berbuat baik dan lebih cantik dari dirinya.
Pada saat sang putri pergi bersama 7 kurcaci tidak sengaja penyihir melihat sangat putri yang terlihat senang sekali. Penyihir merasa iri pada sangat putri. Penyihir mempunyai niat jahat untuk meracuni sang putri. Tetapi, niat jahat penyihir tersebut selalu gagal karena 7 kurcaci serang sekali menggagalkan rencananya. Penyihir jahat itu merubah strateginya agar niatnya untuk meracuni sang putri berhasil. Penyihir yang sangat jahat itu dan tidak punya perasaan menjalankan rencana jahatnya pada saat 7 kurcaci tidak ada di rumah.
“Cu…mau membeli apel nenek, tidak?” kata penyihir.
“Maaf nek, saya tidak bisa membeli apel nenek karena saya tidak punya uang?” kata sang putri supaya nenek tersebut tidak kecewa.
“Ngomong-ngomong sepi banget!rumahmu cu. Emangnya kamu tinggal sendirian di sini.”
“Tidak! saya tinggal sama 7 kurcaci, tapi sekarang mereka sedang mencari makan di hutan.”
“Oh…kalau begitu ini apel untukmu, cu”
“ Tidak usah, entar nenek rugi”
“Tidak apa-apa cu, kalau cuman satu tidak mungkin rugi”
“Terima kasih”, kata sang putri.
Akhirnya sang putri terjebat karena penyihir menyamar menjadi seorang nenek untuk menjual buah-buahan. Dan sang putri menerima apel yang diberi nenek tersebut dan langsung memakannya. Tidak lama kemudian sang putri langsung tertidur dan tidak dapat dibangunkan. Hanya seorang pangeran yang baik hati yang dapat membangunkannya.
Penyihir tersebut sangat senang sekali karena dia berhasil membuat sang putri tertidur pulas. Ketika 7 kurcaci pulang dari mencari buah-buahan di hutan untuk dimakan bersama sang putri. Ternyata mereka dikejutkan dengan sang putri yang terbaring dilantai.
“Duh, kenapa sang putri berbaring dilantai”, kata salah satu kurcaci. Mereka berusaha membangunkan sang putri tetapi tidak berhasil. Mereka bersedih dan terus menanggis karena sang putri tidak kunjung bangun dari tidurnya.
Tidak terasa bertahun-tahun sang putri tertidur lelap. Dan 7 kurcaci telah tahu penyebab mengapa sang putri tertidur, tidak dapat terbangun lagi kecuali ada sang pangeran yang baik hati yang dapat membangun sang putri dengan cara mencium kening sang putri. 7 kurcaci sudah mencari pangeran kemana-mana, akhirnya 7 kurcaci tersebut melihat seorang pangeran yang sedang berjalan-jalan di hutan. Mereka meminta sang pangeran agar dapat membantu mereka untuk membangunkan sang putri. Dan ternyata pangeran yang telah dicari selama ini telah mereka temukan.
Pangeran pun langung menemui sang putri dan berkata “kau putri yang sangat cantik sekali yang aku temukan dalam perjalananku ini dan aku akan mencoba membangunkanmu, tetapi maafkanlah aku bila tidak dapat membangunkanmu.” Pangeran langsung mencium kening sang putri dan ternyata perlahan-lahan sang putri membuka matanya. Kini sang putri yang tertidur lama sudah bangun kembali karena pangeran tampan dan berbaik hati telah berhasil membangunkan dirinya serta mereka berdua menjadi sepasang kekasih yang bahagia.
Karya : Selly Selviana 2007112170

INDAHNYA SUNGAI MUSI
Sungai Musi membelah kota Palembang menjadi dua bagian yakni seberang ulu dan ilir. Di sepanjang Sungai Musi terdapat rumah-rumah penduduk dan rumah makan yang menghiasi Sungai Musi. Sungai Musi yang menjadi banggaan warga Palembang yang begitu indah. Di sini banyak sekali yang datang dan duduk menikmatinya, termasuk kami. Bermacam-macam aktivitas yang dilakukan orang. Diantranya ada pengamen, pedagang kaki lima, dan POLPP. Selain itu, ada perahu ketek yang mengantar penumpangnya untuk berkeliling mengitari Sungai Musi dan berjalan-jalan ke pulau Kemarau, serta ada speetboad untuk mengantar penumpangnya ke tujuan atau ke kampung halaman. Kami berdua duduk di salah satu tempat yang ada dipinngir Sungai Musi.
“Ria lihat pemandangan di sekitar Sungai Musi sangat indah, ya?” tanya Nira.
“Benar Nir, apalagi kita bisa melihat aktivitas yang dilakukan orang disekitaran Sungai Musi dari dekat.”
“ Tapi sayang, kenapa ya di Sungai Musi banyak sekali tanaman encek gondok dan sampah.” Padahal sering sekali dibersihkan oleh petugas dan setelah beberapa bulan tanaman encek gondok dan sampah muncul lagi yang menjadi Sungai Musi tidak indah.
“ Saya kurang tau Nira penyebabnya mungkin orang belum menyadari begitu pentingnya kebersihan di Sungai Musi dan kebersihan juga bagian dari ibadah.”
“Ya benar sekali, kalau semua orang menyadarinya pasti Sungai Musi semakin indah.”
“Apalagi di sore hari atau malam hari banyak bujang gadis berkumpul menikmatinya dan dihiasi lampu-lampu kapal dan rumah makan menambah kecantikan Sungai Musi di malam hari.”
“Benar ya….kalau di malam hari Sungai Musi semakin indah”, kata Nira.
Tak terasa mereka berdua sudah lama duduk sekitar Sungai Musi dan mereka kehausan karena teriknya matahari. Akhirnya mereka membeli minuman kepada salah satu seorang pedagang kaki lima.
Setelah membeli minuman mereka duduk lagi di pinggir Sungai Musi untuk menikmatinya sambil berfoto-foto. Dengan asyiknya mereka dikagetkan dengan seorang pengamen yang aneh sambil nyanyi.
“Nira lihat dibelakangmu ada seorang pangamen kayak orang gila pakai kaca hitam segala”, kata Ria.
“Nira melihat kebelakang dengan senyum dan orang disampingnya ketawa terbahak-bahak melihat pangamen tersebut”. Akhirnya semua orang ketawa.
Hari semakin siang dan semua orang satu per satu pulang karena cuaca nya sudah panas.
“Ria kita pulang, yuk! Sudah siang ne.”
“Ya dah, kita pulang sekarang dan juga banyak orang sudah pulang.”
”Ok, besok kita mau kuliah dan ada tugas juga.”
Mereka berdua beranjak dari tempat duduknya menuju kemobil untuk segera pulang dan beristirahat. Dengan kunjung tersebut mereka mengetahui pesona Sungai Musi.
Karya : Selly Selviana 2007112170

PERSAHABATANKU HANCUR KARENA COWOK
Sekarang aku sudah di SMA dan akupun mempunyai teman baru. Tapi semua teman aku tidak satupun yang bisa jadi teman dekatku. Sesudah tiga bulan, aku di sekolah itu akhirnya akupun memiliki teman yang aku percaya dan aku anggap dia sebagai teman curhat. Dan aku pun percaya sama dia. Sebelumnya kami sama-sama tidak punya cowok alias kami jomblo.
Persahabatan aku sama dia sangat akrab. Dia sering curhat tentang keluarganya ama aku. Begitu juga dengan aku. Kami sama-sama mengetahui tentang keluarga kami berdua. Aku dan Nurul pun berjanji tidak akan pernah membocorkan rahasia kami berdua. Karena kami sudah berjanji. Apabila kami berantam, kami tetap tidak akan membongkar rahasianya.
Setelah tiga bulan kami jalani persahabatan kami, aku dan Nurul mulai dekat ama cowok yang kami suka. Aku punya teman cowok dia punya teman cowok juga. Kami sama-sama dekat ama cowok. Tapi aku tidak pengen mau pacaran, aku ngerasa aku tuh masih kecil. Tapi teman aku ini mulai dekat ama seseorang, dia pun cerita samaku tentang cowok. Dia bilang “Aku punya teman, dia orangnya putih, ganteng, trus motornya mio” Nurul cerita kayak gitu ama aku. Aku pun ngerasa gimana ya nanti sesudah punya cowok. Apakah aku ama Nurul pisah alias berantam?
Tapi setelah aku pikir kayak gitu, aku pun tidak mau dekat ama cowok. Biarlah aku dekat ama teman aku sendiri. Walaupun nurul udah punya cowok, yang penting persabatan aku ama Nurul tidak hancur. Karena aku ngerasa Nurul tu paling baik dan ngertiin aku, waktu aku sedih dia selalu ada maupun senang, begitu juga dengan Nurul.
Tapi waktu Nurul punya cowok, semua orang benci ama dia. Soalnya Nurul tu ngambil cowok orang, Kata orang-orang. Tapi aku tidak tau benar, soalnya semenjak Nurul dekat ama cowoknya tu baek yang jelas cowoknya tu dibanggakan trus. Tapi pada suatu hari, rupanya cowok Nurul tu orangnya matre suka melorotin orang. Mulai dari situ persahabatan aku ama Nurul mulai renggang, alias berantakan. Aku ama dia sering berantam. Tapi walaupun Nurul punya cowok. Aku tetap berada disampingnya. Aku selalu ngerasa apa yang dirasakan. Nurul senang, akupun ikut senang.
Lama-kelamaan dia pacaran akhirnya dia putus juga. Dan persahabatan kami makin dekat. Kata Nurul “Aku nyesal punya cowok, cowok itu biadap, pengecut, nggak ngerti perasaan cewek. Itulah terucap dari mulut Nurul sendiri, tapi aku hanya bisa bilang sabar aja. Karena aku tak bisa ngelakukan apa-apa. Tapi di dalam permusuhan itu aku dan Nurul akhirnya tambah dekat. Aku sangat senang dapat teman seperti Nurul. Walaupun Nurul sedikit cerewet dan menyebalkan, tapi aku senang. Hari demi hari berlanjut. Akhirnya kami sudah sampai kesemester 2 kelas satu. Kami sangat senang bisa ujian dan lumayan nilai kami bagus. Tapi didalam semester ini banyak cobaan yang kami hadapi. Akupun sudah punya cowok, begitu juga dengan dia. Tapi kami selalu cerita tentang semua yang kami jalani. Tapi aku ama Nurul tidak terlalu dekat lagi. Karena kami punya masalah sendiri.
Sebenarnya aku senang punya cowok. Tapi kadang buat kita sakit hati. Akupun pacaran bukan karena suka sama cowok ini. Tapi karena aku cuman pengen coba-coba. Karena dialah pacar pertama aku. Lama sudah pacaran sama dia, akupun merasa tidak ada guna aku pacaran, malah merugikan diri aku sendiri. Akhirnya akupun mutusin dia melalui hp. Tapi katanya dia tak terima aku putusin. Akupun tambah pusing. Aku cerita sama teman aku dikelas malah semua orang tu nyalahin aku. Aku tambah sedih tapi Nurul selalu ada di samping aku, yang selalu mendukung aku. Akupun merasa senang sekali karena Nurul masih mau belain aku walaupun aku salah.
Tapi aku merasa tidak senang kalau Nurul di samping aku. Karena Nurul sudah terlalu baik. Dia selalu membantu aku kalau aku susah. Padahal aku tak pernah baik sama dia. Aku ngerasa selalu jahat sama dia. Tapi persahabatan aku makin dekat lagi. Aku sama Nurul kadang berteman, berantem menjauh juga pernah. Kami lucu ya……..ha…..ha……..
Sebentar lagi kami mau ujian, kami harus belajar serius, soalnya ini ujian kenaikan kelas. Tapi kami berdua tak pernah belajar dengan serius. Kami sering nyontek ama teman. Yang jelas kami berdua dibilang mada. Guru-guru juga udah tau kalau kami berdua tu bandel, bukan hanya guru aja yang tau kebandelan kami, tapi malah semua teman sekelas kami banyak yang benci sama kami berdua. “Katanya kami orangnya cerewet trus sok bagak” mungkin orang tu ngomong kayak gitu. Tapi kami berdua nggak merasa bandel.
Akhirnya selesai ujian sekolah. Kata guru kami tinggal ngambil rapor. Sesudah selesai seminggu ujian kami akan mengambil rapor. Kami pun merasa gimana gitu. Kami sekelas ketakutan “takut tinggal kelas. He…..he……he…… akhirnya kami ngumpul di kelas. Dan menyebutkan siapa-siapa yang dapat juara. Aku ama Nurul senang bila dapat ranking. Tapi aku merasa tak pantas dapat rangking. Karena kamikan mada/bandel. Tapi kami senang, akhirnya kami naik kelas…………….
Sekarang kami sudah duduk di kelas 2. Kebahagiaan yang ada waktu kelas satu. Sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah hancur. Semenjak Nurul pacaran sama anak kelas satu, semua teman-teman aku nuduh aku ngambil cowoknya “aku dekat sama pacar Nurul yang kelas satu tu. Tapi cuma sebagai teman itu aja kok. Nggak lebih. Tapi malah orang tu nuduh aku yang aneh-aneh. Padahal cowok Nurul ni yang kelas satu tu cuma mau hanya ama Nurul, bukan ama aku. Dia bilang Nurul tu suka apa” trus aku bilang Tanya sendiri aja ama dia. Tapi dia tak mau nanya ama Nurul. Mungkin nggak tau Dedi sering ke rumah aku cuma mau nanyain Nurul. Sangking Dedi sayang ama Nurul, dia ngelakukan apa aja. Bahkan dimata guru Dedi ni orangnya bandel. Biarlah Dedi bandel yang penting Nurul sayang ama Dedi” katanya. “Bahkan Dedi pernah diskor hanya karena Nurul. Tapi Nurul nggak tau berapa besar pengorbanan Dedi untuk dia. Sampai-sampai dia nuduh aku selingkuh ama Dedi, Temannya sendiri. Aku ngerasa nggak ada yang percaya ama aku. Nurul ulang tahun bulan Agustus. Aku sama Dedi pun mau rencanain beli kue untuk Nurul. Dedi pun datang ke rumah aku. Dia bilang, ‘’Kak bantu Dedi buat surprise untuk Nurul,’’ Kata Dedi sama aku. Baru Dedi ngomong kayak gitu, tiba-tiba teman aku juga datang, aku pun bingung mau ngomong sama siapa, aku ajak bicara ja kami bertiga. Kami bercanda-canda, ketawa-ketawa. Akhirnya Dedi ama aku nggak jadi buat rencana tuk ultah Nurul.
Besoknya, dia pun ngomong di sekolah, pas di dalam kelas trus Nurul ada disamping aku. Dia pun cerita waktu dia ke rumah aku terus dia juga bilang “Dedi juga datang kerumah. Nurul pun tambah curiga. Nurul marah-marah amaku dibilang “Evi, ngapa nggak cerita amaku Dedi datang ke rumah Evi. Aku cuma bilang, Dedi ngajak aku ke rumah Nurul, tapi aku tak bisa. Cuman itu alasan aku ama Nurul. Nurul pun nggak percaya amaku.
Ultah Nurul tinggal tiga hari lagi. Tapi rencananya belum dibuat ama Dedi. Jadi aku ngerasa, “Kayaknya Dedi ne tak jadi beli kuenya, soalnya Dedi nggak ada ngomong amaku. Rupanya Dedi sama Nurul lagi berantam, tanpa sepengetahuan aku. Walaupun orang tu berantem, aku tetap mau buat kejutan buat Nurul. Dengan duit yang aku sisihkan, aku tetap mau beli kue untuk Nurul. Pas dua hari lagi, hari ultah Nurul aku udah siap-siap mau beli kuenya. Tapi waktu di skul Nurul marah-marah ama aku. Dia bilang, “Ini semua gara-gara Evi. Aku berantam ama Dedi”. Jadi akupun ngomong, kok aku yang disalahin, aku kan tak ada pacaran ama dia. Aku cuman bisa bilang gitu, dan hanya terdiam.
Aku jadinya putus asa buat rencana untuk ultah Nurul ini. Aku malas, aku benci ama dia, jadinya aku ngerasa bersalah. Aku nyesal dekat ama Dedi. Tapi semuanya udah berlalu. Aku cuman bisa diam dan tak mau beli kue untuk Nurul lagi. Karena aku sakit hati. Pada malam harinya akupun belajar di meja kamarku, aku belajar sambil melihat kalender yang aku tandai (pas besok tanggal 25 hari senin ultah Nurul) setelah ku pikir-pikir “aku beli kuenya tau nggak” tapi aku masih sakit hati ama dia aku nggak terima dia nuduh aku kayak gitu. Dia nuduh sama temannya sendiri ngerebut cowoknya. Sudah satu tahun aku berteman ama dia. Dia udah kenal samaku begitu juga aku udah kenal ama dia. Akhirnya aku nggak jadi beli kuenya.Besok harinya :
Tanggal 25 Mei Nurul Ultah. Akupun nggak ada ngucapin apa-apa ama dia. Pas kami semua uda di kelas, akupun duduk disampingnya. Tapi aku diam aja. Tak ada ngomong apa-apa. Tapi semua teman sekelas aku udah ngucapin met ultah ma dia. Setelah kupikir-pikir kita tu harus saling memaafkan akhirnya aku minta maaf ama dia dan ngucapin met ultah tanpa ngasih apa-apa.
Pas kami keluar main dia pun curhat ama aku. Dia bilang samaku, “Aku sama Dedi sudah putus”. Aku hanya terdiam. Aku tak mau ikut campur lagi urusan mereka berdua. Tapi walaupun mereka berantam, akan tetap berteman sama Dedi. Begitu juga dengan Nurul tapi tidak terlalu dekat.
Sesudah Nurul putus ama Dedi. Tak henti-hentinya masalah datang menimpa aku. Aku pun ada masalah sama cowok aku. Aku mutusin dia karena aku ngerasa aku tak ada teman. Tapi dia tak mau putus samaku. Tapi aku tetap mau sendiri tanpa dekat ama cowok. Tapi semua orang benci samaku termasuk teman-teman aku, tetanggaku yang jelas semua teman-teman aku. Aku cuman pengen bisa dekat lagi sama Nurul (yaitu teman dekat aku sendiri yang nuduh aku pacaran ama cowoknya). Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan membuka pintu hati Nurul, begitu juga dengan aku agar aku sama dia bisa berteman kembali agar persahabatan kami lebih dekat lagi.
Karya : Selly Selviana 2007112170

MAKSUD DARI PERASAANKU
Kau tiba-tiba datang
dalam kehidupanku
kau selalu mengganggu tidurku
aku tak tau apa artinya semua ini
aku ingin mengetahuinya
Kau telah mengambil hatiku
hingga membuat resahan jiwa dan batinku
apakah maksud perasaanku ini?
Hari demi hari
aku menunggumu
agar dapat bertemu denganmu
tapi semua itu hanya harapan
Tapi, kau dan aku terbentang jauh
mungkinkah kita bersama
kau adalah kenangan terindah dalam hidupku
dan kuingat selamanya dalam hatiku
Karya : Selly Selviana 2007112170

IBU
Ibu…………
Kau orang yang aku sayangi
Kau orang yang aku hargai
Dikala aku masih kecil
Kau selalu menggendongku
Kau selalu menjagaku setiap saat
Tanpa lelah dan mengeluh
Ibu…………
Sekarang aku telah tumbuh dewasa
Aku akan melakukan hal yang sama kepadamu
Aku akan berbakti dan selalu menjagamu
Aku akan selalu ingin jasa-jasamu
Ibu……………
Karya : Selly Selviana 2007112170

PENYESALAN
Malam semakin larut
Aku sendiri tanpa seorang didekatku
Aku terpaku melihat dunia
Seakan-akan dia juga merasakan
apa yang aku rasakan
Aku bingung……..
Aku bimbing………
Harus mengadu kepada siapa
selain kepada-Nya
Aku tidak mau mengadu kepada-Nya
Aku malu atas segala yang aku perbuat
Aku tau dia pasti menerimaku kembali
Tuhan…………..
Maafkan hambamu yang berbuat salah
Karya : Selly Selviana 2007112170

SEPOTONG KAPUR
Hanya debu berserakan
Ilmu yang telah kau berikan
Tak kenal lelah membagikan ilmumu
Tanpa pamrih kau mendidik kami
Jasa-jasamu begitu besar
Tak mampu kami balas
Hanya ada satu kata
Kau pahlawanku……….
Karya : Selly Selviana 2007112170

AKU CINTA KAMU
Kenapa aku harus mencintaimu
Kalau akhirnya hatiku terluka
Kenapa kita harus bertemu
Kalau kita tak mungkin bersatu
Tak pernah terlintas dibenakku
Kau tak pernah mencintaiku
Mungkin aku salah dengan perasaanku
Aku tak sanggup menahan semua ini
Tapi, percayalah ketulusan hatiku
akan membahagiakanmu
karena Aku Cinta Kamu………
Karya : Selly Selviana 2007112170

TIKUS-TIKUS NAKAL
Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Deni membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung. Setelah itu, Ia segera pulang kerumahnya. Suasana rumah Deni. Deni membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi kekamarnya. Ibunya melihat tindakan Deni.
Ibu : (marah) “Deni, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah Ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Deni : (menyeka keringat dikeningnya) “Deni kan capek, Bu. Hari ini rasanya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”
Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Deni : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa mengerjakannya sendiri.”
Deni : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang berserakan) “Aahh… Ibu.”
Deni segera masuk kekamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deni. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deni merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya kesamping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Deni : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Deni membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
Suasana malam. Deni tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh. Ciiitttt… cit… cittt…. Deni ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus. Deni kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deni mengambil sapu ijuk.
Deni : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Deni.
Deni : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deni!”
Ibu : (membuka pintu kamar Deni) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”
Deni : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”
Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”
Deni : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deni banyak tikus kecil.”
Ibu : (kebingungan) “Di mana?”
Deni : “Itu di bawah tempat tidur Deni! (Deni takut. Deni tidak mau tidur di kamar Deni).”
Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar. Ibu, kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deni.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut), “Deniii…sini!”
Deni : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”
Deni : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”
Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah dikamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”Deni : “Ibu bisa saja. Deni janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.Deni kapok sama si Jerry nakal.”Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamarmu.”Deni : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deni selalu menjaga kebersihan kamarnya. Karena kebersihan sebagian dari iman.
Karya : Selly Selviana 2007112170

KEINDAHAN SUNGAI MUSI
Di pagi hari, yang cerah mataharipun muncul berlahan-lahan menampakkan sinarnya. Pagi itu Rya dan nopriani berangkat ke BKB, untuk mengikuti mata kuliah menulis karya sastra ilmiah . sekitar jam 07.30 mereka berdua berangkat naik bis, untuk menuju ke BKB. Sesampainya di BKB, rya dan nopriani binggung karena tidak tahu tempatnya dimana, akhirnya mereka berdua bertemu dengan teman-teman yang lain. Ternyata teman-teman yang lain sudah berkumpul di depan mesium. Dan dosen pembimbing mata kuliah menulis karya sastra ilmiah pun sudah sampai dilokasi.
Hampir dua puluh menit kami duduk didepan mesium, sambil melihat teman-teman yang lain. disitu aku melihat teman-teman sedang berfoto-foto ada juga yang sedang ngobrol. Tak berapa lama kemudian kamipun disuruh kumpul didekat sungai musi untuk menulis sebuah cerpen. Di situlah kami dibagi beberapa kelompok oleh dosen kami. Akhirnya kami pun mulai mencari kelompoknya.
Didekat sungai musi itulah aku duduk, Sambil melihat kegiatan atau aktifitas disekeliling sungai musi. Aku bersama teman-temanku, mereka adalah nopriani, selviana, lidia, dan masih banyak lagi teman-temanku yang lainnya. Dan disitu juga ada dosen pembimbing kami yang selalu memantau kegiatan kami.
Pada suatu ketika kami sedang menulis cerpen, kami dikejutkan oleh seorang pengamen. Pengamen itu berdiri pas didepan kami. Walaupun kami terganggu dengan datangnya pengamen itu, tetapi itu sudah menjadi pekerjaan mereka. Mau diapakan lagi? Dalam keadaan seperti itu ada sebagian orang yang iba, dan kasihan. Ada pula yang benci atau acuh tak acuh.
Lama rya duduk didekat sungai musi, ia mulai terbawa suasana, ketika melihat kapal besar melintas tak jauh dari nya duduk. Memori lama pun mulai aku ingat, ketika aku berlibur diparangtritis bersama teman-temannya sewaktu SMA. Sewktu itu, aku puas bermain-main dengan teman-temannya dan yang membuat aku selalu ingat dengan liburan itu ialah keindahan pantainya, dan yang paling utama adalah teman-temannya dan semua guru yang ikut dalam liburan itu mengasikan dan baik-baik. Memori itupun mulai aku lupakan perlahan-lahan. Akupun merasakan ada teriakan , ternyata benar teriakan itu datannya dari nopriani.
“Rya lihatlah kapal itu? Tanya nopriani.
“Spontan aku kaget, dan aku langsung berdiri dan melihat kapal besar itu melintas.
“Kapan kita jalan-jalan naik kapal? Tanya nopriani.
“Rya pun menjawab “kapan-kapan saja. Nanti kalau kita sudah banyak uang kita akan jalan-jalan mengelilingi dunia.
“Kapan donk, Tanya selviana.
“Iya kapan, Tanya lidia.
Canda, tawa, ditambah kejadiaan yang ada disekeliling sungai musi menambah keceriaan kami semua. Terik mataharipun mulai tidak kami rasakan lagi. Walau cuman sebentar tapi kami merasakan kebahagiaan.
Duduk didekat sungai musi ternyata enak, disitu aku bisa melihat jembatan AMPERA yang kokoh berdiri diatas sungai musi. Aku jadi ingat sejarah tentang ampera, kepanjangan ampera kalau tidak salah amanat penderitaan rakyat. Akupun mencoba menanyakan pada salah satu temanku.
“Hendri apa benar singkatan dari ampera adalah amanat penderitaan rakyat”? Tanya rya
“Hendripun menjawab” ? betul sekali. Kita beruntung sekali rya , tidak hidup di zaman penjajahan.
“Iya hendri “ ? kita sangat beruntung karena kita tidak ikut berperang melawan penjajah demi untuk negara indonesia merdeka. Para pahlawan kita dahulu, rela mengorbankan nyawanya untuk membela negara Indonesia , negara yang kita cintai. Negara yang dibanggakan seluruh rakyat Indonesia. Jadi, kita semua harus menjaga peninggalan para pejuang kita, dengan merawat dan tidak merusak bangunan-bangunan yang dibangun mereka.
“Baiklah rya”? aku setuju sekali dengan perkataanmu itu?
“Makasih “. Teman? Jawab rya
Hari Rabu itu adalah hari yang bisa mencernihkan pikiranku, karena di hari itu aku bisa menghirup udara segar dan kejenuhan di waktu belajar dikelas bisa terobati sekarang. Walau hanya sekali tak apa. Dari pada tidak sama sekali. Masa berkumpul dengan teman-teman adalah masa-masa yang mengasikan dan mengembirakan.
Aku juga sangat berterima kasih dengan dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada kami belajar diluar kampus. Diluar kampus dan di alam terbuka lebih mudah mendapatkan inspirasi dalam membuat cerpen. Sebelum pulang kami berfoto bersama seluruh mahasiswa yang ikut dalam mata kuliah menulis karya sastra, dan tak lupa kepada dosen pembimbing kami.
Sewaktu mata kuliah telah selesai, aku bersama teman-teman yang dekat dengan aku tidak langsung pulang .kami, memanfaatkan hari itu untuk jalan bersama-sama. Dan merileks kan pikiran. Karena pada semester 6 ini banyak mengguras tenaga dan pikiran. Jika kita tidak bisa menjaga kesehatan dan makan yang teratur kita akan sakit.
Karena sudah sore, kami mulai bergegas untuk pulang kerumah masing-masing. Dan alahamdulilah kami semua nyampai rumah dalam keadaan baik-baik saja.
Karya : Musriyatun 200711217

SAHABAT DAN CINTA
“Cinta” ibarat pondok yang biasa melindungi kita dari halilintar yang melecut bumi itulah cinta.
“seperti” kisah Arjuna mengerikan, namun sarat makna Bahwa rapuhlah cinta seadanya yang terbentuk tanpa dasar takwa, sebab cinta sejati membantu karang,teruji gelombang sepanjang masa.
Pagi hari, di sebuah SMP di kawasan kemang. Di kelas 1A, ada percakapan antara moza dan intan, mereka berdua sudah bersahabat sejak SD, selain intan ada juga sahabat moza yang lainya yaitu asrul dan toni.
“Tapi ada yang aneh dalam pertemanan mereka ,Dengan berjalanya” waktu “yang semula mereka berteman saja .Hingga akhirnya benih-benih cintapun datang menghampirinya .menghampiri moza dan asrul,mereka berdua sebenarnya sudah saling ada feeling semenjak mereka memutuskan untuk bersahabat.tapi apa boleh dikata “namanya cinta gak ada yang bisa memaksa,karena cinta itu datang dengan tiba-tiba kadang pergi juga dengan tiba-tiba.
Melihat moza dan asrul berpacaran,intanpun semakin menjauhi sahabat-sahabatnya, tidak kecuali tonipun juga dijauhi .karena intan sudah lama sekali mencintai asrul. tetapi asrul hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat.
Hingga akhirnya “mereka tidak ditegur intan.”mungkin karena orang yang dicintainya tidak mencintainya.
“atau”karena dia mempunyai masalah kelurga .
“entah apa penyebabnya “?intan menjauhi sahabat-sahabatnya ?
“moz, arul, toni ?saling memandang satu sama yang lainnya?
merekapun tidak tahu apa penyebabnya intan menjauhi sahabat-sahabatnya. Walaupun intan tidak mendukung hubungan moza dan asrul,tetapi masih ada sahabatnya yang selalu mendukung keputusanya yaitu toni. Sebagai seorang teman tonipun gembira dengan keputasan mereka berdua.
Suasana pagi itu sangatlah cerah ,tetapi tidak secarah hari-hari yang dijalani oleh intan.pagi itu semua teman-temanya membicarakan tentang moza dan asrul. Intanpun spontan” marah “joko yang duduk di samping intanpun menjadi sasaran utama intan menuangakn kekesalanya.hingga akhirnya intan dan joko seperti akan berkelahi.untung saja toni datang ,melerai mereka yang beradu mulut.” kemudian toni membawanya keluar dari kelas dan menenangkan intan dengan memberikan perhatian. karena sebenarnya tonipun memendam rasa yang begitu dalam kepada intan .
Bunyi bel, telah berbunyi tandanya para siswa-siswa masuk kelas. Moza dan asrul mulai mencari toni dan intan.mereka mulai khawatir dengan keadaan mereka.asrulpun mulai mencari tahu informasi kepada teman-temannya. mendengar cerita dari teman-temanya asrul dan moza khawatir sama intan yang kebetulan hari-hari ini kondisi intan sedang sakit .
Mendengar kabar ,intan dirawat di Rumah Sakit ,moza dan sahabat-sahabatnya langsung datang kerumah sakit.toni kemarin ada kejadian apa sebenarya “Tanya moza”kepada”toni. Gak ada apa-apa sahut toni spontan.untuk menenangkan hati moz, toni pun berbohong.
“O”syukurlah kalau tidak terjadi apa-apa sama intan”
“Ai rul, moz. ayo kita buruan masuk, jangan kelamaan nunggu diluar entar keburu beranak “he he
“Tanya toni”
Intanpun dikagetkan dengan kedatangan sahabat-sahabatnya di rumah sakit.
“Hai intan?”
“Apa kabar?’’
“kalian tahu dari mana aku di rumah sakit ? moz
“Toni?”
Intan kamu tahu gak kalau toni itu suka sama kamu?
“apa?”yang benar
“ya pastilah “benar intan ?asrulpun ikut-ikut menyahut”
“kalau intan tidak percaya ‘tanya langsung sama toni?”
“biyar tambah jelas ,cetus moza
“Ton,kamu jangan marah?”aku hanya ingin membantu kamu menggutarakan perasaanmu saja.
Wah aku sangat beruntung sekali mempunyai sahabat–sahabat seperti kalian yang penuh perhatian.
Ayolah ton,terus terang saja? jangan malu-malu.
“intan ,aku sudah lama memendam perasaan ini ?perasaan yang tidak bisa lagi aku simpan .bahwa aku sangat mencintaimu. Walau mungkin kamu hanya menggapku sebagai seorang teman .
”intan kupersembahkan puisi ini padamu”semoga kamu senang?
Cinta adalah pintu jendela yang terbuka
Yang setiap saat menerimamu dalam suka dan duka
Dan bila hatimu bimbang
Masuklah kamu dalam diriku intan
Kan kubisikan cinta untumu
“Wah puitis banget ?”sahut moz dan asrul.
“bagaimana intan sahut moz dan arul?
“Terus terang saja ton?”sebenarnya aku lebih suka sama asrul .
Wah abis donk’kesempatanku untuk mencintaimu?
“Baiklah ton’aku coba mencintai kamu.
Dari pada mencintai lebih baik dicintai .
“hingga akhirnya moza menjalin hubungan dengan asrul ,dan intan menjalin hubungan dengan toni.mereka sangat paham apa arti sahabat dalam diri mereka masing–masing. Itulah kisah yang nyata dari penulis .semoga siapa saja yang membaca “cerpen”ini. Yang mungkin mempunyai sahabat dekat dan dia mencintainya. Jangan takut untuk mengatakanya, Karena jika tidak diutarakan kita tidak akan pernah tahu isi hati seseorang meskipun kita sudah lama kenal.
Karya : Musriyatun 2007112176

SEBUAH PENANTIAN
Darwin adalah seorang pemuda, yang tinggal di daerah kemang. Ia tinggal bersama Ibu dan Adiknya indah. Karena ibunya ditinggalkan oleh ayahnya sejak ia masih kecil. Sampai ia tumbuh dewasa ia tidak tahu sosok ayahnya seperti apa. Kata “ibunya” ayahnya adalah sosok ayah yang baik dan tanggungjawab kepada keluarganya.tetapi entah kenapa? hingga saat ini ayahnya tidak pernah kembali kerumahnya. Tetapi Darwi dan indah menganggap ayahnya sudah mati dan ia tidak mengharapkan ayahnya kembali bersamanya. Karena baginya sosok ayah sudah ada di dalam diri ibunya.”Bukan tak mungkin lagi, mereka didalam hatinya menyimpan rindu yang begitu dalam terhadap sosok ayahnya. Tetapi rasa itu hanya mereka pendam. Hingga waktu yang akan menjawab dan mempertemukan mereka kembali.
Sejak indah megidap penyakit kanker otak, Darwin tak lagi kuliah,walau ibunya menyuruhnya kuliah tetapi ia sebagai seorang laki-laki di rumahnya ,ia ingin meringankan beban ibunya. Ibunya bekerja sebagai seorang Dosen. Walau gajihnya lumayan besar tetapi, ia tidak tega melihat ibunya susah dan menanggung biaya berobat adiknya sendiri, oleh sebab itu, a bekerja sebagai seorang supir pribadi.kini ia harus bekerja keras untuk bisa membiayai adiknya berobat supaya cepat sembuh dan bisa berkumpul dirumah bercanda dan bergurai bersama-sama seperti dahulu sebelum indah terkena penyakit kanker otak. Karena masa-masa itu yang sangat aku rindukan.
Padahal, sewaktu Darwin masih kuliah,ia sebagai mahasiswa kedokteran yang berprestasi. Ia mempunyai cita-cita yang sangat mulia. Karena ingin menjadikan pasienya sebagai saudaranya dan ia mempunyai sifat yang suka membantu antara yang satu dengan yang lain. Darwin keluar semester empat.teman-teman Darwin yang mengetaui Darwin tidak lagi kuliah meresa kehilangan. Karena Darwin sosok teman yang solidaritasnya tinggi dan ia suka membantu teman-temannya baik dalam pelajaran maupun dalam hal lain. Karena sifatnya yang baik itulah ia banyak disukai teman-temannya.tak hanya teman–temannya saja yang suka dengan ia, Dosen-dosennya juga sangat mennyukainnya .”walau di hati kecilnya, ia menyimpan harapan yang sangat begitu besar.
Di Rumah yang besar dan mewah itu, ia bekerja sebagai seorang sopir,dikelurganya pak Ridwan. Ia harus selalu siap mengantar dan menjemput majikannya. Terkadang lelah dan letih tidak ia rasakan lagi. karena ia selalu ingat dengan indah. Ia ingin indah cepat sembuh. semua itu ia kerjakan dengan ihlas dan tulus demi untuk keluraganya. Meskipun ia tak bisa membahagiakan ibu dan indah dengan limpahan harta yang banyak dan kemewahan, tetapi ia membahagiakan mereka dengan limpahan kasih sayang yang Darwin berikan kepada mereka.
Malam itu Darwin pulang bekerja, ia langsung ke rumah sakit. untuk melihat keadaan indah. Sesampainya di rumah sakit ia melihat indah sedang makan disuapin ibu Iin. Ia pun langsung menghampiri ibu iin dan indah, tak lupa ia selalu melayangkang kecupan yang hangat di kening orang-orang yang mereka cintai. Setetes air mata pun jatuh berlinangan di mata indah. “ka Darwin” ...indah akan sembuhkan, indah sudah capek di sini. Indah pengen pulang kerumah, indah pengen pulang ka …indah pengen pulang ibu? Ibu iin dan Darwin yang mendengar ucapan itupun spontan diam? Karena mereka tidak kuasa menjawab pertanyaan indah yang begitu memilukan. Mereka tak pernah melihatkan rasa kesedihannya dihadapan indah.
Hujan turun sangat deras pada malam itu,namun tak membuat gentar sosok Darwin yang berdiri di tengah curah hujan.Tampak kedua tangannya ditengadahkankeatas, meminta sang pencipta memnyembuhkan adik tercintanya.
“Ya Allah!”serunya sambil menangis histeris.” Aku tak bisa terima kenyataan ini. Tak bisa ya allah, Aku tak bisa ya melihat indah menderita karena penyakit yang ia derita.
Hujan semakin deras, disertai petir bersambungan. “tante marisa sangat terkecut”ketika didapetinya Darwin sedang menangis dan terkena hujan.” Akhirnya tante isa pun berlari dan langsung menghampiri Darwin.diseretnya Darwin dari curah hujan , ketika tante isa sedang menyeret Darwin ibunya pun datang menghampiri dan mereka berdua menyeret Darwin ,darwinpun sempat membrontak. Namun, akhirnya dia mennyerah hingga ibunya dan tante isa membawannya masuk ke rumah sakit.
Darwin dan ibunya menangisi kemalangan nasibnya. Air hujan baur dengan air hujan, baju yang di kenakan basah dan kotor.
Darwin anakku “kita hanya manusia, kita harus terima kenyataan ini dengan hati yang legawa.pasrahlah kepada-Nya. Darwi anakkku pasrah dan tabahkan hatimu.anakku aku sayang kamu? mereka meratapi kesedihannya kemudian Ibu Iin memeluk dan mengelus-elus kening anaknya dengan lembutnya.
Pagi baru saja merekah, tampak indah sedang terbaring dalam ranjang tidurnya.darwin menghampiri indah sambil memperhatikan wajah adiknya yang pucat dengan tulang pipi yang menonjol.
“Darwin membisikkan kata-kata”
“cepat sembuh, ya sayang ?
Indah hanya bergeming, tak bersuara? suasana kamar terasa mencekam.
Pagi itu, Darwin mulai bekerja seperti biasa. ibu Yulia yang baru menggetahui dari pembatunya? kalau adik Darwin di rawat di rumah sakit. Ibu Yulia dan pak Ridwanpun simpati karena penyakit jenis kanker itu adalah penyakit yang sangat membahayakn nyawa sang penderitannya. Karena dahulu ibu yulia mempunyai seorang anak perempuan. ia juga yang menderita penyakit kanker. Tetapi hidupnya tidak lama, kini ia sudah di ambil oleh sang maha kuasa. Oleh sebab itu, ibu yulia selalu simpati pada anak-anak yang mempunyai penyakit yang mematikan terutama penyakit kanker. Akhirnya Darwin mengantarkan pak ridwan dan ibu yulia ke rumah sakit. Di mana adiknya dirawat.
“Alangkah terkejut pak ridwan “ketika mengetahui? ibu iin ada dalam ruangan itu. Panik dan rasa merasa bersalahpu menghantuinyai? ketika diperkenalkan oleh Darwin, pak ridwan merasa seluruh tubuhnya tak bisa bergerak bahkan untuk menjawab pertanyaan dari ibu iin ia hanya diam seribu bahasa. Ibu Iin yang mengetahui bahwa yang ada di depannya adalah suaminya ia merasa bahagia walau kini, ia bukan suaminya lagi. persaan cinta ibu iin tidak pernah berubah kepada pak Ridwan.
Sebagai seorang istri yang belum dicerai sampai saat ini oleh suaminya, yang lama meninggalkanya, ibu Iin merasa senang dan bahagia. di samping itu ia juga harus menjaga perasaan Ibu Yulia, yang sekarang menjadi istri sah suaminya.”entah apa penyebabnya”, suaminya dulu meninggalkanya tanpa memberi alasan yang tak pasti. kini ia datang tetapi bukan untuk diriku, tetapi untuk perempuan lain.
Tapi, bagaimana pun memang itulah yang terjadi sekarang. Aku harus merelakan dia bersama perempuan lain. Sulit memang, bagiku untuk menerima kenyataan ini. Tapi apa daya aku hanya seorang manusia biasa,yang tidak sempurna dan banyak kekurangan.
Dalam waktu yang sangat singkat di rumah sakit itulah, pak ridwan mengetahui tentang keluarganya terdahulu. Dan pak ridwan pun sangat senang bisa bertemu dan berkumpul dengan anank-anaknya, setelah sekian lama tak bertamu.
Cuma satu yang tak bisa dilupakan pak ridwan adalah ketika ia harus bertemu dengan anaknya indah, ia harus melihat indah tak sadarkan diri dan seluruh tubuhnya penuh dengan alat-alat kedokter. Itulah yang membuat bapak berusia 40 tahunan sedih. Pertemuan yang harus di penenuhi dengan rasa penyesalan yang begitu dalam.
Di perjalanan pulang pak ridwan hanya diam, ibu yulia yang merasakan ada perubahan dengan suaminya, ibu Yulia pun mencoba bertanya?tetapi pertanyaan itu tak di jawab sepatah katapun. Diperjalanan pulang itulah, ia selalu memperhatikan wajah Darwin, lewat kaca depan. Kejadian itulah yang tak pernah Darwin dapatkan semenjak ia bekerja menjadi seorang sopir .
Sebagai seorang istri yang baik, ibu Yulia tidak mau rumah tangganya berantakan.karena ada pihak ketiga.ia pun mencoba bertanya kepada suaminya?”mas, kamu itu ada masalah apa?” ujar ibu yulia. Akhirnya pak ridwan pun menjawabnya? istriku aku tidak bisa bohong sama kamu? semakin lama aku memendamnya semakin menjadi beban dalam hidupku. “istriku maafkanlah aku, aku bukanlah suami yang baik,aku adalah suami yang jahat dan tak berguna.” Istriku sebenarnya ibu iin dan anak-anaknya adalah keluargaku sebelum aku menikahimu.
“Apa mas? itu semua salah khan mas?
“Tidak sayang itu semua benar.
Tanpa disengaja Darwin yang baru masuk mendengar percakapan mereka berdua, spontan kaget dan tidak percaya. Darwin pun berlari keluar rumah. Pak ridwan yang melihat Darwin pergi langsung mengejarnya.
‘Darwin anakku?”
“Inilah yang terjadi anakku,sebuah penantian yang bapak tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
“Enak saja, bapak bisa berkata seperti itu? tapi bagiku aku sudah tidak perlu lagi sosok seorang ayah. Bagiku ayahku adalah ibuku pak? bukan anda?
Pak sejak aku lahir ke dunia ini, aku telah menerima kenyataan bahwa aku di lahirkan tidak untuk menggenal sosok seorang ayah. Aku tahu pak? bapak sekarang sudah mempunyai kelurga baru, apa yang terjadi jika keluarga bapak tahu. Lupakan saja kami pak? Anggap kita tidak pernah bertemu?
Darwin sebagai manusia ibu mempunyai keinginan, memiliki perasaan, Tetapi kadang kala juga keinginan dan perasaan itu sulit untuk terpenuhi. Sama seperti apa yang di alami Darwin, tetapi sekarang keinginan dan persaan Darwin menantikan sosok seorang ayah akan terpenuhi?
“Dengan segal kerendahan hati nak Darwin?” Ibu mohon maafkan ayah nak Darwin. Itu semua memang sulit. Akhirnya Darwin pun luluh dengan perkataan ibu yulia.
Aku tak pernah berpikir, Aku akan bertemu dengan ayahku. Yang aku tahu dari ibuku ayahku adalah sosok seorang laki-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, itu benar adanya.
Tetapi ada satu hal yang membuat semua kelurgaku sedih dan berduka. Indah adikkku yang sangat aku cintai akhirnya meninggalkan kami semua. Ia dipanggil oleh sang maha kuasa. Walau berat melepas kepergianya tetapi aku yakin ia pasti bahagia di surga karena ia adalah sosok seorang adik yang penurut dan baik hati.
Kini aku tinggal bersama ayah dan kedua ibuku. Mereka semua sangat sayang padaku mereka memberi limpahan kasih sayang. Dan kini aku melanjutkan kuliah kedokteran yang dulu pernah aku tinggalkan.
Terakhir, kini aku sudah menjadi seorang Dokter. Akhirnya permintaan terakhir dari almarhum adikku terkabulkan. Dan aku persembahkan kesuksesanku kepada ayah, kedua ibuku dan almarhum adikku.
Karya : Musriyatun 2007112176

HARI RAYA UPIN DAN IPIN
Upin dan Ipin tinggal bersama nenek dan kakaknya ros. Upin adalah kakak dari ipin mereka berdua adalah kakak beradik yang akrab.
Di pagi hari, Upin dan Ipin sudah siap-siap untuk pergi sholat idul fitri, bersama nenek, kakaknya, dan teman-temannya, Mereka pergi ke masjid untuk sembahyang. Sebelum melukakan sholat idul fitri, mereka dikasih khotbah oleh pak kiyai, tentang pentingnya puasa, hingga akhirnya selama satu bulan berpuasa, akhirnya di pagi hari ini kita semua bisa makan dan minum. Upin dan ipin pun mendengarkan khotbah itu dengan khusuk. Semua orang yang ikut sholat di masjid itu juga sangat khusuk mendengarkan khotbah tersebut.
“Sesampainya di rumah upin bertanya kepada neneknya? Nek, waktu nenek kecil dahulu, nenek puasa tidak?
“Iya , cu? jawab nenek. karena hukumnya puasa itu adalah wajib. Dan barang siapa yang meninggalkan akan dosa.
“Nek, berarti orang yang berpuasa pahalanya banyak ? Dan orang yang tidak pernah meninggalkan sholat dan puasa mereka akan masuk surga ya nek? Tanya ipin
“Nenek pun menjawab ? iya cu.
Di rumah yang sangat sederhana itulah upin dan ipin tinggal. hari ini adalah hari lebaran upin dan ipin sangat gembira karena hari ini mereka memakai baju baru, dan mendapatkan uang dari nenek dan saudara-saudaranya. Di depan rumah upin dan ipin sudah ada mei-mei, ehsan, fizi, jit dan beberapa temen-temannya. Ketika upin dan ipin menghampiri teman-temannya ,terdengar suara ka ros memenggilnya?
“Upin, ipin buruan masuk, ajak teman-temanmu? Kita makan dulu, sebelum kalian pergi kerumah tetangga-tetangga untuk minta maaf.
“Iya ka? Ayo teman-teman kita masuk dulu ke rumahku, kita makan dulu. Sesudah makan kita baru pergi?
“Baiklah upin, ipin kita makan di rumahmu?
Kemudian mereka makan bersama-sama dengan lahapnya. Ada yang makan sambil bermain dan ada yang makan sambil lari kesana-kesini. itulah ekspresi anak-anak ketika mereka sedang bahagia, yang ada hanyalah keceriaan dan kesedihan tak tampak pada wajah-wajah anak-anak tersebut.
“Upin , Ipin kalau sudah selesai makannya kalian boleh pergi jalan-jalan kerumah tetangga .jangan lupa kerumah datuk. kata ka ros?
“ Iya ka? Jawab upin dan kawan-kawan.
Sebelum upin dan ipin pergi, mereka berdua minta maaf kepada neneknya dan ka ros?
“Nek, ka ros ? upin dan ipin minta maaf jika ada kesalahan.
“Nenek pun menjawab ? iya cu, semoga dosa-dosa kita semua di ampuni oleh allah Swt. Dan semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh dan nurut pada orang tua. Dan semoga di lebaran tahun depan , puasa kita semua akan lebih baik dari pada tahun ini.
“Terima kasih nek? Doanya . dan teman-temannya satu persatu minta maaf pada nenek dan ka ros.
“Anak-anak ini nenek ada uang sedikit kalian bagi-bagi yang rata.
“Terima kasih nek ? pemberian uanganya.
“Nenek pun menjawab? Sama-sama anak-anak.
Akhirnya upin, ipin dan teman-temannya berpamitan kepada nenek dan ka ros.
Mereka pun lebaran di rumah tetangga-tetangganya dan kerumah teman-temannya, dan kemudian sampailah ke rumah datuk.
“Assalamu’alaikum datuk?
“Datuk menjawab : walaikum salam? Masuk upin, ipin.
Merekapun masuk di rumah datuk. Dan datuk pun menyuruh anak-anak untuk makan kue lebaran. Dan tak lupa mereka sangat senang kalau di suruh lebaran ke rumah datuk, karena kalau lebaran di rumah datuk selain kita mendapatkan nasehat yang baik, dan datuk orangnya sangat baik dan rendah hati , dan semua anak-anak yang lebaran tempat datuk akan diberi uang. Itulah yang menyebabkan anak-anak suka pada datuk.
Itulah kisah tentang upin dan ipin dalam menyambut hari raya.
Karya : Musriyatun 2007112176

JANGAN TINGGALKAN AKU
Tetesan air hujan telah jatuh pada pipiku, tersirat luka yang pedih pada hatiku, sepintas dibenakaku? Ingin kuabadikan cintaku padanya namun? Kini dia meninggalkan seberkas harapan masih terpaut dalam mimpiku aku yang setia padanya.
Sekilas kupandang laut, dikau kulepas lalu kukenang. Aku terlupakan.
Kalimat inilah yang selalu menyiksa batinku disaat aku merindukannya.
Sapko sepintas sudah menghiasi hari-hariku seiring keremajaanku mulai tumbuh. Aku ingin menggenal dunia cinta sapko datang untuk tawarkan cintanya padaku. Kedewasaan menggetarkanku asmara dengan siraman embun cinta pertama.
Meski aku dan sapko lain sekolah tetapi tetapi kami masih satu daerah. Namun walaupun jaraknya jauh aku tak bisa berpaling dari cintaya.
Melalui gema suara pada lembaran kertas dan angin membawa rinduku padanya tinta pena yang berbicara dan surat dariku sudah berada di tangan sapko sedikit bisa menenagkan hatiku yang gelisah.
Dan aku yakin pada sapko dia adalah lelaki yang aku cintai dan sapko adalah orang yang istimewa bagiku. meski sapko sering menghilang dari hadapanku, namun tak jua kuniatkan di hatiku untuk melupakan nama sapko, orang yang singgah dihatiku. Sering kudengar cerita-cerita dari kawanku kalau sapko sering bersama gadis lain. Tetapi aku tak percaya. Mungkin karena cintaku terlalu besar untuknya. Walau kadang kala aku sedih mendengar berita tentangnya. Yang berpaling dariku.
Meski cintaku bersama sapko hanya bergurau dengan mimpi, senyum dan air mata yang mewarnai cintaku yang selalu kuanggap bunga tidur. Kerinduaanku yang tiada menepi pada sapko adalah cahaya bintang yang jatuh pada dirinya meski aku sering dibuatnya cemburu.
Tetapi kebiasaan sapko selalu kupandang dengan hati karena apabila kupandang dengan mata aku takut kebenciaan yang akan terjadi pada hatiku. Sering kali kuberdoa agar sapko kelak menjadi jodohku.
Tepat tanggal 17 agustus 2004 bersama teman-temanku aku merayakan hari kemerdekaan di suatu pantai. Bersama deru ombak lautan, sapko mengucapkan cinta kembali padaku. Tetapi aku hanya diam, ketika dia bilang cinta padaku kembali.
Dalam benakku aku berkata terima kasih tuhan telah mempersatukan aku kemabali bersama sapko. Lelaki yang aku cintai. Akhirnya aku pun menerima dia kembali sebagi pacarku lagi. Karena aku yakin dia adalah lelaki yang bisa membuatku bahagia.
Vivi, inilah yang disebut dengan cinta, cinta yang memang diciptakan oleh Allah untuk kita.
Hari itu pengumuman kelulusan pun akhirnya tiba. Aku gembira sekali karena lulus dengan nilai yang tinggi. Hari itu pula aku bertemu sapko , aku juga senang mendengar sapko juga lulus. Tetapi aku tak menyangka kalau akhirnya itulah akhir dari cintaku dengan sapko.
Kejadiaan itu sungguh menyakitkan bagiku, aku sempat menghujat tuhan. Tuhan mengapa baru sebentar aku merasakan kebahagiaan, kebahagiaan itu harus kau ambil tuhan. Aku tak menyangka kalau sapko akan mengalani kecelakaan itu. Sungguh tak bisa kubayangkan cinta yang diucapkan sapko kemarin sebelum ia menggalami kecelakaan.
Kini cintaku pergi bagai air membawa arah malam inilah cahaya bulan terbawa hujan, wajahnya yang muram, redup ,meratap dalam kesedihan.
Sebagai pencinta aku harus terima cobaan ini karena tidak semua insan pecinta lahir dari cinta mereka bahagia. Sekarang barulah aku menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Aku pasrah pada yang memberi kehidupan.
Aku yang terlanjur mencintai sapko masih dapatkah aku membuka lembaran baru bersama lelaki lain? Sementara aku tak bisa melupakan sapko, sapko kekasihku yang telah tiada. Dan yang kini hanya tinggal sejarah.
Di dalam kesendiriaanku, perlahan aku hilangkan semua kedukaanku dan aku serahkan semua pada yang ilahi. Kutenangkan jiwaku bersama lafaz Al-Quran. Ku bisikkan kata hatiku, bila allah menghendaki pasti esok aku akan mendapatkan pengganti sapko yang baik. Inilah sandiwara dunia.
Impianku untuk bisa hidup bersama-sama sapko telah pupus, impian tentang hari esok yang penuh harapan dan kebahagiaan, semua sirna laksana angin lalu. Itulah kisah tentang aku dan sapko.
Karya : Musriyatun 2007112176

CINTAKU MENANGIS
Cinta…
Kenapa kau hadir di hatiku
Kenapa kau membuat aku jauh
Karena cintamu aku lupa semuanya
Kini cinta itu telah pergi
Pergi…. Untuk selamanya
Kini hatiku menangis
Untuk kepergiaanmu cintaku
Cinta yang penuh dengan kepalsuan
Cinta pertama
Membuatku Tak bisa melupakanmu
Kebahagiaan dan goresan luka aku rasakan
Tapi….haruskah cintamu dan cintaku
Berakhir dengan kebencian
Suatu saat pasti akan ada cinta yang datang padaku
Yang akan menutupi serpihan luka di hatiku
Dengan memberikanku
Sebentuk cinta yang tulus
Yang akan mewarnai hari-hariku
Dengan kebahgiaan
Karya : Musriyatun 2007112176

CINTA DUA MERPATI
Ketika dua merpati mengadu jarak
Ada kidung sunyi di pondok kelabu
Wahai kasih, kapankah menyatu hati
Rembulan mentari bersaksi
Masihkah melintas di dalam benakku
Ketika dua merpati memadu kasih
Betapa aku merakan kebahagiaan ketika bersamanya
Ada janji di antara kami
Yaitu janji akan hidup bersama-sama
Namun ketika badai asmara menerjang
Dua merpati tidak lagi bersama
Bunga cinta di musim semi tinggal cerita
Musnah dan pergi entah kemana
Hanya ketidak pastian yang aku alami
Tapi aku masih berharap
Ia akan kembali bersamku lagi
Dua merpati itupun sama-sama berdoa
Dan meminta pada Allah Swt
Untuk mempersatukan kembali cintanya
Karya : Musriyatun 2007112176

KASIH SAHABAT
Hati ini berdebar kencang
Bila dekat denganmu
Diri ini tak berdaya
Bila kau tak ada
Dan akupun rindu
Semua yang ada padamu
Mengapa?
Mengapa?
Mungkin telah hadir
Rasa cinta dalam hidupku ini?
Mungkin aku mencintaimu?
Tapi mengapa?
Mengapa?
Kamu yang kucintai
Kamu kekasih sahabatku
Maafkanlah aku sahabatku
Mungkin aku telah salah
Mencintai kekasihmu
Tapi itulah yang namanya cinta
Tak bisa ditebak
kapan datangnya dan kapan perginya
Karya : Musriyatun 2007112176

RASA DOSA
Muka putih di jendela
Mengikut aku dari subuh
Semua kekal
Nyawa
Jejak membekas dilumpur hati
Kata
Suara bergema diruang abadi
Tangan
Jari gemetar menyaput sajak
Mata
Kenangan akhir membakar diri
Muka putih dijendela
Mengikut aku dari subuh
Tanganku lumpuh
Karya : Musriyatun 2007112176

TUK KAKAKKU
Tuk kakakku yang kini telah tiada
Doa adikku yang suci
Semoga engkau terima
Sebenarnya kini kakak bahagia
Manyambut ku kembali
Membawa berita kenaikanku
Buah dari doa restu kakak
Dan perjuanganku ….
Harapan ingin berjumpa
Itu tak tertahankan
Dan kini tinggal kenangan
Dan tinggal mimpi-mimpi
Untukmu kakak aku aku berdoa
Semoga kau diterima-Nya
Nasehat kakak tetapku ingat
Sejak kecilku hingga dewasa
Tak akan pernah aku lupakan
Ku pegang erat pesanmu kakak
Dan takkan aku lupakan
Karya : Musriyatun 2007112176

DO’A - DO’A CINTA
Disebuah panti asuhan yang sangat sederhana
Lestari : Assalam’ualaikum Vittri, sambil mengetuk kamar Vitri.
Vitri : Wa’alaikum salam, oh lestari ada apa tari ?
Lestari : Vit kita ke pantai yuk, kita menikmati keindahan suasana pantai dipagi yang cerah Ini.
Vitri : ide yang bagus aku setuju, yuk kita berangkat sekarang, tapi aku ganti baju dulu.
Lestari:oke deh.
Vitri : yuk tari kita berangkat sekarang, ntar keburu siang .
Lestari : yuk vitri sahabat ku yang cantik.
Vitri : kamu memang paling bisa merayu.
Lestari : oh vit ntar kita pulang jangan terlalu siang, karena kita harus masak anak-anak, ustadza dan para pengurus panti lainnya .
Vitri : siap mbak lestari yang cantik dan baik hati
Lestari : yuk, kita berangkat sekarang
Sesampai dipantai, lestari dan vitri sangat menikmati indahnya suasana pantai. Dipagi yang cerah itu, sangking menikmati mereka lupa hari semakin siaang dan waktunya untuk masak makan siang
Vitri : tari kita harus pulang sekarang matahari semakin menaik dan sekarang waktunya
Kita untuk masak makan siang .
Lestari : ya ampun, aku hampir lupa, ayo buruan vit kita pulang sebelum anak-anak, ustadza dan pengurus panti lainnya menyelesaikan pekerjaan mereka.
Vitri : yuk buruan tari
Lestari dan vitri bergegas pulang dan setelah sampai dipanti mereka langsung Ke Dapur untuk masak makan siang. Ditempat yang berbeda Reihan, calon suami lestari yang dimana mereka akan menikah besok sedang sibuk ditokoh untuk memilih gaun pengantin buat lestari dan sekalian meyiapkan mahar,reihan juga tinggal dipanti sebagai guru ngaji. Tiba-tiba telpone dipanti berbunyi dan ternyata reihan yang menelpon.
Reihan : Assalam’ualaikum lestari ku yang cantik, katakana kamu mencintaiku.
Lestari : Wa’alaikum salam ma reihan,oya ada apa mas ?.dan asekarang ada dimana.
Reihan : begini tari, sekarang aku berada di tokoh gaun penggantin, tapi aku binggung warna apa yang kamu sukai ?.
Lestari : aku lebih suka waarna putih, kaarena warna putih melambangkan ketulusan dan kesucian cinta.
Reihan : baiklah tari, insyallah warna putih akan menambah kecantikan mu besok
Lestari : insyallah mas reihan.
Reihan : baiklah tari, Asalam’ualaikum.
Lestari :kamu hati-hati ya mas,Walaikum saalam.
Lestari kembali kedapur menemani vitri melanjutkan masakkan,daan masakkan pun selesai dan vitri mengumpulkan anak-anak,ustadz, ustadza dan pengurus panti lainnya untuk makan siang,sedangkan lestari menyiapkan makanan dimeja makan dan semua sudaah berkumpul.
Lestari : baiklah adik-adik sekarang tangan diangkat kita berdo’a sebelum makan.
Anak-anaak paanti :oke deh mbak lestari yang cantik.
Setelah selesai menikmati makan siang semua berkumpul untuk melakukan pengaji dan shalat berjama’ah.ditempat yang berbeda reihan masih sibuk mencari mahar dan tanpa sengaja reihan bertemu pak zaina pengurus kebun dan taman panti.
Reihan : Assalam’ualaikum pak zaina,bapak lagi ngapain disini.
Pak zainal : Wa’alaikumsalam nak reihan,bapak sedang mencari mungkena untuk anak Bapak.
Reihan : oya pak, bolehkah saya mintak tolong sm bapak ?.
Pak zainal : tentu saja boleh, saya harus menolong apa nak ?.
Reihan : begini pak, mungkin saya pulang agak terlamat, jadi saya mintaktolong
Berikan gaun penggantin ini kepada lestari pak, karena saya masih mencari keperluan yang lain .
Pak zainal : tapa pulang dari sini saya belum pulang kepanti nak.
Reiihan : ngak apa-apa pak ? kapan pun bapak kepanti tolong berikan ini kepada Lestari.
Pak zainal : baiklah bapak permisi dulu ya nak reihan.Assalam’ualaikum.
Reihan : terima kasih ya pak.Walaikumsalam.
Suasana dipanti begitu ramai untuk menyiapkan dekorasi untuk pernikahan lestari dan reihan dan anak-anak panti begitu asyiknya membersihkan halaman lestari masih setia menunggu kedatangan reihan.
Lestari : vit, mengapa tiba-tiba perasaan ku nggak enak ?, dan aku kepikiran reihan terus.
Vitri : mungkin kamu nggak sabar untuk ceppat-cepat memakai gaun pengganti dan m enjadi pendamping reihan, jadi kamu selalu kepikira dia terus.
Lestari :nggak vit, kali ini beda perasaan ku benar-benar nggak enak dan reihan belum pulang.
Vitri : sabar aja lestari,sahabatku yan cantik dan baik hati, mungkin dia sekarang masih diperjalana, reihan pasti pulang tanpa cacat sedikitpun.
Lestari : mudah-mudahan ya vit nggak terjadi apa-apa sama reihan .
Vitri : oya lestari tadi siapa yang mengajar anak-anak mengaji, karena reihan belum pulang .
Lestari : tadi ustadz fazul yang mengajar anak-anak mengaji.
Setelah membeli mahar dan persiapan untuk pernikahanya besok reihan bergegas pulang karena dia sudah terlambat untuk menggajar anak-anak mengaji, tetapi entah mengapa reihan pulang tidak melewati jalan umum karena takut terjebak macet reihan melewati jalan alternatip dengan kecepatan yang kencang, hujan yang semulah Cuma gerimis semakin deras, tanpa di sadari mobilnya masuk jurang karena jalanya licin dan reihan terpentaldari mobil reihan tidak jatuh kejurang dia berpeggangan erat pada akar.
Reihan : Tolong…tolong…tolong, siapa yang mendegar tolong saya
Pak budi : Ya Allah, saya akan segara menolong mas.
Reihan : Cepatlah pak karena saya sudah ngak sanggup.
Pak budi : Bismillah, ayo mas genggam erat tambang itu saya akan ikatkan tambang ini di pohon belakang saya, saya akan berusaha menolong anda.
Reihan : Ya pak terimah kasih, Ya allah tolonglah aku dan lindungilah aku.
Tanpa di sadari pohon di belakang pak budi tumbang dan pohon itu merebah di atas tubuh pak budi dan pak budi meniggal, tali itu terlepas dan reihanpun jatuh kejurang tubuh reihan sebagai tersayat-sayat oleh akar-akar pohon, Reihan juga meninggaldi panti asuhan lestri semakin cemas dia semakin takut ada apa-apa sama reihan.
Lestari : Vit, kita pergi ketempat reihan membeli gaun, karena aku ngak bisa menuggu dengan perasan cemas dan tanpa ada kabar.
Vitri : Sabar lestari mungkin kamu kecapekan sekarang kamu istihat di kamar.
Lestari : Ustadz kenapanya reihan belum pulang sampe sekarang.
Ustadz : Mungkin masih ada yang di cari untuk persiapan besok.
Lestari : Tapi ini sudah malam, Ya allah semoga mas reihan baik-baik saja Ami…
Ustad dan Vitri : Amin……ya udah sekarang kamu istirahat ya.
Lestari : Baiklah.
Hari sudah malam mas reihan belum pulang juga dari pagi,lestri semakin cemas menuggu dikamar, jagankan nelpon sms pun belum dikirim untuk ku.Tiba-tiba pak zainamenggetuk kamar lestri.
Pak zainal : Assalamu’alaikum.
Lestari : wa’alaikum salam, lestri membuka pintu kamar.
Pak zainal : Maaf, mbak saya menggangu istirahat mbak lestri tadi saya ketemu mas Reihan dan dia menitipkan ini untuk mbak.
Lestari : Trus, Mas reihannya sekarang di mana?Tadi siang dia tidak hadiri untuk menggajar ngaji apa dia nitip pesan yang lain pak?
Pak zainal : Wah, nggak mbak, tadi mas reihan bilang dia pulang agak terlambat.
Lestari : Terimah kasih ya pak sudah merepotkan bapak.
Pak zainal : Nggak apa-apa, saya senag bisa membantu mbak lestri, saya permisih dulu ya mbak Assalamu’alaikum.
Lestari : wa’alaikumsalam.
Sekarang waktunya untuk berdo’a dan sholat hajat berjema’ah anak-anak panti dan semua sudah berkumpul kecuali reihan dan vitri datang dengan terburu-buru sambil menanggis.
Lestari : Vitri yang cantik, ada apa dengan mu sampai menanggis.,
Vitri : Lestri mungkin aku salah, karena bukan saatnya aku memberitahumu .
Lestari : Katakanlah vit, ada apa denganmu?
Vitri : Mari lestri ikut aku sekarang, opya ustadzfasul tolong antarkan kami.
Akhirnya di rumah sakit Aisyah, Vitri mengajak lestri dan ustadz faszul, sedangkan lestri dan ustadz fazul binggung.
Lestari : Siapa yang sakit vit?
Vitri : Mari kita turun.
Lestari : Kita mau apa di sini malam-malam?
Vitri : Sudahlah ikuti saja aku.
Kami turun dan menuju ruangan informasi, vitri masuk kedalam kami menunggu di luarruangan, vitri keluar bersama perawat.
Perawat : Mari ikutlah aku
Lestari : Sus, siapa yang akan kami temui di kamar jenaza itu?
Vitri : Reihan…!!!lestri.
Lestri ter kejut ketika melihat bahwa jenaza itu adalah jenaza reihan, lestri terdiam tidak ada sepatahkata pun,dia memeluk jenaza reihan dan ber kata,
Lestari : Mas reihan besok kita akan menikah.
Vitri : Sabar lestari (sambil menanggis).
Perawat : Permisi,kapan jenaza akan di bawak pulang.
Ustadz fazul : Sekarang.
Lestari : Vit, dari mana kamu tahu kalau reihan meninggal dan berada disini kenapa kamu tidak memberitahu aku?
Vitri : Maafin aku tari,ketika aku di kamar untuk memakai jilbab aku melihat berita di televisi dan teryata berita iti adalah jenaza reihan?
Lestari : Apa vit? Reihan jatuh ke jurang.
Vitri : Sabar tari.
Lestari : Tapa,aku besok akan menikah vit?
Vitri : Ya,tari mungkin ini sudah kehendak allah swt,kamu sabar ya?
Lestari : Insyallah vit, dan semoga allh mempuyai rencana yang lebih indah
Kepada diri ku, Amin…..
Karya : Musriyatun 2007112176


DIBALIK KEBERHASILAN KU
Tepat pada tahun 2005 Fera Arideska Tasti yang sering disapa Fera. Lulus dari SMP Negeri 1 TJ Sakti. Kemudian Fera tersebut melamar ke SMA Negeri 1 TJ Sakti. Karena nilai-nilai ujian fera bagus semua fera langsung diterima oleh sekolah SMA Negri 1 TJ Sakti tersebut. Setelah selesai penerimaan siswa kemuadian sekolah tersebut mengadakan orientasi atau tahap perkenalan. Fera sangat senang karena bias berkenalan dengan guru dan teman-teman.
Kemudian setelah selesai tahap perkenalan jam istirahatpun tiba, fera langsung beristirahat duduk dibawah pohon yang suasananya sangat menyejukan, kemudian tanpa sepengetahuan fera tiba-tiba datanglah seorang cewek cantik dan langsung menutup mata fera dengan tangannya, ternyata cewek tersebut adalah fena teman fera waktu SD, kemudian fera langsung bertanya, fen kok bisa, ia kita tidak bertemu pada saat perkenalan tadi, padahal kita satu sekolah kan ? fenapun menjawab. Oh’’ ya emangnya fera tadi kelompok berapa ? saya tadi kelompok 10 pen, em……pantas saja kita tidak bertemu, fena tadi memang tidak sempat untuk berkenalan dengan kelompok sepuluh dan sebelas kemudian fena bertanya fera, fer kita makan yuk, fera pun menjawab saya masi kenyang fen tadi pagi sudah makan dirumah. Ya’’ sudah kalau begitu saya kekantin dulu ia, ia fen hati-hati, ia saya juga mau pulang kerumah kok, Sampai bertemu besok ia fen, ia fer.
Kemudian setelah sampai dirumah fera langsung mencuci bajunya yang dipakai tadi, karena terlalu kotor kalau dipakai untuk besok maklum bajunya hanya satu, setelah selesai mencuci fera langsung pergi ke sawah untuk membantu orang tuanya bekerja, beberapa saat kemudian hari mulai sore fera dan orang tuanya pun pulang, setelah sampai dirumah merekapu mandi, setelah selesai mandi fera dan ibunya pun masak untuk makan malam kemudian tibalah saatnya makan malam tersebut, pada saat makan malam tersebut orang tua fera yang disapa pak budi dan buk siti bertanya, fer” bagaimana dengan sekolahmu tadi ? pak,buk tadi fera sangat senang karena disekolah fera bias berkenalan dengan guru dan teman-teman fer ibuk dan bapak ikut senang kalau anak kesayangan kami senang, fera sebelumnya bapak dan ibuk mintak maaf ia, fera bukanya bapak dan ibuk tidak perhatian dengan fera tapi semua ini demi cita-cita dan masa depan kamu nak, emangnya ada apa pak ? buk’’ begini nak, kau sudah tau keadaan ekonomi kita jadi masa depanmu alangkah berkatnya kalau kau tinggal saja dirumahpaman andi, rumahnya dekat dengan sekolahmu, nak ibu dan bapak kasihan kalau melihat kau harus melihat kau jalan kaki setiap hari, jadi alangkah baiknya kalau kau tinggal disana, disana cuman ada paman andi dan bibi narti dan anaknya tomi dan tuti, kebetulan tomi dan tuti sudah masuk SD jadi kau bisa mengajari mereka untuk belajar. Bagaimana nak kau setuju ? ia buk, pak saya setuju ia sudah besok kami akan mengantarmu kesana
Kemudian haridemi hari minggu demi minggu fera masih merasa senang tinggal disana walaupun semua pekerjaan dan mengurus anak-anak fera yang melakukanya tetapi setelah satu bulan berjalan dan fera mulai merasa bahwa dia sangat tersiksa karena meskipun semua pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak fera yang melakukannya tetapi fera selalu dilaporka bibinya dengan pamanya bahwa fera adalah anak yang pemalas dan selalu membantah apabilah disuruh, tetapi meskipun dicaci maki bahkan sering dikatakan anak yang dilahirkan oleh orang tua miskin fera tetap sabar serta ia selalu menyimpan kesedihan itu karena fera tidak ingin orang tuanya mengetahui apa yang dirasakanya.
Akemudian bulan dan tahun berganti, tibalah saatnya fera mengikuti ujian akhir kelas III. Walaupun dalam keadaan yang selalu bersedih dan menderita fera tetap bersemangat untuk belajar dan ia ingin menunjukan bahwa ia mampu meskipun ia dilahirkan oleh orangtua yang tidak mampu, setelah selesai mengikuti ujian fera langsung pulang ke rumah pamanya dan mengerjakan pekerjaan rumah sampai selesai, setelah selesai fera mendekati bibiknya dan kemudian meminta izin untuk pulang kerumah orang tuanya dengan nada lembut tiba-tiba bibirnya mengizinkan fera untuk pulang ke rumah orang tuanya, tanpa berpikir kenapa bibinya derastis berubah fera langsung mengambil tas kemudian mengatakan bi terimakasi pengertianya, ia fera kamu pasti sudah rindu dengan orang tuamu, ia bi nanti damparkan, kalau begitu fera pamit pulang ia bi.
Beberapa saat kemudian ferapun sampai kerumahnya, kebetulan orang tuanya sedang beristirahat karena pekerjaan di sawah sudah selesai, ferapun langsung memeluk kedua orang tuanya, setelah berpeluk-pelukan selesai” fera langsung berkata pak, buk pesan dari kepala sekolah pengambilan surat penentuan hasil ujian harus diambil oleh orang tua, oh” begitu, ya sudah besok bapak yang akan mengambil surat penentuan hasil ujian, terima kasi ya pak, fera sangat menyayangi kalian berdua.
Kemudian tibalah hari untuk pengambilan surat penentuan serta pengumuman siswa yang berprestasi, setelah surat penentuan dibagikan kemudian langsunglah pak budi membuka surat tersebut dan dilihatnya bahwa anaknya lulus, pak budi sangat senang dan kemudian tibalah pengumuman siswa yang berprestasi ternyata fera adalah salah satu siswa yang berprestasi karena nilai fera A semua. Setelah pengumuman selesai pak budi langsung pulang kerumah dan setelah sampai dirumah pak budi langsung memeluk fera dan disertai dengan tangisan yang mengembirakan, belum sempat bapaknya berkata fera dan ibunya langsung membuka hasil ujian tersebut dilihatnya bahwa fera lulus dan juga mendapatkan prestasi yang bagus, fera sangat senang karena tidak sia-sia pengorbananya kesabaran dan perjuanganya selama ini.
Kemudian malampun tiba saatnya mereka untuk makan malam, pada saat makan malam tiba-tiba mereka serentak mengatakan bagaimana kalau besok kita berkunjung paman andi dan bibi narti, pagipun tiba mereka langsung mempersiapkan diri untuk pergi, setelah sampai disana ternyata paman dan bibi sedang nonton tv karena kebetulan paman sedang libur bekerja, pada saat itulah kami bercerita diiringi dengan gurawan-gurawan, tidak terasa waktupun sudah sore kamipun pamit untuk pulang kerumah, kemudian tiba-tiba bibi langsung memeluk dan meminta maaf kepada saya, sayapun juga meminta maaf karena selama ini saya sudah banyak merepotkan keluarganya dan pada akhirnya terjadilah saling maaf memaafkan antara keluarga saya dan keluarga paman.
Karya : Nira Nopriani 2007112172


CINTAKU BERUJUNG MAUT
Pada tanggal 1 Januari 2008 andi berkenalan dengan hanny. Pada saat itu mereka bertemu di rumah teman hanny yang namanya Febbry, pada saat pertemuan pertama andi dan hanny merasakan bahwa mereka saling menyukai, dengan perasaan gugup dan gemetaran Andi langsung mengungkapkan perasaanya kepada Hanny dan hannypun langsung menerima ungkapan dari andi tersebut karena Hanny juga menyukai Andi, kemudian Febri datang untuk memberikan air minum kepada Andi dan Hanny. Andi dan Hanny ini air minumnya, diminum ia, oh yah an sepertinya hari ini kamu seneng banget, emangnya ada apa ia? Gak ada apa-apa kok, aq seneng ajakarena hari ini aku bias bertemu dengan kamu habis kita udahlama tak bertemu, oh begitu ya. Aku juga seneng kok han karena kalian berdua bisa bertemu karena aku sudah lama ingin mempertemukan kalian.
Kemudian setelah andi dan hanny jadian mereka berdua sering bertemu bahkan mereka berdua dimanapun berada mereka selalu berdua, pada suatu hari andi mengajak hanny untuk jalan-jalan ke gunung dempo, saat itu hanny sangat senang karena orang yang dia cintai mengajaknya jalan-jalan hanny pun tidak menolak lagi, hari itu andi menjemput hanny dirumah Febbry karma kebetulan Hanny sedang menginap dirumah Febbry, kemudian mereka langsung pergi.
Beberapa saat kemudian andi dan hanny tiba digunung dempo tersebut, mereka berdua menikmati pemandangan yang sangat menyejukkan tersebut kemudian mereka berdua saling memandang dan pada akhirnya mereka berdua sama-sama tidak bisa mengendalikan diri mereka, sehingga mereka melakukan suatu perbuatanyang tak pantas mereka lakukan mereka melakukan pada saat masih berpacaran, kemudian beberapa saat kemudian hari mulai sore andi dan hannypun pulang, kemudian pada saat ditengah perjalanan hujanpun turun, kemudian mereka berdua langsung mencari tempat untuk berteduh dan akhirnya mereka menemukan sebuah gubuk taru mereka masuk ke dalam gubuk tersebut. Karena hujan tak kunjung berhenti dan haripun mulai gelap pada akhirnya mereka berdua bermalam di gubuk tersebut kemudian pagipun tiba dan hannypun terbangun dari tidurnya dan dia langsung menangis karena dia menyesal telah melakukan perbuatan yang tidak pantas ia lakukan, kemudian andipun terbangun dan langsung memeluk hanny dan ia berkata kalau ia akan bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan. Kemudian mereka berdua langsung pulang.
Lalu beberapa saat kemudian Andi dan Hanny tiba dirumah Hanny kemudian ayah dan ibu hanny yang sering disapa Pak Tono dan ibu Tuti sedang bersantai menonton acara pagi, kemudian ibu tuti langsung menyapa Andi dan bertanya, nak andi kenapa bisa kamu yang mengantarkan hanny? Memangnya kalian sudahlama berkenalan? Karena, setahu bibi dan pamanmu kalian belum pernah bertemu karena keluarga kita setiap bertemu kalian berdua tidak ikut? Bi apa maksud bibi? Andi kau dengan hanny itu masih saudara karena papamu dan ayahnya hanny dua bersaudara. Tapi bi saya tidak percaya, bi, bibi bohongkan ? andi, bibi tidak bohong tapi sudahlah yang penting kalian sudah kenal jadi tak usah lagi kami memperkenalkan kalian oh ia alangkan baiknya kalau kita ngobrol di dalam saja oh terima kasih bi saya mau pulang saja karena masih ada urusan, yasudah kalau begitu hati-hati saja di jalan ia, kemudian Hanny pun masuk kekamar dan ia langsung mengunci kamar tersebut, saat itu Hani sangat terpukul karena ia suda berbuat kesalahan yang sangat besar.
Kemudian beberapa saat kemudian ibunya hanny mengetuk pintu kamarnya hannypun tidak menghiraukanya, karena hanny tidak menjawab ibu hanny langsung masuk ke kamar dan dilihatnya mata hanny sembab dan merah lalu ibu hanny bertanya, han kamu kenapa, kok ibu lihat tadi kamu ada masalah ? saying kalau ada masalah ceritakan dengan ibu biyar ibu bisa membantu, ibu, hanny tidak apa-apa kok hanny cumin kecapean saja kok, hanny kita makan bareng-bareng yuk, tu ayahmu sudah menunggu di meja makan, ibu” hanny masihkenyang karena tadi sudah sarapan, ia sudah kalau begitu ibu menemani ayahmu makan dulu ia.
Kemudian beberapa minggu setelah kejadian itu hanny mulai cemas karena ia tidak menstruasi hannypun sangat takut pada akhirnya ketakutan hanny tersebut terjawab sudah, ternyata hanny sudah hamil, hanny saat itu bingung sekali dan tanpa berpikir panjang lagi hanny langsung nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Karya : Nira Nopriani 2007112172


TERNODA
Seperti biasa salsabela yang sering disapa bela melakukan kegiatan yaitu bagun pagi-pagi membersikan kontiaknya kemudian pergi berkerja. Setelah pulang berkerja bela langsung mandi kemudian pergi lagi untuk mengajar ngaji dimasjid di dekat kontrakannya. Bela adalah sosok wanita yang mandiri serta taat kepada ajarannya agama. Bela berasal dari desa Gunung Kembang Kecamatan Tanjung Sakti, sampai sekarang bela jarang pulang ke desanya Karena ia disibukkan pekerjaannya di Palembang. Pada suatu hari pulang dari berkerja bela mengambil henponnya dan ia langsung melihat kalender yang ada depannya tersebut, dilihatnya hari Jum’at dan dan jum’at adalah tanggal merah, bela senang karena ia bias pulang ke desanya, hari rabu siang sepulang berkerja ia bela langsung ke masjid dan langsung memberitahukan kepada muridnya bahwa ia tidak bisa mengajar mengaji pada hari ini dan hari sabtu, setelah selesai bela langsung mengambil tasnya yang berada dikontrakannya dan ia langsung membeli tiket, setelah selesai membeli tiket bela langsung menaiki mobil jurusan ke Desa Gunung Kembang kecamatan tanjung sakti tersebut belum lama ia duduk kemudian ada seorang laki-laki yang berbadan tinggi berkulit putih serta serta tanpan kemudian laki-laki tersebut bertanya kepada bela.
“adek, apa benar kursi disamping adek nomor 4 (Empat) ?”
“ya, benar. Emangnaya kenapa kak ?”
“begini dek, tadi kakak beli tiket katanya nomor 4 (Empat)”
“Oh, begitu.”
Beberapa saat kemudian setelah mobil tersebut berisi penumpang setiap korsinya, mobil tersebut berjalan, ditengah perjalanan bela mulai mengantuk karena ia kelelahan setelah pulang berkerjalangsung pulang ke desanya, tetapi bela tetap berusaha untuk tidak memejamkan matanya karena ia tidak ingin tubuhnya tersentuh oleh laki-laki meskipun Cuman sekedar tangan, kemudia azan magribpun terdengar lalu mobil tersebut berhenti dan bela pun langsung mengerjakan ibadahnya (sholat), setelah selesai shalat bela langsung memesan makanan, beberapa saat kemudian makanan pun tiba, beapun langsung makan, setelah selesai makan bela langsung kembali ke mobil karena mobil tersebut akan kembali melanjutkan perjalanan, kemudian bela duduk, laki-laki yang duduk disampingnya tadi tiba juga dan langsung duduk, lalu laki-laki tersebut bertanya kembali pada bela.
“Oh ia, kalau boleh tau nama adek siapa ?”
“nama saya Sansabela”
“Kalau nama kakak siapa ?”
“nama kakak adalah alhadi tomi handana. Tetapi biasa di panggil tomi”
Kemudian setelah beberapa lama bercakap-cakap mata bela mulai mengantuk kembali, meskipun berapa kali bela menepis rasa ngantuknya ngantuknya mata bela tetap terpejam dan pada ahirnya bela langsung tertidur dengan lelahnya. Disaat bela tertidur laki-laki yang bernama tomi tersebut mulai berniat jahat Karenna ia lancing telah memegang tangan dan langsung mencium pipi bela selanjutnya Tomi juga memeluk tubuh bela, karena terlalu erat pelukan tomi tersebut bela langsung terja kemudian menampar muka tomi tersebut, karena tamparan bela terlalu kuat sehingga sopir mobil tersebut bertanya
“ada apa itu dek”
“tidak apa-apa pak, Cuma ada nyamuk saja kok.”
Kemudian sopir tersebut kembali konsisten membawa mobil yang mereka naiki. Setelah kejadian tersebut bela berusaha tidak memejamkan matanya meskipun berat baginya. Kemudian Tomi bertanya lagi pada bela
“ adek, kenapa adek tidak jujur saja dengan sopir tersebut?”
“asalkan kakak tahu ia, saya tidak ingin aib ini diketahui oleh siapapun kecuali Allah.”
“kenapa adek berkata seperti itu”
“karena hanya Allah yang dapat membalas semua perbuatan kakak tadi.”
Kemudian bela langsung diam meskipun tomi banyak mengajukan pertanyaan kepadanya. Kemudian tidak lama lagi bela akan segerah turun karena desanya sudah dekat, dan belapun bergegas mengambil tasnya. Disaat bela bergegas mempersiapkan barangnya yang berada didekat tomipun berkata
“adek, kakak minta maaf ia, karena kakak tadi hilaf”
“ya, saya maafkan, tetapi saya berharap pada Allah dapat membalaskan perbuatan kakak tadi”
Belapun langsung memanggil sopir bahwa ia sudah sampai. Dan pada akhirnya belapun tiba di rumah orang tuanya.
Karya : Nira Nopriani 2007112172



SUNGAI MUSI YANG INDAH
Pagi yang cerah, matahari perlahan-lahan menampakkan sinarnya untuk menyinari bumi. Hari ini saya (Nira), Musriyatun, Selly, Lidia, dan teman-teman dari Universitas PGRI Palembang Jurusan Bahasa dan Seni, berkumpul di pinggir sungai Musi yang terhampar luas dan indah. Tujuan saya dan teman-teman berkumpul di pinggir sungai Musi adalah untuk mengamati lingkungan sekitar sungai Musi kemudian dituangkan menjadi sebuah cerpen. Di tengah sungai Musi yang luas terdapat bermacam-macam perahu, dari yang kecil sampai yang terbesarpun, ada yang mencari penumpang dan ada pula yang menghantar penumpang. Sedangkan di pinggir-pinggir sungai Musi juga terdapat pohon-pohom yang besar, biasanya pohon-pohon tersebut banyak dikunjungi oleh pengunjung untuk bersantai-santai di bawahnya.
Beberapa saat ketika saya sedang memperhatikan sekitar sungai Musi yang lainnya, saya melihat seorang anak sedang duduk di pinggir sungai Musi sambil memandangi teman-temn saya yang sedang bersenang-senang berfoto dengan dosen pembimbing saya yaitu Pak M. Nasir, S.Pd. dan Ibu Sadia. Kemudian saya langsung menghampiri dan bertanya kepada anak tersebut.
“Adek, kamu sendirian saja ya?”
“Iya, kak.”
“Emangnya orang tua adek kemana?”
“Saya tidak tahu kemana orang tua saya, apakah mereka masih hidup atau tidak. Sampai sekarang saya tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua.”
“Oh, iya. Nama adek siapa?”
“Nama saya Muhamad Rijal, kak.”
“Nama yang bagus. Oh ia Rijal sudah makan apa belum?”
“Belum, kak.”
“Ini kakak ada makanan, silahkan Rijal makan ya?”
“Iya kak. Terima kasih makanannya.”
“Iya sama-sama. Rijal kamu harus sabar ya. Karena suatu hari nanti Rijal pasti bisa merasakan kebahagiaan seperti teman-teman kakak yang di sana.”
Kemudian setelah selesai bercakap-cakap saya mulai menyadari betapa beruntungnya saya dan teman-teman karena kami semua masih selalu diperhatikan oleh orang tua. Berbeda dengan Rijal yang sangat haus dengan kasih sayang orang tua. Saya sangat bangga dengan Rijal karena meskipun ia seorang anak jalanan tanpa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, Rijal tetap tegar dan bersemangat untuk bertahan hidup, karena ia percaya bahwa suatu hari nanti ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang selama ini tidak ia rasakan.
Tak lama kemudian Selly memanggil saya dan menyuruh saya untuk menghampirinya. Sayapun menghampiri Selly dan teman-teman yang lain. Kemudian Selly bertanya dengan saya.
“Nira, kamu pulang dari sini mau kemana?”
“Saya mau pulang ke rumah saja, karena masih banyak tugas kuliah yang mau saya kerjakan. Oh iya, emangnya kalian mau kemana?”
“Kami mau jalan-jalan, Nir.”
“Oh begitu. Sel maaf ya saya tidak bisa ikut kalian hari ini, karena saya benar-benar tidak bisa.”
Setelah itu saya dan rombongan Selly disuruh dosen pembimbing kami untuk berkumpul, karena bapak dan ibu dosen kami mau mengumumkan bahwa penelitian hari ini cukup sampai di sini saja dan apa yang kita dapat pada hari ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kemudian setelah selesai pengumuman sayapun langsung pulang ke rumah.
Karya : Nira Nopriani 2007112172

SAHABAT YANG BAIK
Tes catur wulan III hampir tiba. Eka gelisah, beberapa hari ia tidak mengikuti pelajaran dengan tenang. Di sekolah maupun di rumah ia tampak murung. Ia memikirkan uang SPP dan uang pembayaran pakaian olah raga sejumlah Rp.30.000,- yang hilang beberapa hari yang lalu. Padahal salah satu syarat untuk mengikuti tes harus melunasi pembayaran pakaian olah raga dan membayar SPP hingga bulan tersebut.
Pagi itu Eka tidak masuk sekolah. Ia bermalas-malasan di tempat tidur. Eka, mengapa pagi ini kau tidak berangkat ke sekolah ? Kamu sakit ya ? tanya ibunya. Iya bu! jawab Eka sambil menutupkan selimut diwajahnya. Ibunya mendekat, memeriksa badan Eka. Badanmu tidak panas, yang sakit bagian mana Eka? Tanya Ibunya.
“Kepala saya pening bu! jawab Eka. Tidurlah, ibu akan membuatkanmu teh panas, kata ibunya. Eka memejamkan matanya, tetapi tidak tidur, hal itu berlangsung hingga siang hari.
Segala keperluan makan dan minum telah disiapkan ibunya di meja dekat tempat tidurnya, ia tidak ditunggu oleh ibunya karena ibunya menyeterika pakaian tetangga. Dari hasil mencuci dan menyeterika itulah ibu Eka menghidupi dua anaknya.
Pukul 14.00 WIB ibu Eka belum selesai menyeterika,
“thok..thok ... thok! Perniisi, suara seseorang yang bertamu. Siapa ya? Oh nak Meri. silahkan masuk, nak! kata Ibu Eka setelah melihat Tamu yang datang. Eka di dalam kamar, dia pusing kepala kata ibu Eka setelah Meri duduk. Jadi Eka tidak masuk sekolah karena sakit Bu? Ia tanya Meri. Benar nak! Silahkan masuk ke kamarnya” kata Ibu Eka! Meri dari kursi, melangkah menuju kamar Eka. Halo Eka ! sapa Meri. Membuka pintu kamar oh ... Mer. silahkan duduk, Mer ! kata Eka. Meri duduk di tempat pembaringan tidur Eka. Kamu sakit apa Eka ? tanya Meri. Eka tidak segera menjawab pertanyaan Meri. Ia bangun dari pembaringannya, dan duduk di samping Meri.
Sebenarnya aku tidak sakit kata Eka dengan nada terputus­-putus, lalu kenapa Eka? Coba katakan padaku. Kamu tidak usah malu-malu, akukan sahabatmu. Jika ada masalah mari kita bicarakan bersama kata Meri kepada Eka.
Sebenarnya saya tidak sakit tapi saya hanya memikirkan bagaimana caranya agar saya bisa mengikuti ulangan catur wulan ke tiga nanti, karena saya harus melunasi SPP dan membayar uang baju olah raga. Sedangkan saat ini kamu kan tahu sendiri bagaimana keadaan orang tuaku. Untuk menyampaikan hal ini aku tidak sampai hati kata Eka kepada Meri sambil meneteskan air mata, saya kasihan pada ibu Mer! Apalagi baju olah ragaku hilang Mer! Jadi aku takut mengatakan pada ibu.
Oh ... rupanya itu alasanmu, sehingga kamu tidak masuk sekolah! Nach mulai besok kamu tidak usah sakit lagi dan kamu harus masuk untuk bisa mengikuti tes catur wulan III.. Kamu bisa memakai uangku dulu. Dan kamu dapat mengembalikannya kapan saja setelah kamu mempunyai uang kata Meri.
Tetapi bagaimana saya menceritakan hal ini pada ibu? Saya tidak mempunyai keberanian untuk menceritakannya, Mer!. Tenanglah Eka, nanti saya yang akan menceritakannya kepada lbumu! Yang penting kamu besok pagi harus masuk sekolah kembali. Besok pagi saya akan membawa uang untukmu, kata Meri. Terima kasih Meri, kamu benar-benar sahabatku yang baik kata Eka.
Setelah berkata dengan ibu Eka sebentar, Meripun berpamitan pulang, Eka dan ibunya mengantar Meri sampai di halaman rumah.
Karya : Nira Nopriani 2007112172

NASEHAT BUAT ADIKKU
Adikku …
Jika kamu harus memilih
Antara kemarau dan musim hujan
Pilihlah kemarau
Kamu akan berusaha mencari air
Adikku …
Jika kamu harus berjalan
Dimalam gelap atau disiang terang
Pilihlah malam gelap
Kamu akan mencari tenang
Adikku …
Jika kamu harus pergi
Pergilah jauh dan tak kembali
Kamu akan berjuang menghidupi diri
Adikku …
Menderita tidak harus dibenci
Ia akan menunjukan arti hidup
Yang tak terulang kembali
Karya : Nira Nopriani 2007112172

HANYA GURU
Jasa yang tak kau ingat
Telah berakar dihati kami
Berbuat amal akan ajaran
Kata yang tak pernah kau catat
Telah dijilid di hati kami
Kami gunakan itu
Bagai lentera di kegelapan
Jasamu guru …
Adalah tongkat, bagi kami
Putra-putri asuhanmu
Hanya guru yang begitu
Hanya guru yang menaruh
Setetes embun yang berharga
Dan sebait kata yang berguna
Perlahan kami sadari
Guru sangat berarti
Gurub sangat bebudi
Mendidik kami tiada, terperi
Karya : Nira Nopriani 2007112172


KEPERGIANKU
Disaat aku sedang berbahagia bersamamu
Dan damainya hatiku
Baru kurasakan
Saat aku berada sisimu
Tapi ………….
Di saat ini pula
Hatiku merasa bersedih
Dimana sebentar lagi
Waktu akan memisahkan kita
Kepergianku
Hanya untuk sementara
Demi cita-cita
Dan demi masa depan kita

Kasih ………….
Bersabarlah menunggu
Walau jarak antara kita jauh
Walau godaan yang dating mengganggu
Percayalah aku akan jaga cinta suci ini
Hanya untukmu selamanya
Engkaulah harapan hidupku
Engkau lambang kebahagiaanku

Yakinlah ….. suatu hari nanti
Waktu akan menyatukan kita
Kembali bersatu
Sampai akhir nanti
Karya : Nira Nopriani 2007112172

BIARLAH MENGALIR
Yang dapat kulakukan saat ini
Hanya mengikuti aliran hidup
Menerima apa yang akan terjadi
Melangkah, berpuitar atau berhenti
Seiring irama waktu
Yang terasa berdenyut tak menentu
Aku tak mampu mereka-reka
Atau menyusun rencana
Biarlah hidup mengalir
Bersama waktu
Aku hanya berharap
Dalam aliran waktu ini
Aku mampu melewati
Tebing terjal yang menghalang
Dan melarutkan segala noda
Dengan jernih piker
Dan nuraniku
Aku hanya menyimpan harap
Agar hidupku yang mengalir
Menemukan muara yang tenang
Temapat aku melabuhkan segala penatku
Karya : Nira Nopriani 2007112172

UNTUKMU ADIK
Azan subuh belumlah usai
Tetes embuh belumlah kering
Namun langit mendung telah memberi firasat
Firasat kedukaan bagi keluarga kami
Adik……..
Alangkah berat melepas kepergianmu
Alangkah sulit menerima ketiadaanmu
Alangkah sulit kata yang dapat
Mengungkapkannya
Adik………
Akankah ada yang dapat
Menggantikan dirimu
Alangkah senyum yang telah menyejukan
Dibanding senyum yang terkandung
Dibibirmu…..
Adik…..
Kami kehilangan keberadaanmu
Adik……..
Kami semua menyayangimu
Kami tau adik menyayangi kami
Namun, kami sadar
Allah lebih menyayangi adik kembali
Berada disisinya
Adik……..
Kami yakin disisinyalah tempat terbaik untukmu adik
Selamat jalan adik,kami ikhlas….kami rela
Kan kami iringi perjalanan adik dengan untaian doa
Yang Allah tempatkanlah adik ditempat yang layak
Disisimu
Masikkilah dia dalam surgamu
Amin……………
Karya : Nira Nopriani 2007112172
PERSAHABATAN
Jeri :”Hallo!”
Intan :”Iya,Hallo.Ini siapa?”
Jeri :”Ini Jeri, dek.”
Intan :”Oh kak Jeri ia?”
Susi :”Siapa yang menelponmu itu Tan?”
Intan :”Kak Jeri,Sus.”
Jeri :”Siapa yang bertanya barusan dek?”
Intan :”Susi,kak.”
Susi ;”Tan boleh tidak saya bicara sebentar dengan kak jeri?”
Intan :”Oh,boleh-boleh sus.Ni silakan.”
Susi :”Hai kak jeri, bagai mana kabar kakak sekarang, soslnya kita sudah lama tidak bertemu.Saya jadi kangen dengan kakak.”
Jeri :”Hai juga.Alhamdulilah kabar saya baik-baik saja kok.”
Susi :”Kok kak jeri bertanya tentang kabar saya?”
Jeri :”Sus, intannya tadi kemana? Soalnya ada yang mau saya bacarakan dengan intan.”
Susi :”Kak Jeri saya sangat mencintai kakak,kenapa kakak tidak membalas cinta saya.”
Jeri :”Sus.Sebenarnya saya juga mencintaimu tapi lebih dari sahabat.Oh ia sus,tolong panggilkan intan ia?”
Susi :”Tan, ni jeri mau bicara dengan dirimu.”
Intan :”Iya,ada apa kak?”
Jeri :”Dek,adek sekarang sibuk apa tidak?”
Intan :”Emangnya kenapa kak?”
Jeri :”Kalau adek tidak sibuk kakak mau mengajak adek jalan sebentar soalnya ada yang mau kakak bicarakan dengan adek?”
Intan :”Kak maf ia, saya tidak bisa soalnya saya sanat sibuk.Oh ia kalau dibicarakan seksrang saja kenapa?”
Jeri :”Iya sudah kalau begita langsung saja ia.Dek sebenarnya kakak suka sama adek.Apakah adek mau menerima kakak sebagai pacar adek?”
Intan :”Kok kakak bicara seperti itu?Kak sebenarnya adek juga suka sama kakak tapi adek tidak mau persahabatan kita bertiga hancur.”
Jeri :”Emangnya hancur kenapa?”
Intan :”Kak,kakakkan sudah tahu kalau susi sangat mencintai kakak?”
Jeri :”Tapi kakak tidak mencintainya dek.”
Intan :”Begini saja kak,saya terima kakak sebagai pacar adek teapi ada syaratnya.”
Jeri :”Apa syaratnya dek?”
Intan :”Saya tidak mau kalau susi menggetahui kalau kita pacaran.kareka itu adalah salah satu solosinya agar persahabatan kita tidak bubaran atau hancur.Bagai mana aoakah kaka setuju?”
Jeri :”Ok,kakak setuju.Oh iya dek,kapan-kapan kita sambung lagi pembicaranya ia dek.Soalnya kakak hari ini ada janji dengan temen-temen untuk main bolah.”
Intan :”Ok kak.Intan titip salam saja buat temen-temen kakak.”
Susi :”Tan sepertinya serius benar pembicaraanya tadi?”
Intan :”Tidak juga kok.Tadi saya dak kak jeri Cuma membahas tentang pacarnya didekat rumahnya.”
Susi :”Tan jadi kak jeri suda punya pacar ia?”
Intan :”Iya sus.”
Susi :”Oh begitu.Iya suda tankalau begitu saya pamit pulang dulu ia soalnya sudah soreh.”
Intan :”Iya sudah kalau begitu hati-hati saja dijalan ia?”
Susi :”Ok sobat.”
Intan :”Da.....”
Karya : Nira Nopriani 2007112172

SEBUAH KEPUTUSAN
Pada malam minggu tepat pukul 20.00 WIB, Adi datang ke rumah Mira. Seperti kebanyakan muda-mudi sekarang malam minggu biasanya digunakan untuk menghabiskan waktu bersama kekasih. Setiba di rumah Mira, Adi pun dipersilahkan duduk di ruang tamu dan tidak lama kemudian Mira memberi minum dan kue kepada Adi serta menyuruhnya untuk memakannya. Tidak lama kemudian, Adi mencoba untuk berbicara kepada Mira.
“Sebelumnya aku minta maaf Mir…” Aku merasa kita tidak bisa bersama lagi karena kita berdua sangat berbeda, kamu tahu kan perbedaan diantara kita apa saja?” Mungkin keputusanku ini membuat hatimu terluka, aku harap kamu bisa terima dan mengerti dengan keputusanku. Mira terkejut mendengar keputusan Adi dan keduanya terdiam.
Sudah cukup lama Mira menatap Adi tanpa berkedip dan bersuara. Adi pun jadi salah tingkah melihat Mira yang begitu tajam memandangnya, dan ia menundukkan kepalanya menghindari tatapan Mira. Tidak lama kemudian pertengkaran yang sangat hebat pun terjadi di antara mereka berdua.
“Alasanmu tidak masuk akal Di…” Akhirnya Mira bersuara jauh lebih keras daripada suara Adi.
“Tidak masuk akal gimana?”
“Adi kembali menjawabnya dengan nada suara yang tinggi dan sangat marah. Semua yang kuutarakan justru masuk akal. Ini semua demi kamu juga.”
“Demi aku?” Mira menyipitkan matanya.” Demi aku gimana? Apa bukan demi gengsi kamu?” Kamu merasa jatuh gengsi kan karena kita berbeda? Iya, kan?”
“Ternyata kamu sudah tau. Harusnya kamu menyadarinya kalau kita memang sangat jauh berbeda!”
“Dari dulu kita memang beda!” jawab Mira.” Ingat, Di, dari dulu kamu yang dulu mempermasalahkan soal status. Padahal demi Tuhan, sejak pertama kali kenal sama kamu, aku tidak pernah mempermasalahkan perbedaan status kita. Kamu saja yang selalu mengingatnya. Lebih baik aku tidak menerima cintamu dari awal saja jika aq hanya melihat dari perbedaan-perbedaan itu, tapi aku mencintaimu apa adanya. Sejak aku menerima cintamu, perbedaan itu semakin tidak ada bagiku.
Adi menghela napas panjang. Memang sedikitpun ia tidak meragukan ketulusan cinta dan ucapan Mira. Sudah hampir tiga tahun lebih berpacaran, Adi telah mengerti sifat dan warna hati Mira.
“Tapi perbedaan kita semakin tajam, Mira…”Adi menundukkan kepalanya.
Nah kan kamu yang mulai lagi! Suara Mira meninggi
“Sekarang bukan saja hanya latar belakang keluarga kita yang berbeda, tapi juga status kita sendiri. Kamu kuliah di perguruan tinggi hebat, sedangkan aku?” Adi berhenti sejenak unuk mengatur nafasnya yang tersengal. Aku sekarang bukan Cuma anak orang miskin, tapi juga penggangguran.
Dengan sangat marah, akhirnya Mira menjatuhkan vas bunga yang ada di meja tamu. Adi benar-benar terkejut ketika Mira memecahkan vas bunga, ia tidak menyangka kalau Mira begitu sangat marah atas kata-katanya tadi. Tapi dalam hatinya memang benar dan kenyataan kalau dia berbeda jauh sama Mira.
Sepicik itu pikiranmu? Adi, aku tidak menyangka kalau kamu bisa berpikiran seperti itu!
Adi kembali menundukkan kepalanya
“Lalu apa hubungannya semua itu dengan keputusanmu untuk menyudahi hubungan kita?”
Adi menjawab! “ Karena semakin lama hubungan kita akan semakin…”
“Perbedaan lagi!” Mira menjerit.
Ya, jawab Adi.
“Aku tidak sanggup, Mir..”
“Ngurusin hubungan kita yang telah kita lewati bersama?” Tanya Mira kepada Adi.
Adi menggangguk.
“Pasti kamu tengah kacau, Di. Aku sarankan kamu pulang saja, mungkin besok-besok pikiranmu akan jerni. Ya?”
“Keputusanku sudah bulat, Mir. Lebih baik kita saling melupakan, aku tahu mungkin sulit untuk kamu menerima semua in tapi memang ini sudah keputusanku. Di dunia ini masih banyak cowok lain yang lebih baik dan pantas untuk mendampingimu.
“Adi…” Suara Mira mulai tergetar.
“Harusnya kamu bisa memahami alasanku. Sulit bagiku untuk berjalan sejajar denganmu.”
“Karena kamu tidak kuliah? Masih ada tahun depan, Di. Tahun depan kamu bisa mendaftar lagi, test lagi…”
“Dan gagal lagi?”Sela Adi.
“Kamu bisa bekerja.Apa salahnya? Banyak remaja yang bisa sukses dengan bekerja, tidak harus dengan kuilah.
Kerja? Adi tersenyum geli mendengar ucapan Mira. Kerja apa? Dengan mengandalkan ijazah SMA paling orang cum bisa jadi kuli.
Biarin.
Emangnya kamu mau apa punya pacar kerjanya Cuma kuli? Omong kosong. Kamu bisa bilang begitu. Apa kata orang tuamu nanti? Papa dan mama?lalu teman gedongan kamu itu/serta yang kuliah naik BMW itu? Semestinya kamu sadar dan buka matamu, Mir. Cinta tidak boleh buta. Cinta harus realistis. Kamu ini siapa, aku ini siapa. Jangan pernah mentiadakan kenyataan itu.
Cukup Di. Kali ini Mira tertunduk dan lama tak bersuara. Adi bersyukur dalam hati. Ada secercah harapan Mira bisa memahami dan mengerti maksudnya.
Mugkin benar cinta tak harus memiliki dan tidak harus bersatu. Demi Tuhn sampai detik ini aku masih mencintaimu. Aku hatus jujur dan reaistia, Mir. Diantara kita memang banyak jurang perbedaan yang teramat lebar dan aku tidak sanggup membangun jembatan di atasnya. Mengertikah kamu?
Air mata Mira pun terjatuh, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Adi ingin sekali mendekap tubuhnya mungil itu dan memeluknya, serta Adi ingin sekali mengusap air mata itu dan mengganti dengan tawa penuh cinta. Tapi hatinya melarang.
Akhirnya Adi meminta maaf kepada Mira karena keputusannya sudah membuat hati seorang wanita yang ia cintai dan sayangi terluka. Tidak lama kemudian, Mira bisa mengerti dengan keputusan Adi walaupun dihatinya masih mecintai Adi dan hatinya masih terluka dengan keputusan Adi tapi dia harus menerimanya dengan ikhlas. Setelah itu Adi berpamitan dengan orang tuanya Mira untuk pulang termasuk Mira juga. Mereka berdua akhirnya menjadi sahabat..
Karya : Agita Nurlina 2007112166




KEINDAHAN SUNGAI MUSI DAN JEMBATAN AMPERA
Pagi hari yang begitu cerah matahari terbit dari sebelah timur, kami berdua pun tak ingin ketinggalan melihat anugerah ciptaan Tuhan yang begitu indah. Setelah itu kami berdua jalan-jalan ke sekitaran Benteng Kuto Besak. Sesampai di sana kami duduk di pinggiran Sungai Musi sambil melihat pemandangan yang unik di sekitar Sungai Musi, salah satunya pesona Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang merupakan salah satu ciri khas kota Palembang.
“Mel, coba kamu lihat ada pemandangan yang unik di sekitaran Sungai Musi dan Jembatan Ampera” “Tanya Ina”.
“Benar Na, pemandangan seperti ini tidak pernah kita lihat, kalau saja tidak jalan-jalan ke Benteng Kuto Besak kita tidak pernah tahu kegiatan orang-orang di sekitaran Sungai Musi pada pagi hari” Jawab Amel”.
“Untung saja kita ke sini, jadi kita bisa melihat dari dekat kegiatan orang-orang di sekitar Sungai Musi ternyata beraneka ragam kegiatannya”.
“Diantaranya ada bapak-bapak yang sejak pagi hari sudah berada di perahu ketek untuk mencari penumpang yang ingin jalan-jalan mengelilingi Sungai Musi, ada juga kapal-kapal yang memberangkatkan penumpang menuju kampung halamannya, serta ada juga pedagang kaki lima”.
“Amel pun membenarkan perkataan temannya itu”.
Tiba-tiba ekspresi wajah Amel berubah terkejut dan kagum melihat Jembatan Ampera yang berdiri kokoh dan sangat indah. Ina pun sempat terdiam melihat ekspresi wajah temannya yang tersenyum sendiri.
“Na, coba kamu lihat Jembatan Ampera itu sangat indah dan kokoh ya?”
“Betul Mel. Oh… berarti kamu tersenyum sendiri tadi melihat Jembatan Ampera yang berdiri kokoh dan sangat indah itu, kirain kenapa”.
“Tapi Mel, coba kamu lihat juga Sungai Musi airnya sangat bersih tidak ada kotoran dan di sekitaran Benteng Kuto Besak lingkungannya juga sangat bersih tidak ada sampah, makanya kita tidak boleh membuang sampah sembarangan”.
“Benar, pantesan aja kota Palembang udah 4 kali mendapatkan Piala Adipura, saya bangga banget menjadi warga kota Palembang karena sudah banyak kemajuan”.
Pada malam harinya mereka berdua kembali jalan-jalan ke Benteng Kuto Besak, ternyata suasana pada malam hari lebih indah dan bagus sekali terutama Jembatan Ampera.
“Na, bagus banget ya Jembatan Ampera pada malam hari?”
“Betul, apalagi ditambah dengan hiasan lampu yang berwarna-warni jadi tambah indah”.
Setelah itu mereka berdua terdiam sejenak sambil memandang Jembatan Ampera dengan ekspresi wajah yang senang dan kagum.
“Tapi selain Jembatan Ampera yang sangat indah, tenyata di tengah-tengah Sungai Musi ada warung terapung serta suasana pada malam hari lebih ramai dibandingkan sore hari” “Kata Amel”.
“Betul banget....”.
Dengan tergesa-gesa dan kegirangan Ina pun mengeluarkan kamera digital dari tasnya, Amel sempat binggung melihat tingkah laku temannya itu.
“Ayo Mel, ayo.. kita berfoto berdua dengan pemandangan Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang sangat indah ini”.
“Amel menuruti keinginan temannya untuk berfoto, karena dia tahu kalau tidak dituruti pasti temannya marah dan ngambek kepadanya”, gerutu Amel dalam hati”.
Akhirnya mereka berdua berfoto dan tidak ketinggalan mereka juga mengambil gambar Jembatan Ampera.
Tidak terasa waktu sudah hampir larut malam, mereka pun memutuskan untuk pulang. Mereka berdua tidak akan melupakan kejadian tadi pagi dan malam ini yang membuat hati mereka sangat senang dan kagum dengan keindahan Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Mereka sangat bangga karena kota Palembang merupakan kota BARI.
Karya : Agita Nurlina 2007112166

UPIN DAN IPIN
(Menyambut Hari Raya Idul Fitri)
Pada sore hari menjelang hari raya Idul Fitri, Upin dan Ipin bersama temannya pergi ke mesjid. Sesampai di sana Upin dan Ipin binggung kenapa orang-orang di mesjid mengasih sesuatu ke panitia mesjid. Dengan penasaran Upin dan Ipin bertanya kepada temannya, yakni Fizi dan Ehsan.
“Kenapa orang-orang di mesjid mengasih sesuatu ke panitia mesjid?” “Tanya Upin”.
“Iya, kenapa-kenapa?” “Tanya Ipin juga”.
“Kalian tidak tahu apa kan mereka membayar zakat fitrah, coba lihat ayahku juga sedang membyar zakat” “Kata Ehsan”.
“Iya, saya juga tahu anak manja”, Jawab Fizi kepada Ehsan”.
Sedang asyik-asyiknya mereka ngobrol, tiba-tiba anak manja panggilan untuk Ehsan dipanggil ayahnya untuk segera pulang.
“Tuh anak manja ayahmu memanggil dan menyuruh kamu pulang”, “Ehsan pun marah kepada Fizi karena dia tidak senang dipanggil anak manja”.
Dengan ekspresi wajah marah, Ehsan pun meninggalkan temannya dan menghampiri ayahnya untuk pulang bersama.
Setelah Ehsan pulang duluan bersama ayahnya, mereka bertiga akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Upin dan Ipin berlari menuju rumah, sesampainya di rumah mereka melihat neneknya sedang memasak ketupat untuk dimakan nanti malam saat berbuka dan untuk dimakan esok hari pada hari raya tiba. Akhirnya mereka berdua memberi tahu kepada neneknya apa yang dilihat di mesjid tadi.
“Nenek tadi di mesjid kami melihat orang beramai-ramai datang untuk membayar… kat”.
“Apa maksud kamu Upin kat itu?” “Nenek tidak mengerti”.
“Itu nenek, pokoknya membayar kat, iya kan Ipin” “Tanya Upin”.
“ Iya nenek, pokoknya membayar kat atau apa gitu”.
Nenek mencoba memahami maksud pembicaraan cucunya, dia terdiam sejenak. Tidak lama kemudian nenek teringat dan mengerti maksud kedua cucunya itu.
“Ya Allah, nenek lupa belum membayar zakat”.
“Itu maksud kami membayar za… kat” “Upin dan Ipin pun tersenyum kecil”.
Setelah teringat, nenek menyuruh Ros kakaknya Upin dan Ipin untuk menggantikan dia memasak ketupat. Nenek pun bergegas menuju rumah paman yang sering dikunjungi Upin dan Ipin bersama teman-temannya untuk membayar zakat. Sesampainya mereka dipersilahkan masuk.
“Ada keperluan apa kalian ke sini?” “Tanya paman”.
“Saya hampir lupa membayar zakat, untung Upin dan Ipin menginggatkannya” “Kata nenek”.
“Oh….begitu”.
Akhirnya nenek menyerahkan zakat fitrah kepada paman. Tiba-tiba Upin dan Ipin menyodorkan tangan kepada paman, dia pun binggung dengan tingkah laku anak itu.
“Apa maksud kalian berdua menyodorkan tangan?” “Tanya paman”.
“Kami kan mau bersalaman, tadi di mesjid setelah orang-orang membayar zakat mereka bersalaman begitupun juga kami”.
“Iya-iya.., sini mari kita bersalaman”, “Paman sedikit tersenyum melihat kelakuan mereka berdua”.
Keesokan paginya tepatnya hari raya Idul Fitri, Upin dan Ipin bergegas pergi ke mesjid bersama nenek dan kakaknya untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Setelah selesai sholat Upin dan Ipin meminta maaf kepada nenek dan kakaknya.
“Nenek maafin Upin ya atas segala kesalahan yang selama ini udah Upin perbuat!”
“Iya, maafin-maafin” “Kata Ipin juga”.
“Ya, nenek maafin kok”.
“Kak Ros maafin Upin dan Ipin ya kalau udah buat kakak marah selama ini!”
“Ya, kakak maafin, kakak juga minta maaf sama kalian berdua”.
“sama-sama kakak”.
Setelah saling memaafkan, tidak lama kemudian temannya Upin dan Ipin bersilaturahmi ke rumah mereka, nenek serta kakaknya menyuruh Upin dan Ipin untuk mengajak temannya masuk ke ruang tamu. Setelah itu, mereka beramai-ramai bersilaturahmi ke rumah kerabat yang lain.
Karya : Agita Nurlina 2007112166

CINTA JADI SAHABAT
Pagi hari yang begitu cerah, garis pelangi tampak warna-warni mengelilingi sebagian awan. Angin yang begitu sejuk dan udara yang dingin sehabis hujan bertiup lembut menerbangkan rambut lurus Rara sampai menutupi wajahnya. Sementara tatapan mata Ari masih saja lurus ke depan seperti menuggu sebait kata-kata yang keluar dari mulutnya untuk memecahkan kecanggungan diantara mereka. Sudah hampir tiga puluh menit, mereka berdua masih saja diam seribu bahasa.
Lalu tiba-tiba suara parau Rara terdengar pasrah
“Tidak ada yang mau aku omongin, jawab Rara”.
Rara menyadari tatapan mata Ari, tanpa basa-basi dia beranjak dan berniat untuk segera pulang. Tiba-tiba hujan kembali turun, mustahil untuk segera pulang menembus hujan geruntunya dalam hati.
”Tidak usah terburu-buru, di luar masih hujan nanti kamu sakit” suara Ari menghentikan langkah Rara untuk pulang, dia terpaku di tempatnya berdiri.
“Aku minta maaf” kata Ari lagi.
“Buat apa?” kali ini Rara membalas tatapan mata Ari.
“Aku maafin kok” sambung Rara lagi sebelum Ari sempat membuka suara lagi.
“Aku mau pulang!” kali ini Rara nekat menembus hujan menyusuri lapangan sekolah, dia sedikit berlari-lari kecil agar cepat sampai di pintu gerbang.
Tiba-tiba di jalan tidak jauh dari sekolah Rara bertemu dengan sahabatnya Chacha.
“Lho kok kamu basah kuyup gini Ra?” Chacha menatap binggung sahabatnya.
“Mana Ari?” “Ra…”
Rara masih saja diam
“Kamu ninggalin dia ya? Kamu tidak ketemuan sama dia? Kamu tidak mau bicara sama dia lagi ya?”
“Bukan tidak mau, tapi aku tidak sanggup Cha….pliss!!!
Chacha buru-buru merangkul sahabatnya itu sebelum tangis Rara pecah.
“Aku ingin melupakan dia Cha! Tidak ada gunanya kalau kita baikkan, aku tidak sanggup dan tidak bisa sama-sama dia lagi. Dia udah punya orang lain, aku tidak boleh lagi saying sama dia”.
Chacha mengerti sekali perasaan sahabatnya itu.
“Ya sudah maafin aku yang selalu memaksa kamu Ra. Sekali lagi maafin aku ya..”
“Tidak Cha, kamu teman aku yang paling baik. Makasih, kamu selalu ada buat aku, itu sudah cukup kok”.
“Ada sesuatu yang mau aku bicarain Ra..”.
Tiba-tiba suara Ari mengejutkan di tengah gerimis hujan, wajah Rara tertunduk, dia tidak mau Ari menyadari sisa tangis di matanya.
“Aku ingin selalu ada buat kamu Ra.. Sejujurnya rasa sayang aku ke kamu tidak akan pernah hilang, bahkan tidak berkurang sedikitpun”.
Mata Chacha membelalak sementara Rara tetap diam di posisinya.
“Benar yang Chacha bilang, aku bodoh! Terlalu cepat mengambil keputusan buat nerima Nurul, semua ini salah aku. Nurul sudah terlibat dan aku tidak bisa menyakitkan dia”.
“Maaf Ra..”Ari begitu tulus mengucapkan kata-kata itu. Sementara Rara berusaha mencerna kata-kata yang diucapkan Ari barusan.
“Aku harap kamu bisa mengerti dan jangan pernah membenci aku Ra”.
Ari melanjutkan katanya.
“Oke, makasih buat penjelasannya Ri” Rara menarik nafasnya berusaha menunjukkan ketegarannya.
Rara menghapus air matanya. Sejak saat itu dia berjanji pada dirinya sendiri agar tidak pernah menangis lagi karena urusan cinta.
“Kalian berdua benar, mungkin sekarang Ari tidak bisa sama Rara, tapi percaya dech kalau jodoh tidak kemana” canda Chacha pada kedua sahabatnya.
‘Walaupun sedikit bodoh, aku akui kamu cowok yang baik Ri” kata Chacha lagi.
Rara menarik nafasnya lagi.
“Aku sudah melepaskan kamu Ri, tidak perlu merasa tidak enak sama aku tentang hubungan kamu sama Nurul, aku sudah maafin dan aku putuskan untuk ikut ayahku ke luar kota”.
Ekspresi Chacha dan Ari berubah terkejut.
“Mungkin bakal lebih mudah menjalaninya tanpa kehadiran aku” sambung Rara. Senyumnya mengembang tulus, dia merasa lega mendengar penjelasan Ari mantan pacarnya sekaligus sahabatnya.
Karya : Agita Nurlina 2007112166

Pelangi Di Tengah Hujan
Rasanya amat sakit…
Sangat sakit!!!
Dan aku harus menghhadapinya sendiri
Pilihan ini membodohkan aku dengan ketakutan yang teramat dalam
Mengeluhpun hanyalah dalam isak tangis yang kian rapuh…
Bertanya-tanya, tak pernah kutemu jawabnya
Hingga ratapan ku lelah
Teriakku, marah, putus asa, dan diam!!!
Ingin menangis di pangkuan MAMA yang ku cinta...DAN
Mengadu pada sosok ayah yang kusayang…
Tapi mereka telah tua dan renta
Yang tersisa hanyalah sebait do’a pusara yang kelam
Karya : Agita Nurlina 2007112166

DENTING SENJA
Terkutuk dalam keterpurukan yang gelap
Sesekali denting itu memang membangunkan aku
Tapi lebih lama membuat ku lelap
Detik itu mengiringi senja yang ku punya
Melingkari mimpi yang ku simpan
DAN…
Lagi-lagi membawaku pada gerbang kosong yang terasing
Satu loceng, dua, tiga, hingga puluhan lonceng berteriak menyudutkan aku
Hingar bingar itu tak lagi pedulikan aku
Berlari lama……
Terdampar di kerasnya rumput liar, menghujamku, mencaciku,…
Aku memang menangis tapi tak sekuat batin ini yang mengoceh…
Lelah ku selalu terdampar dipijakan denting yang kian melaju
Karya : Agita Nurlina 2007112166

MEMORIES 21
Masa kecilku….
Bolehkah aku pergi sebentar saja
Aku akan beli tiket di terminal lorong waktu,dan
Mengantri di jembatan pelangi
Hanya untuk ke sebuah masa itu
“Bermain di hutan dengan putri tidur, dan
Berkhayal akan ada pangeran bertopeng yang bangunkan aku”
“Berlari-lari di danau capung dengan hamparan pasir hitam yang pekat
Tapi kalau capung bisa tersenyum hanya dengan 2 sayap itu
Mengapa aku harus menangis dengan pelangi yang ku punya”
Dan jika sore senja telah mengatup
Permainanku belum berakhir
Karena pada malamnya yang larut akan kutunggu kilaunya bukit bintang
Yang membawaku berkenalan padadruva ddan sabit
Tiba-tiba….
Peri daun datang ke hutan
Pesannya aku harus segera ke luar lorong waktu itu
Dan mencoba untuk menjalani semua dengan waktu yang sesungguhnya
Karya : Agita Nurlina 2007112166
Kupilih MAMA Tapi Kusayang IBU
Sebelumnya….
Diluar kesadaran ini
Dalam ketidak berdayaanku
Rasanya…..
Aku ingin menangis
Dengan satu titik yang tak berarti akhir dari kata-kataku
Inginku dengarkan teriakkan ini
Aku ingin mengeluh, dan melepaskan semua ketidak adilan ini
Di satu sisi, siapa yang harus aku salahkan?
Seorang pelindung keluarga yang membuat bekas di kalbu masa kecilku?
ATAU…
Ibu yang mundur tanpa hentakan langkah dan mengaku kalh pada takdir?
Satu lagi…..
Mama yang tiba-tiba harus menjadi bagian dari hidup dewasaku?
Ingin ku katakana ini
Bahwa aku tak mengerti ..!!!
Sesekali bisik cercah kesal kering terdengar mendamparku
Harus ku kuatkan dengan apa hati ini?
Ketika pilihan lagi-lagi harus menyakitkan satu pihak
Apa yang harus aku perbuat?
Ratapan mana yang benar-benar tulus?
Ini memang terlihat baik
Tapi tak sebaik goncangan yang menyelimuti aku
Ku pilih MAMA bukan berarti ku tak sayang IBU
Ku bersama MAMA bukan tandanya ku lupakan IBU
Tapi aku adalah proses yang sedang melintasi bait-bait lorong putaran waktu yang bingar
Karya : Agita Nurlina 2007112166

SINAR
Dia gadis belia….
Namanya Caya
Depresi berat karena di vonis dokter kanker otak
Beberapa bulan hingga berganti tahun
Caya selalu berpura-pura menjadi orang yang kuat {padahal itu semakin mengerogotinya)
Rasa sakit itu selalu menemani sepanjang harinya yang sibuk
Tapi seolah biasa saja
Walau sebenarnya sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan!!!
Bagaimana tidak
Dikondisinya yang kian kritis
Ia selalu bertahan pada pilihannya
Yaitu, DIAM
Hingga tak ada satu pun yang tahu tentang vonis dokter itu
Kesibukkan Caya, telah membawanya lupa akan organ tubuhnya yang kian digerogoti
Disadari atau tidak
Tapi inilah pilihan Caya
Selalu merasa sendiri di tengah keramaian
Bahwa sebenarnya Caya memang mengakui ketidak berdayaannya
Yang hanya bisa berdiam ketika tubuhnya meraung dan menjerit
Hati kecilnya selalu berontak tentang Caya yang tak mampu meredam tangisnya
Caya tahu….
Ini terlihat tak adil
Tapi kata-kata itu hanya akan terdampar menjadi bagian diamnya
Apa benar kata psikiater itu???
Jika seseorang terlalu banyak dan sering memendam ha-hal yang baiknya dia ungkapkan
Maka dia akan mengalami tiga tahapan “stress, depreesi, dan berujung pada gangguan jiwa”
Kesakitan apa lagi yang harus aku coba??
Ini kian membuatku tak bisa mencerna
Tentang……
“Dari mana aku mesti memulainya”
Karya : Agita Nurlina 2007112166

INGIN BERSAMAMU
Kekasihku….
Jaganlah kamu berdiri di tempatmu berdiri
Jaganlah kamu berbaring di tempatmu berbaring
Dan jangan pergi kemana pun juga kamu pergi
Yang tiada aku di sana
Cintaku…..
Keejarlah arahku kemana pun kamu pergi
Carilah aroma tubuhku dengan kerinduanmu
Temukanlah hingga kamu tahu itu aku
Remukkanlah tubuhku dengan pelukmu
Belahan Jiwaku…..
Dari langit engkau turun ke dunia
Tuk jadi milkikku selama-lamanya
Bantulah aku mempertahankan cinta kita
Bersamamu, hatiku tenang, aku bahagia denganmu
Karya : Agita Nurlina 2007112166

KEHIDUPAN GALILEI
Para Pelaku:
Gal (Galilei)
And (Andrea)
Sar (Nyonya Sarti), ibu Andrea
Panggung menggambarkan ruang kerja Galilei.
Galilei : Jadi kamu sudah mengerti apa yang aku jelaskan kemarin?
Andrea : Tentang apa?
Galilei : Tentang kemarin.
Andrea : Tentang koppernikus dengan perputarannya itu?
Galilei : Ya.
Andrea : Belum. Bagaimana mungkin. Kamu berharap aku ngerti? Aku masih sukar memahami. Satu oktober nanti usiaku baru genap sebelas.
Galilei : Apa salahnya kamu memahami, Nak? Aku ingin agar orang mengerti apa yang aku pikirkan. Untuk itu aku bekerja dan uangnya kubelikan buku-buku daripada kubayarkan tukang susu.
Andrea : Tetapi kenyataan aku selalu melihat matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Begitu selalu matahari tidak pernah mandeg. Tidak pernah dan tidak akan mandeg.
Galilei : Apa? Kaukatakan engkau melihat? Apa yang engkau lihat? Sebenarnya enggkau tidak melihat apa-apa. Engkau sekadar membelalakkan matamu. Membelalakkan mata belum berarti melihat. (Galilei menaruh meja Waskom di tengah-tengah kamar) Nah, ini matahari. Duduklah. (Andrea duduk di kursi, Galilei berdiri di belakang). Coba katakana di mana mataharinya? Di sebelah kanan atau kiri?
Andrea : Di sebelah kiri.
Galilei : Bagus. Dan sekarang bagaimana caranya supaya matahari itu berada di sebelah kanan?
Andrea : Jika Anda memindahkan matahari itu ke sebelah kanan, tentu!
Galilei : Cuma begitu saja? Tidak ada cara lain? (Galilei mengangkat Andrea sekaligus dengan kursi yang didudukinya dan memindahkan ke sebelah lain dari meja wskom) Nah, sekarang di mana mataharinya?
Andrea : Di sebelah kanan.
Galilei : Apakah matahari itu tidak bergerak?
Andrea : Tentu tidak!
Galilei : Jadi yang bergerak adalah….
Andrea : Aku.
Galilei : Salah! Goblok! Kursinya!
Andrea : Tapi aku kan melekat pada kursi itu!
Galilei : Nah, kursi itu adalah bumi dan engkau berada di atas bumi itu. (Sarti masuk, mengatur tempat tidur sambil memperhatikan).
Sarti : Apa yang Anda ajarkan kepada anakku, Tuan Galilei?
Galilei : Aku sedang mengajar dia melihat, Nyonya Sarti.
Sarti : Dengan cara mengurung dia dalam kamar seperti ini?
Andrea : Jangan ikut campur, Bu. Ibu kan tidak mengerti apa yang sedang kami pelajari.
Sarti : Oh, ya tapi apakah engkau sendiri mengerti pelajaran itu? (kepada Galilei) Jangan Anda ajari dia hal yang sukar-sukar. Sedang dua kali dua dikatakan lima. Dia selalu salah wesel tentang apa yang anda ajarkan kepadanya. Malah kemarin dia memberi tahu aku, katanya bumi ini berputar menggelilingi matahari. Ia yakin benar, karena katanya soal itu telah diselidiki dengan saksama oleh orang yang bernama Koppernikus.
Andrea : (kepada Galilei) Bukankah Koppernikus memang telah menyelidikinya dengan saksama, Tuan Galilei? Lebih baik Anda jelaskan kepada Ibu.
Sarti : Apa?(kepada Galilei) Jadi Anda sendiri telah mengajarkan omong kosong emacam itu? Pantesan anakku ngmong kiri-kanan di sekolah. Sampai-sampai para rohaniwan mendapati aku, gara-gara pernyataannya yang lancang yang bisa membawa bencana itu. Anda patut malu, Tuan Galilei.
Galilei : (sambil sarapan) Penyelidikan kami cukup mempunyai dasar yang kuat, Nyonya Sarti. Setelah melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Andre dan aku sampailah pada suatu penemuan baru. Tak lama lagi kami akan menyingkap tabir rahasia yang menyelimuti bumi kita. Akan tampil suatu zaman yang jaya, di mana dibutuhkan kegairahan untuk hidup.
Sarti : Ya…,mudah-mudahan dalam zaman baru itu nanti kita masih mampu membayar tukang susu. Tuan Galilei, di luar orang muda, yang juga mempelajarinya. Pakaiannya bagus dan membawa surat pujian. (Sarti menyerahkan surat) Semoga Anda tidak mengecewakan aku dan jaganlah Anda abaikan surat ini. Aku prihatin tentang rekening susu itu.
Karya : Agita Nurlina 2007112166

KENANGAN TENTANG BUNDA
Via menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya meleleh membasahi bantal. Hati via benar-benar terluka mendengar omongan bik jum. “lho kenapa menanggis?” tanya Nenek cemas, beliau meletakan obat dan segelas air putih di meja. Via diam tidak menjawab, isaknya semakin jelas terdengar. “Nenek benarkah bunda tidak mau mengurus ia?” tanya terpatah-patah. “siapa bilang?” tadi dipuskesmas, bik jum bercerita pada orang-orang. Katanya bunda tidak mau mengurus via. Bunda sibuk berkarier. Itulah sebabnya via diasuh eyang. Eyang mengangguk-angguk mulai memahami persoalan via, namun beliau belum menanggapi pertanyaan cucunya. “minum obat dulu, ya. Nanti kita bicarakan soal ini,” bujuk nenek seraya membantu via minum obat. Sesekali terdengar helaan nafas panjangnya. Pagi tadi nenek menyuruh bik jum, pembantunya mengantarkan via berobat ke puskesmas. Sudah dua hari via pilek. Biasanya nenek sendiri mengantar via berobat. Namun, tetangga sebelah meninggal. Nenek melayat ke sebelah. “benarkan bunda tidak mau mengasuh via, nenek?” desak Via penasaran. Nenek menatap lembut cucunya yang sedang sedih dan gelisah. Dengan penuh kasih sayang tanggannya yang keriput membelai via. “apakah via merasa begitu?” Via tercenung. ya, sepertinya ucapan bik jum ada benarnya juga. Bukde Laras dan Bukde Prita, saudara Bunda mebgasuh sendiri anak-anaknya. Meskipun mereka berdua bekerja dikantor. Sementara via diasuh nenek. Sebaiknya via cari tahu sendiri ya. Via menatap nenek tak berkedip. Dengan senyum tetap tersungging dibibir, nenek beranjak mengambil kertas dan bulpoin. Dulu kalau nenek kecewa dengan seseorang, nenk menulis semua hal tentang orang tersebut biar kita merasa agak lega kalau dituangkan kedalam sebuah kertas. Langgit begitu biru. Via menatap gumpalan awan putik yang berarak. Dulu bunda pernah cerita awan itu belari takut tigelitik anggin. Kenanggan via kembali kemasa kecil. Bunda selalu mendonggeng sebelum tidur. Bunda selalu memandikan dan menyuapinya. Tugas itu tidak pernah digantikan pembantu, meskipun bunda juga bekerja di kantor. Via bangkit meraih kertas dan pena. Ia mulai menuliskan kenanggan tentang bunda. Sewakyu-waktu bila hatinya ragu ia akan membaca tulisannya kembali. Biarlah bik jum berpendapat bunda tidak mau mengasuh dirinya. Namun, via yakin bunda amat menyayanginy, aa. Keyakinan itu akan ia jaga baik-baik. Via berhela nafas lega. Kini ia tidak buleh begitu saja terpengaruh ucapan orang lain.
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

HIRUK-PIKUK PASAR
Da, mau ikut mama kepasar enggak?”ujar mama mengajakku. ‘Enggak, ma. Nanda sudah mandi, nanti kotor lagi,” tolakku mama membujukku untuk ikut bersama mama, “tapi jangan lama-lama ya, ma?” kataku akhirnya aku dan mama pergi kepasar. Dalam perjalanan aku bertanya,”ma, kok pasar itu selalu kotor? Enggak seperti di supermaket. Nanti makannya tidak bersih dong, ma.” Pasar itu biarpun tempatnya kotor, tetapi makanan dan barangnya bersih-bersih. Lagi pula sesampai di rumah dicuci dulu. Kalau di supermaket sih yang disediakan hanya produk pabrik buatan yang tertutup. Jadi, ya tempatnya lebih bersih, ‘ kata mama menerangkan. Da pegang terus tangan mama ya kalau enggak kamu bisa hilang kata mama memberitahu. Ia jawabku sambil memegang erat mama kami langsung masuk kedalam pasar. Suasana dalam pasar sangat ramai. Kulihat mama mendekap aret tasnya, diantara ketiaknya. Aku tahu maksudnya, agar mama tidak menjadi korban pencopetan. Mama berhenti di kios sayur untuk membeli sayur. “bu berapa harga sawi sekilonya?” tanya mama. Dua ribu lima ratus jawab sang pedagang wah mahal sekali dua ribu rupiahlah!” mama menawar. Wah belum bis bu kata pedagang itu ya udah kata mama sambil meninggalkan kios itu.”ma, kok ngak dibeli? padahal, bedanya lima ratus rupiah. Nanada ada uang nih kalau hanya lima ratus rupiah. Kataku bukan begitu nanda, memang jual beli itu harus seperti tadi. Harus ada tawar-menawar kata mama menjelaskan. Sudah hampir satu setengah jam mama dan aku berada dipasar. Kami berkeliling pasar untuk mencari barang yang murah, tetapi berkualitas. “Nanda, barangnya boleh sama, tapi kualitasnya berbeda-beda. Buktinya toko ini laku karena barang-barangnya bagus, sedangkan itu, lihat saja cabainya sudah busuk,”kata mama membandingkan. “oh begitu,” kataku mengerti. Setelah mama membeli sayur, kami langsung pulang ke rumah. Aku sudah mengerti sekarang tentang seluk-beluk pasar.
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

SATU BIDADARI DAN TUJUH KURCACI
Disebuah perdesaan terpencil tinggalah sebuah gadis manis bersama ibu dan ayahnya, hidup gadis ini bernama Putri. Putri hidup sempurna semenjak ibunya ada tetapi beberapa tahun kemudian Ibunya meninggal. Putri amat sedih dan Ayahnya kawin lagi, dia sekarang hidup bersama Ibu tirinya, dengan kehadiran ibu tirinya hidup Puti manjadi sengsara dan tersiksa hampir ibu tirinya memberi racun kepada Putri tetapi gagal usaha Ibu tirinya dengan siasat agar Putri meninggal, supaya Ibu tirinya mendapat harta dari Ayahnya.
Putri pergi dari rumah tidak tahan dengan prilaku Ibu tirinya, Putri pergi kesebuah desa yang lumayan jauh dari rumahnya, lalu Putri melihat ada rumah besar dengan pikir panjang Putri menghampiri rumah itu tetapi rumah itu kotor sekali dengan baik hati Putri membersihkan ruang rumah itu karena letih Putri tertidur pulas tidak lama kemudian Putri terkejut ada sebuah 7 kurcaci. Selang beberapa tahun mereka menjadi akrab dan bersahabat.
Ibu tirinya tahu bahwa Putri tinggal enak bersama 7 kurcaci tidak senang dengan pendengaran itu lalu Ibu tirinya menghampiri rumah 7 kurcaci tadi dan Ibu tirinya berhasil memberi racun kepada Putri tidak lama itu Putri pingsan tidak sadarkan diri, waktu itu 7 kurcaci pergi, karena 7 kurcaci merasa bersalah dan sedih 7 kurcaci mencari solusi dari orang unruk menyembuhkan Putri cari panggeran tampan agar mencium kening Putri. Karena dicium oleh panggeran tampan akhirnya, Putri pun bangun dan 7 kurcaci bahagia. Selang beberapa tahun Panggeran dan Putri menikah dan hidup bahagia.
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

SEBUAH PENANTIAN (UNTUKMU SOBAT)
Sepertinya cuaca pagi itu agak mendung, membuat semua aktivitas yang akan dilakukan menjadi kacau sedikit. Gemuruh petir terasa menggetarkan tanah jelas di relung hati setiap insan. Langit yang memerah terus mengeluarkan tetesan air dari perutnya, dari pagi hingga sore. Saat itu juga tampak seorang gadis berseragam SMA berteduh di halte bis sambil menunggu hujan reda, ia mengambil sebuah handphone Nokia di tasnya. Ditulisnya sebuah pesan singkat kepada seseorang. Tidak lama kemudian sebuah mobil Mercedes hitam mendekati gadis itu, terlihat seseorang berpakaian polos dan sederhana.
“Kenapa lama sekali, aku seperti di dalam kulkas karena kelamaan menantimu,” rengut gadis berseragam SMA itu.“Maafkan aku Ima, kamu tahu sendiri ‘kan, Jakarta itu macet.”“Sudah tahu Jakarta itu macet kenapa tidak pergi dari awal,” balas Ima lagi, ketus.“Sudahlah Ma. Aku tadi ada kerjaan sedikit makanya aku telat.” Tara berusaha menenangkan Ima yang lagi kesal.“Bisa kita pulang sekarang?” tanya Tara kepada sahabatnya.“Kapan lagi. Tahun depan!” cetus Ima.
Tidak berapa lama kemudian mereka pun meluncur menembus hujan yang begitu deras. Sampai di rumah, Ima langsung mengganti pakaian tanpa terlebih dulu makan siang. Dia langsung menuju ke belakang rumahnya dan menuju ke sebuah lapangan basket. Diambilnya bola basket yang berada di bawah kursi. Lalu ia lempar hingga menembus keranjang basket. Hujan pun semakin lama semakin bersembunyi di balik awan. Kini tinggal tetes air kecil yang turun bergantian. Ima terduduk lelah dan terdiam di lapangan itu. Pikirannya kacau, bayangan Arjuna, sahabat kecilnya, bermain-main di benaknya. Seketika ia teringat akan kenangan manisnya bersama sahabat kecilnya itu. Tanpa ia sadari air matanya menetes seiring gerimis saat itu. Masa lalunya sangat pahit untuk diingat dan terlalu manis jika dilupakan.
Saat ia telah mengeluarkan air matanya, sebuah panggilan halus didengarnya sehingga ia sadar dari lamunannya.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya perempuan tua itu lembut.Dia hanya diam. Bibirnya sulit mengeluarkan sepatah katapun. Tubuhnya kaku.
“Sudahlah Nak. Jangan kau terus menyiksa dirimu seperti ini. Nanti kau sakit,” lanjut perempuan tua itu sedih.“Aku sudah terlanjur sakit, Bu. Hatiku sudah hancur seperti puing-puing yang tak tersisa lagi,” ratap Ima.“Kau masih punya ibu, Nak. Ibu tidak akan membiarkan kau terus-terusan begitu,” balas ibunya dengan air mata yang berguguran.
Malam itu Ima tidak keluar dari kamarnya. Kata-kata Arjuna selalu terngiang di memorinya. Sebuah janji yang terucap dari mulut mungil laki-laki itu, selalu ia nantikan.
“Tiga hari lagi ulang tahunku. Aku tahu Arjuna pasti datang untuk menepati janjinya. Dia akan kembali untukku,” pikirnya sedih. Memang semenjak Arjuna pergi ia selalu murung.
Malam semakin larut. Angin-angin malam yang mengerikan terus menusuk pori-pori setiap orang yang menikmatinya. Suara jangkrik makin riang, tapi burung hantu berhenti menangis. Ima telah terlelap dalam tidur.Pagi hari, gadis berkulit sawo matang itu berangkat ke sekolah. Tiba di sekolah, seorang gadis sebaya dengannya menghampiri. Seperti biasa Tara selalu menasehati Ima. Memberi penjelasan dan berusaha meyakinkan Ima tentang Arjuna. Baru saja Tara memulai pembicarannya, ia telah disemprot Ima yang masih jengkel.
“Aku sudah katakan! Arjuna itu masih hidup. Dia akan datang di hari ulang tahunku,” katanya yakin.“Ima, kau jangan gila. Arjuna telah mati. Bencana itu telah merenggutnya. Kau harus menerima kenyataan ini,” kembali Tara menjelaskan.
“Terserah kamu berkata apa. Aku yakin dia pasti kembali. Itu janjinya!”“Kau harus sadar Ma! Mana mungkin orang yang sudah mati hidup kembali,” jelas Tara dengan sedih.“Tidak… sebelum aku melihat mayatnya aku tidak akan percaya,” Ima bersikeras menentang kata-kata Tara.Tara pasrah. Tak tega lagi melihat sahabatnya itu terus-menerus menderita. Apa yang harus kulakukan Tuhan? Bukakan pintu hatinya. Yakinkan dia bahwa Arjuna telah tiada….
Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu Ima. Sebelum acara ulang tahunnya dilaksanakan, ia telah mempersiapkan segala keperluan dengan baik. Kue telah ia hias secantik mungkin. Saat itu semua teman-temannya telah hadir dan acaranya akan segera dimulai. Tapi wajah Ima tampak cemas, gelisah. Ia mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Seperti sedang menanti seseorang. Setengah jam berlalu. Tapi acaranya belum juga dimulai, karena teman-temannya telah lama menunggu, hampir membuat semuanya cemas. Tapi Ima tetap menanti seseorang, yaitu Arjuna.
Tara ikut gelisah. Dia panik! Apa yang harus dilakukan. Terpikir olehnya untuk membuka TV yang berada di sudut ruang tengah itu, dengan harapan agar teman-temannya tidak bosan menunggu. Tapi saat memencet remote TV, berita korban tsunami dan gempa susulan banyak memakan korban lagi. Tara segera memanggil Ima dan…
“Ini tidak mungkin Ra! Arjuna pasti tidak ada di situ.” Teriak Ima sedih ketika melihat tayangan itu.Semua temannya terkejut dan menatapnya tajam dan penuh tanda tanya.
“Ini kenyataan Ma. Semua orang yang ada di Aceh, telah meninggal semua,” jelas Tara prihatin.“Aku tidak percaya… Arjuna telah berjanji kepadaku dan aku akan me-nantinya,” ia kembali histeris.“Ima kamu harus sabar! Aku yakin jika Arjuna melihat kamu begini, ia pasti sedih. Lebih baik kamu mendoakannya.”“Tidaaak!!!”
Ia lari meninggalkan acaranya. Air matanya satu per satu membasahi pipinya. Langkahnya semakin lama semakin pelan dan terhenti. Nafasnya berburu kencang. Jantungnya berdetak cepat. Sepertinya ia merasa telah jauh alam yang tengah ia rasakan sekarang.
Ia terduduk lemah memandang langit yang kelam. Isak tangisnya terus berjalan. Dalam menangis sesosok bayangan putih melintas di depannya. Ia tersentak, mulutnya spontan mengucap nama Arjuna dengan gemetar.Bayangan itu makin lama makin jauh. Tersenyum manis kepada Ima. Meninggalkannya dalam kesendirian. Ia terus terpaku dan tak dapat mengedipkan mata. Setelah bayangan putih itu lenyap ditelan kabut ia kembali memejamkan mata dan menangis.
“Aku telah rela melepaskanmu pergi untuk selamanya. Meski hal ini sangat menyakitkan bagiku. Aku ikhlas…” ucapnya lirih.
Angin bertiup sepoi-sepoi, satu per satu lembar-lembar daun cemara gugur di depannya. Ia meraih ranting, lalu di tulisnya sebait puisi.Detik-detik berlaluMusim semi pun akan bergantiAngin sepoi pun telah merayuTapi penantiankuSelalu hidup untukmu….
Untuk terakhir kali ia menjerit menyebut Arjuna melepaskan suaranya ke udara. Suaranya menggaung. Kini penantiannya pun telah berakhir. Mungkin janji tak selalu harus ditepati tapi sahabat sejati selalu tetap di hati.
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

KECEWA
Aku memang tak seindah pelangi
Aku juga tak bisa menjadi mentari yang selalu menerangi
Aku hanya sebuah lilin yang menyala
menerangi kegelapan jika dibutuhkan
Aku ingin seperti air yang tidak pernah hilang
Andai kau tau perasaanku padamu
Tapi, kau tak pernah menyadari ketulusan hatiku
Kau lebih memilihnya dan meninggalkanku
Kini aku hanya setangkai bungai yang telah mati dan layu
dan tak kan hidup dengan indah
Menebarkan bau yang harum kepada dunia
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

JALAN-MU
Wahai dunia
Putih dan hitam
Anugrah yang dimiliki
Berjalan menatap dunia
Wahai dunia
Menatap langgit yang tinggi
Baik dan buruk
Harus menuju jalan–Mu
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

PEMINTA-MINTA
Disudut-sudut jalan
Terlihat tangan-tangan terbuka
Mengharapkan bantuan
Sebuah berian
Wajah kusam
Pakaian apa adanya
Hanya ada satu kata
Berikan sebuah pengharapan
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

SATU
Salah dan benar
Terukir dalam benakku
Menatap dunia ini
Yang penuh lika-liku
Salah dan benar
Semua akan kujalani
Tapi ku yakin
Hanya ada satu
Tuhanku
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298

CITA-CITA
Kucari...kutuntut...
Ku pahami
Ku temukan
Ku berharap
Akan ku tuntut
Akan ku kejar
Akan ku temukan
Cita-cita ku
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298


LARI PAGI
Ledies, Neri, dan Selvi sudah buat janji untuk lari pagi dihari minggu. Semuanya sudah berkumpul di Kambang Iwak jam 06.00 WIB.
Neri datang dahulu ditempat pertemuan yang sudah disepakati.
Neri : Aduh…kok lama banget teman-teman belum datang sih (sambil lihat jam tangan). Padahal hari sudah siang.
Tak lama kemudian datanglah selvi dan ledies secara bersamaan.
Selvi dan ledies : Maaf ya udah lama nunggu, habis macet, trus lama menunggu ledies dandan.
Neri : Ya udah dech…lain kali jangan ngaret lagi (sambil marah-marah). Berhubung udah siang, kita mulai aja larinya.
Ledies : (tercengang) wah ramai banget ya…lari pagi disini.
Selvi : biasa aja, menghabiskan hari minggu disini, karena suasananya enak dan nyaman.
Neri : Ya ialah Kambang Iwak gitu lho…lagian disini tempat berkumpulnya orang-orang untuk lari kecil dan meraton. Sekalian mejeng untuk anak remaja.
Mereka sudah lari-lari mengitari.
Selvi : Aku haus ne, tenggorokan kering, dan lupa bawa air minum dari rumah, karena buru-buru. Jadi gimana ya.
Neri : Ya udah kita cari minum dulu, kalau kamu dimana ledies.
Ledies : Terserah dech aku ikut aja.
Selvi : Itu ada orang jaul minuman.
Neri : Ya udah kita beli (mereka menghampiri penjual minuman).
Setelah minum mereka melanjutkan lagi larinya (dengan semangat).
Ledies : Ya udah ya…hari udah siang lebih baik kita pulang.
Neri : Okey dech…gue setuju banget ide lho itu,habis gue udah capek larinya.
Selvi : Ya, kalau mau pulang kita larinya cukup disini saja. Minggu depan kita lanjut lagi.
Selvi dan Neri : Okey.. sampai ketemu lagi minggu depan jangan lupa calling aku.
Karya : Feni Rahma Hayati 2000112298


SAAT TERAKHIR
Duduk di kursi bus yang akan membawaku kekampung halaman, wajah ibu berkelebat di depan mata. Masih aku ingat dua bola mata ibuku yang sunyi ketika mengantarku hingga ambang pintu, dipagi yang mendung itu.tidak tega rasanya meninggalka ibu dalam keadaan yang rapuh. Tapi tekatku untuk pergi dari kampung sangat kuat jauh lebih kuat dari keinginan untuk menemani ibu. Aku pergi untuk kembali, bu” aku bahkan tak menyangka bisa berkata seprti itu, mata ibu mendadak berkaca-kaca.Aku paham ibu tidak sepenuhnya percaya karena kepergiaan Bapak lima tahun silam telah membuat ibu ragu bahwa keberangkatan akan selalu berdampingan dengan kepulangan. Tapi, ibu adalah ibu, seorang perempuan yang sangat menghargai keinginan dan pilihan anaknya. Ibu mengerti kalau memang mesti belajar mencari bekal. Berangkatlah, Yanto, dan jangan lebih dari setahun.Kau harus kembali.Ibu sebenarnya juga ingin....” suara ibu mendadak tercekat di tenggorokan.Ibu menunduk, lalu beranjak dari ambang pintu tanpa melengkapkan kalimatnya.
Aku tak rajin menandai angka kalender.Apalagi menghitung hari.Karenanya aku tak tahu persis bulan dan tanggal berapa aku berangkat dan pulang sekarang .Aku hanya bisa mengira-ngira. Semoga saja perkiranku benar.Aku hanya ingat, Lebaran kemarin aku tak pulang. Uluran tangan dan salam maaf penuh kerinduan kusampaikan ke ibu lewat telepon genggam Mbak Yanti, kakakku. Suara ibu kudengar terbata-bata. Ibu begitu mencemaskanku meski sudah kubilang keadaanku baik-baik saja. Bus ekonomi yang kutumpangi terus bergerak menembus gelap.Aku duduk tepat di belakang jok sopir. Di sebelahku seorang perempuan muda berambut sebahu pulas tertidur, seperti juga penumpang lainnya. Sementara sopir dan kondektur masih terus saling melempar kata.Mungkin untuk menghindarkan kantuk. Memandang wajah tirus kendektur, dengan kumis serupa ulat berbulu hitamnya itu mengingatkanku pada seorang lelaki yang sudah lama tidak aku kenang, bapak. Aku, bahkan ibu, tidak tahu persis di mana bapak sekarang.Sewaktu pamit dulu, bapak hanya bilang mau ikut Kang Wasir menjadi kuli bangunan. Ketika kami tanya soal keberadaan bapak, Kang Wasir menjelaskan, bapak memang pernah bekerja bersamanya di Jakarta. Hanya beberapa bulan, dan setelah itu menghilang. Menghilang? Menghilang kemana? Apa mungkin bapak tertimbun reruntuhan bangunan dan tidak seorang pun yang tahu? Ah tidak! Semoga saja bapak masih hidup.Suatu saat bapak pasti akan kembali, seperti harapanku dan ibu.
“Bapak besok mau pergi ke Jakarta.Kamu sudah dewasa, jaga ibu di rumah,” kata bapak sehari sebelum keberangkatannya. Aku mengangguk senang.Bapak memang sudah selayaknya merantau seperti yang dilakukan kebanyakan tetangga di kampungku. Daripada di rumah, bapak kerja serabutan, tidak jelas.Kalau kami, aku dan ibu, bisa makan mungkin uang yang bapak peroleh itu bukan dari jalan yang benar. Aku tak mengada-ngada. Diam-diam aku sering mengintip dari balik pokok pohon kamboja, bapak berjudi di kuburan dengan teman-temannya.Pernah juga tak sengaja aku lihat bapak menyelinap ke rumah penjual togel dan saat keluar dari rumah itu, aku lihat bapak mengubur kertas-kertas di celananya. Aku tak tahu persis apa isi kertas-kertas itu, tapi sudah pasti catatan angka-angka togel.Sejak bapak pergi, hampir setiap pagi kulihat ibu berdiri termangu di ambang pintu depan.Tempat itu menjadi tempat favorit ibu. Berjam-jam ibu bisa berdiri di situ. Hanya berdiri, termangu. Selain memasak dan membersihkan rumah, ibu tidak punya kegiatan lain yang bisa dilakukan.Tidak seperti kebanyakan istri-istri di kampungku.Aku tahu bapak telah melarangnya dulu untuk bekerja. Mencari nafkah itu urusan suami, jelas bapak, ketika ibu berniat memelihara kambing untuk mengisi hari. Bisa aku pahami, ibu adalah istri yang patuh dan tidak berani membantah pada suami. Bahkan ketika tidak ada kabar dari bapak dan ibu tidak pernah lagi mendapat kiriman uang, ibu menghormati bapak.
Kebiasaan ibu termangu di ambang pintu seolah menjadi bukti penghormatan ibu kepada Bapak. Suatu saat, tidak tahu kapan, kalau bapak pulang, ibu sudah siap menyambutnya. Ambang pintu itu menyimpan sebuah harapan kepulangan bapak.” Mungkin bapak sudah kawin lagi, Ibu,” cetusku dibeberapa tahun lalu di suatu pagi.Suasana yang semula hening, pecah seketika.”Huss!” bentak ibu mengagetkan.” Ibu lebih tahu bapakmu dari pada kau, Yanto.” Ibu terdiam sebentar. Menunduk kemudian bergumam, ”Mungkin bapak telah pulang, Yanto.Pulang ke.....”.”Ke tempat siapa, Bu? Bapak punya istri lain? Kenapa Ibu baru cerita”.”Tidak Yanto. Maksud Ibu, mungkin Bapak pulang ke kampungnya di Malang.”
“Lho, Mbak Yanti kan sudah pernah tanya ke Malang dan bapak tidak ada di sana, Ibu.”
“Sudahlah. Suatu saat nanti bapak pasti akan kembali.”
Sebuah pertanyaan sudah menggantung di lidahku dan tinggal terlempar ke udara, tapi tercegat ucapan ibu yang bernada setengah teriak.” Jangan tanya tepatnya kapan! Kalau pun bapak tidak kembali, Ibu yang akan menyusulnya. Jangan tanya juga ke mana!”
Beberapa hari setelah percakapan itu, sembari melintas di depan ibu aku menyanyikan lagu kesukaanku, “mencari apa yang di cari, menunggu apa yang ditunggu.....” Lagu itu ternyata benar-benar mengusik perasaan ibu.Ibu marah dan mengusirku dari rumah. Tapi kemarahan ibu hanya luapan kesal sesaat.Malamnya, ketika aku genjrang-genjreng di gardu, ibu menyuruhku pulang. Beberapa hari setelah itu aku pamit untuk merantau. Sebetulnya niatku untuk pergi dari kampung sudah hampir satu tahun aku pendam. Aku tinggal menunggu saat yang tepat untuk pamit kepada ibu.Bukan berarti aku tak punya kerja di kampung. Punya, tapi tak tetap.Kadang aku ikut Mandor Tolib jadi kuli bangunan, atau bekerja di pabrik kerupuk Lek Sarmo. Tapi aroma kampung membuat kepala kian bebal. Tak ada peningkatan. Uang yang aku dapat selalu tandas untuk bersenang-senang dan hanya tersisa sedikit untuk ibu beli beras.
Hawa dingin pagi menyeruak masuk ke dalam bus melalui jendela samping sopir yang terbuka. Semburat matahari terhalang bukit kecil di sebelah timur.Bus melintasi jalan berkelok.Sebentar lagi kakiku akan menginjak bebatuan cadas khas kampung halamanku yang kering.Sehelai daun jati yang layu luruh dan jatuh tepat di depanku. Belum aku lihat orang-orang pergi merumput.Hanya Yu Parmi, dengan sepedanya yang membawa dua jerigen kosong hendak mengangsu air di sungai. Dia melontarkan senyum padaku.Pelan-pelan, dengan keriangan, aku ayuh kakiku di atas bebatuan cadas sembari mencoba merangkai kalimat yang akan kuucap saat dua mataku mendapat wajah ibu nanti. Ibu aku pulang. Aku bawakan kebaya ini buat ibu.Dan ini jam dinding, Bu. Agar rumah kita bisa hidup. Oh ya, Bu, Sarno, anak Mbak Yanti tidak tidur di sini. Nih, aku belikan dia baju.Tidak mahal kok, cuma lima puluh ribu. Ah, aku rasa kurang tepat.Terlalu banyak basa-basi.Emak sehat? Alhamdulilah. Yanto kangen samo ibu.Oh ya, Sarno tidak tidur di sini, Bu? Maaf, aku tidak bawa apa-apa, cuma jam dinding, kebaya buat Ibu, dan baju buat Sarno.Lihat, Ibu suka kebaya ini?
Kurang enak. Atau begini saja, Assalamu’alaikum, Bu. Akhirnya sampai juga aku di rumah.Ibu sehat kan? Ya, kurasa itu cocok. Tak sabar aku menanti untuk mengucapkan itu saat ketemu emak di rumah, mungkin lebih tepatnya di ambang pintu itu, menunggu kepulangan bapak? Langkahku terhenti tepat di sebelah gardu ketika mendadak tubuhku terguncang. Lalu, suara-suara teriakan terdengar.” Gempa.......lari......!”Derap kaki yang berlarian bergemuruh di telingaku. Sekuat tenaga kuangkat kaki dan mencoba berlari menuju rumahku. Tapi guncangan itu begitu kuat.Tak kuasa aku menahan tubuh yang limbung dan jatuh ke tanah. Rumahku tak lagi punya pintu. Ambang yang akrab dengan keberangkatan dan kepulangan itu juga telah hilang. Ambang yang telah mengantarkan keberangkatanku, bapak, dan terakhir kali mengantarkan keberangkatan ibu ke suatu tempat. Keberangkatan sekaligus kepulangannya. Kepulangan dan keberangkatan. Aku lihat tubuh ibu tertindih daun pintu. Bibir emak tersenyum seolah menemukan kebahagiaan. Adakah ibu telah bertemu seseorang yang begitu ia rindukan?
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

SAHABAT SEJATI
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua
Karya :Dewi Hayanti 2007112161


UPIN DAN IPIN
Kisah ini menceritakan tentang dua orang anak yang sangat lucu dan nakal yaitu upin dan ipin. Mereka tinggal disebuah desa yang kecil dan mereka juga tinggal bersama nenek yang baik dan seorang kakak yang cerewet tetapi pada dasarnya kakaknya itu sangat baik, mereka senang bermain dengan teman-temannya sehabis pulang sekolah mereka senang bermain petak umpet, kelereng serta bermamin sepeda. Tetapi kadang-kadang mereka juga senang bermmain dengan ayam jago yang diberi nama Rambo, ayam jago tersebut punya seorang kakek yang sudah dianggap upin dan ipin sebagai kakek mereka.
Ketika upin sedang memainkan ayam jago milik kakek tersebut, ipin selalu menggoda upin dengan” hei upin mengapa muka ayam jago ini mirip dengan kamu, (ipin sambil tertawa terbahak-bahak...........) “ dengan wajah cemberut upin pun langsung membalas perkataan ipin sehingga mereka saling mengejek satu sama lain. Walaupun mereka sama-sama sering saling menggoda tetapi mereka berdua ini termasuk anak-anak yang sangat baik dan mereka selalu menuruti apa yang nenek dan kakaknya bilang tidak mudah marah apalagi sampai bermusuhan. Upin dan ipin ini bagaikan Lem dan Prangko karena mereka tidak pernah berpisah dimana ada upin disitu pasti ada ipin¸dimanapun mereka berada mereka selalu bersama baik dalam bermmain, dirumah maupun disekolah.
Kedua bocah ini pun (upin dan ipin) mempunyai teman sekolah dan teman bermain diantaranya, Mail,Ihsan,Jarjit,Mei-mei, dan Fizi. Kalau mereka sudah bertemu mereka pastilah bermain entah apa saja yang mereka mainkkan baik itu main petak umpet, kelereng dan main sepeda merekapun sangat senang bermain walaupun mereka sangat capek dan lelah.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

HARI IBU
Aku melangkah tergesa. Tak sabar agar segera sampai di rumah. Dalam benakku tergambar senyum mengambang di bibir Ayah. Membayangkan senyum Ayah kedua kaki jenjangku semakin gesit berloncatan.“Aku menang lomba menulis cerpen, yah,” ucapku begitu menginjak teras sambil memamerkan piala di tanganku.Ayah menurunkan koran yang sedang dibacanya lalu menatapku sebentar, setelah itu membaca lagi.Melihat wajah datar Ayah senyum di bibirku surut. Bergegas aku masuk rumah, menemui ibu.
“Ibu,” panggilku.Tidak ada jawaban.“Ibu,” ulangku.Masih bisu. Kucari ke kamar, tak ada, di dapur aku juga tak menemukan ibu.Kutinggalkan dapur lalu masuk kamar. Kutaruh piala kuning keemasan itu di atas meja belajarku. Kurebahkan tubuh di kasur sambil memejamkan mata. Tapi baru beberapa menit aku rebahan sepasang telingaku mendengar suara ibu dari luar.
“Dira mau hadiah apa?”“Dira minta dibelikan sepeda motor,” suara Dira, kakakku.“Keinginanmu nanti ibu sampaikan pada ayah,” sahut ibu.“Dengan atau tanpa persetujuan ayah Dira harus punya motor,” Dira ngotot.Pelan-pelan kuseret langkah ke luar kamar. “Ibu, dari mana?” tanyaku.“Dari MP. Dira juara satu lomba fashion di Mall Pekanbaru,” kata ibu dengan mata berbinar.Aku tersenyum sambil menyalami Dira.
“Itu apa?” tanya ibu melihat piala di tanganku.“Farah juara dua lomba menulis cerpen antar fakultas,” kataku.Ibu diam.“Boleh di pajang di lemari depan, Bu?”Ibu menggeleng, “Disimpan di kamar saja. Lemari depan khusus tempat piala-piala milik Dira,” tegas ibu.Ada perih di ujung hatiku.
Beberapa hari setelah kejadian itu aku membawa satu tas besar pakaian untuk menginap di kost ummu, teman serujusanku. Jarak kost ummu hanya beberapa meter dari kampus.“Sudah bilang sama ibu mau nginap di sini?” tanya Ummu.Aku menggeleng, “Ibu tidak akan kehilangan meskipun aku mati.”“Jangan bicara seperti itu.”
“Ibu baru ribut kalau Dira yang hilang.”“Jangan terus kau pupuk cemburumu.”“Aku tak akan cemburu andai mereka tak pilih kasih.”“Mungkin seperti itu cara mereka menyayangi kalian.”“Entah,” kataku malas.Aku membalikkan tubuh memunggungi Ummu. Diam-diam kuseka mataku yang basah
Seperti dugaanku ibu tak peduli meski aku tak pulang berhari-hari. Ayah pun tak risau meski anak gadisnya tak memberi kabar.“Ummu, aku minta izin untuk tinggal di sini satu minggu lagi,” kataku setelah beberapa hari berselang.“Aku boleh saja. Tapi kau kasih kabar dulu ke ortu,” sahut Ummu.“Tak perlu, Mu.”
Melihat kerasku Ummu tak bersuara. Aku bertekad akan pulang jika ibu menjemput dan memintaku pulang dengan penuh kelembutan. Seperti yang ibu lakukan beberapa tahun yang lalu terhadap Dira, saat gadis itu ikut kemah bersama organisasi pramukanya di tengah hutan. Saat berhari-hari Dira tak pulang ibu luar biasa panik. Kemudian ibu meminta ayah menyusul Dira. Ketika tiba di rumah Dira disambut bagai ratu, syukuran besar-besaran lagi-lagi digelar karena tak terjadi apa-apa terhadap gadis tinggi semampai itu.Saat ingatanku menerobos ke masa lalu tiba-tiba handphoneku bergetar, nomor rumah. Aku berharap itu ibu.“Ibu masuk rumah sakit, Non,” terdengar suara Bik Warsih, pembantu di rumah kami.“Kapan? Kenapa?” tanyaku bertubi-tubi.
“Sejak dua hari yang lalu…”“Kenapa saya baru dihubungi sekarang?” potongku.“Nomor non Farah tidak bisa dihubungi dari kemarin.”Aku menelan ludah pahit. Menyesal mematikan handpone selama dua hari ini. Begitu sambungan ditutup aku bergegas ke rumah sakit.
Saat tiba di ruangan icu kulihat tubuh ibu dibalut selang infuse. Aku menangis melihat kondisi ibu.“Ibu sakit apa?” tanyaku pada ayah yang memegangi lengan ibu.“Dua hari yang lalu kaki ibu terpeleset saat mau ke luar kamar mandi.”“Lalu…” kejarku tak sabar.
Ayah diam sambil menyeka matanya yang basah. Aku menunggu.“Kepala ibu pecah, darah menyembur, dokter bilang ibu harus dioperasi. Tetapi sejak dioperasi ibu belum sadar sampai sekarang.”Aku merinding mendengarnya.
Ini sudah memasuki pekan kedua, tapi kondisi ibu tidak ada memperlihatkan perkembangan berarti.Kugenggam jemari ibu erat-erat. Pelan tangan itu bergerak. Aku tersentak. Kulihat bibir ibu juga bergerak. Seperti mengeluarkan suara meski tak jelas. Kudekatkan telingaku ke bibir ibu.“Farah,” ucap ibu.
Aku tak yakin pada pendengaranku.Hening. Aku semakin mendekatkan telingaku, menunggu perempuan itu memanggilku. Tapi mulut itu tak lagi bersuara. Namun rasa gembira tetap menyergapku.“Dimana Dira dan ayahmu?” ibu bertanya tiba-tiba.“Mereka di luar, biar…” gegas aku beranjak dari pembaringan ibu.“Jangan!” cegah ibu.Aku berbalik.
“Saat ini ibu ingin berdua saja denganmu.”Aku menoleh. Menduga-duga. Kulihat wanita itu menarik nafas.“Ibu tahu kau cemburu pada Dira. Ibu tak pernah merayakan apapun saat kau meraih sesuatu.”Sunyi sesaat.
“Ketahuilah, Nak. Biaya syukuran itu mahal, itulah sebabnya ibu hanya membuatnya untuk Dira,” kata ibu dengan mata bertelaga.Aku diam saja.“Jika perhatian ibu lebih besar pada Dira karena menurut ibu Dira tak sekuat kau.”“Ibu menyayangiku?” tanyaku dengan suara bergetar.Ibu tak segera menjawab. Pelan wanita itu bangkit seraya memelukku, “Tak ada orang tua yang tak sayang anaknya,” ucap ibu diantara isaknya.
Meski semula enggan, pelan-pelan aku membalas pelukan ibu. Beberapa saat tak ada suara. Kurasakan ibu semakin mempererat pelukannya. Lama. Namun saat aku melerai pelukan, kudapati ibu tak lagi bergerak. Tubuhnya sedingin es.
Hari ini 28 Desember. Hari jadi ibu. Gundukan tanah di depanku masih merah. Kuelus nisan ibu. Mengingat saat-saat terakhir bersama ibu setumpuk cemburuku pada Dira lenyap. Pelan kutengadahkan wajah menatap langit, dalam diam aku berdoa agar langit menjaga ibu dari atas, “Selamat ulang tahu, Bu,” bisikku.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

BIS YANG NYARIS MERENGGUT NYAWA
Sabtu kemarin merupakan hari yang aneh bagi kami (Aliya dan Adit) , kami dimarahi oleh penjual model, karena kami menanyakan Bakso di penjual model. setelah itu kami pulang sambil menunggu mobil kami melihat mobil bis yamg sangat bagus bagaikan pesawat sehingga kami tertarik untuk menaiki bis itu, lalu bis itu berjalan dan menuju kami sambil mencari penumpang. Tanpa kami sadari waktu pulang menuju rumah kami masing-masing, tiba-tiba bis yang kami naikki tersebut berjalan dengan pelan sehingga para penumpang itu marah dan akhirnya sopir pun mengemudikan mobil dengan sangat cepat.
Setelah beberapa menit kemudian dengan kecepatan yang tinggi bis tersebut dengan secara tidak sadar menabrak sebuah pohon beringin yang besar sekitar pukul 13:00 WIB. Kami pun mengalami kecelakaan sehingga banyak penumpang yang mengalami luka-luka saat kecelakaan dua mahasiswa sempat melarikan diri karena takut dimintai keterangan, sedangkan korban yang lainnya langsung dilarikan ke RS. Pelabuhan Lemabang. Tidak hanya dua mahasiswa itu saja yang melarikan diri, sopir dan kondikturnya juga melarikan diri tetapi akhirnya mereka tertangkap oleh masyarakat setempat dan menjadi tersangka kemudian mareka dihakimi massa karena mereka tidak mau bertanggung jawab atas perbuatanya. Maka dari itu berhati-hatilah dalam menaikki bis atau angkutan umum yang lain nya, lihatlah sopir terlebih dahulu sebelum menaiki bis atau mobil tersebut dan bacalah doa semoga selamat sampai tujuan.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

CINTA YANG TAK TERSAMPAIKAN
Aku bagaikan sebuah kupu-kupu
Yang hinggap tiada arah
Aku sebuah kupu-kupu
Menanti dan menanti kumbang yang datang
Ku inginkan kumbang datang untuk mengajakku terbang
Ditaman aku melihat satu kumbang
Dan rasanya aku ingin
Menyatakan perasaan yang ada didalam hatiku
Oh kumbang, kumbang
Kumbangku
Mengapa engkau tak mengerti perasaan aku
Andaikan engkau menghampiri aku
Pasti terbuka kata hatiku
Namun perasaan dan rasa cintaku ini
Tak tersampaikan
Aku kan selalu mengenangmu dan mengingat
Saat engkau terbang dihadapanku
Karma aku menyukaimu.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

ARTI CINTA
Aku bagaikan sebuah kupu-kupu
Yang hinggap tiada arah
Aku sebuah kupu-kupu
Menanti dan menanti kumbang yang datang
Ku inginkan kumbang datang untuk mengajakku terbang
Ditaman aku melihat satu kumbang
Dan rasanya aku ingin
Menyatakan perasaan yang ada didalam hatiku
Oh kumbang, kumbang
Kumbangku
Mengapa engkau tak mengerti perasaan aku
Andaikan engkau menghampiri aku
Pasti terbuka kata hatiku
Namun perasaan dan rasa cintaku ini
Tak tersampaikan
Aku kan selalu mengenangmu dan mengingat
Saat engkau terbang dihadapanku
Karma aku menyukaimu.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

SENDIRI
Duduk sendiri seakan tak berartipikiran melayang .. hadirkan mimpi-mimpi..ku ambil gitar kucoba tuk bernyanyihilangkan resah yang slalu membayangitiap malam kurasakan selalu sepitak ada teman.. apalagi kekasihsemua harapan hanyalah mimpi-mimpilagi-lagi aku hanya bisa bernyanyi..lagu ini tercipta tuk menghibur hatidikala sepi,, saat ku sendiriooh.. ku bernyanyi .. bernyanyi tuk hilangkan sedihlagu ini lagu tuk menghibur hati..
Karya :Dewi Hayanti 2007112161
SEBUAH RASA
Masih ku ingat jelas,, saat kau hadir temani akuberbagi ceria,, canda dan tawa berduahingga tercipta satu kisah yang indah
bersamamu.. hilang semua resahku..dan hanya dirimu.. yang mampu sembuhkan lukaku..
mampukah aku mengatakan..?mampukah aku untuk mengungkapkan..?semua rasa yang selama ini ku pendam..tapi..aku tak bisa merangkai kataaku tak bisa mengungkapkanseakan bibir ini kaku da tak bisa bicara
mungkin rasa ini akan terus kupendamterpendam jauh didasar hatikuhingga aku mampu untuk melupakankarna dirimu bukan untukkukarna hatimu tlah tertuju padanyabiarlah rasa ini kan terus tersimpanbiarlah semua kan jadi kenangankenangan yang terindah dalam hidupku..
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

MALAM
Malam..Mengapa hadirmu slalu kurasakan sepigelap mencekam menutup ruang asakutiada teman kudisini sendiritak tau apa yang ku caridan tak tau apa yang ku nanti
Malam..Hadirmu membawaku terlarut dalam angankuhayalkan mimpi-mimpi yang tiada punya artihadirkan kehampaan dalam jiwakuentah apa yang ku inginkanentah apa yang ku harapkanentahlah..
Malam..Mungkinkah engkau akan selalu menggelapitak memberi sedikitpun terang di hatikumenutupi dan selalu menutupi ruang asakumungkin selamanya malam kan selalu sepi dan mencekamtiada lagi keceriaanyang ada hanya keraguankeraguanku untuk mendapatkansesuatu yang selama ini aku nanti..
Karya :Dewi Hayanti 2007112161

SELAMAT JALAN SAHABAT
Suasana pagi hari tu sangatlah cerah, Anak-anak kelas 3A, mulai masuk kedalam kelas satu persatu. Suara lonceng pun mulai terdengar, itu tandanya pelajaran akan segera dimulai.
Ibu rya : “Selamat pagi anak-anak?
Semua siswa : “Selamat pagi ibu rya?
Ibu rya : Hari ini siapa yang tidak masuk?
Kurniawan : Asrul bu?
Ibu rya : Kenapa asrul tidak masuk? Apakah asrul sakit, besok kalian jenguk asrul yach?
Sama teman-teman yang lainya.
Kurniawan : Iya bu? Besok kami akan menjenguk asrul. Soalnya kami semua khawtir juga
Sama asrul.
Ibu rya : Ibu bangga, mempunyai siswa seperti kalian semua. Yang peduli dan khawatir
Sama sesama.
Semua siswa kelas 3A, mendapatkan pelajaran tentang membacakan puisi. Diikuti dengan intonasi, ekspresi dan penghayatan yang baik
Ibu rya : Baiklah anak-anak, ibu sudah mencontohkan pembacaan puisi yang baik.sekarang
Ibu meminta kalian membacakan puisi yang berjudul “DOA”. Siapa yang bersedia?
Monica : Saya bu?
Ibu rya : Iya? Monica kemari? Dan bagi siswa yang lainya , dengarkan monica membacakan
puisi.
Setelah monica membacakan puisi yang berjudul “DOA” semua teman-temannya terharu, Dan cara ia membacakan puisi sudah tidak lagi diragukan oleh ibu guru dan teman-temannya, karena ia sering sekali ikut perlombaan baca puisi.
Ibu rya : Baiklah anak-anak, itulah tadi pembacaan puisi dari monica? Bagaimana, bagus
Gak? Tanya bu guru sama anak-anak.
Semua siswa : Baik bu? 100 bu nilainya. Tawa pun tak lupa menghiasi wajah-wajah mereka.
Mereka semua tertawa gembira dan terharu . Sama kepintaran monica dalam membackan puisi dengan penghayatan yang baik. Dan belum tentu teman-temannya bisa.
Setelah waktu kuliah habis, murid-murid kelas 3A tidak langsung pulang, mereka berkumpul, kemudian bermusyawah utuk melihat keadaan asrul, dan untuk memastikan apakah asrul sakit apa tidak. Ada yang mengatakn asrul sedang sakit, ada pula yang mengatakan asrul kerja menggantikan ayahnya. Karena ayahnya sedang sakit. Mungkin ketidak pastian berita itu? ibu rya dan siswa kelas 3A pun, kerumah asrul.untuk melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi. Biyar mendapat jawaban yang pasti.
Ibu rya : “Assalamu alaikum?
Ibu halimah : “Walaikum salam? Jawab bu halimah? Silahkan masuk ibu dan anak-anak.
Ibu rya : Terima kasih ibu? Bu maaf yach sebelumnya telah menganggu ibu, ibu
Sebenarnya maksud kedatangan saya dan teman-teman asrul semua kerumah ibu untuk melihat keadaan asrul? Karena sudah dua minggu asrul tidak berangkat sekolah, kami sangat menyayangkan asrul tidak masuk sekolah tanpa keterangan apapun. Karena asrul termaksud anak yang berprestasi .sebenarnya ada apa ibu dengan asrul.
Ibu halimah : Ibu rya? saya sebagai orang tua asrul saya mohon maaf, karena tidak memberi
Tahu pihak sekolah, sehingga pihak sekolah khawatir sama asrul? Ibu bagaimana
Saya harus mengatakan pada ibu dan teman-temannya asrul semua. Air mata ibu halimah mulai menetes, akhirnya ibu halimah menceritakan apa yang sebenarnya yang terjadi sama anaknya. Ibu guru dan semua teman-temannya asrul, asrul sudah tiada, ia sudah meninggalkan kita semua. Ia sudah bahagia disisi Allah, meski Ibu halimah sebenarnya tidak mau mengatakan pada ibu guru dan teman-temannya kalau asrul telah tiada, karena ibu halimah tidak mau melihat ibu dan teman-temannya asrul sedih.
Ibu rya : ibu rya pun meneteskan air matanya, ketika mengetahui anak muridnya telah tiada
Karena penyakit yang selama ini ia indap. Walau mempunyai penyakit tetapi asrul tak pernah melihatkan pada guru-gurunya, dan teman-temannya. itulah yang menyebabkan semua guru dan teman-temannya kehilangan.
Marisa : Ibu, kami semua ikut berduka cita. Ibu jangan sedih lagi, pasti disana asrul sudah bahagia. Karena dia anaknya baik dan walaupun dia pintar tetapi dia tidak pelit sama teman-temannya.
Akhirnya mereka semua pamitan kepada ibu halimah dan keluargannya.
Karya :Dewi Hayanti 2007112161